Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Minggu, 19 November 2017

Bekerjalah Dengan Hati


Beberapa hari yang lalu saya diberi amanah untuk bisa mengikuti pelatihan yang diadakan oleh tempat dimana saya sekarang menimba ilmu dengan peserta yang berasal dari salah satu bank syariah nasional.

Alhamdulillah, satu kata yang bisa saya ucapkan atas hal tersebut. Karena saya diingatkan kembali mengenai pentingnya merespon suatu hal ketika mendapat satu kejadian. Sebagaimana yang saya tuliskan pada http://radityofp.blogspot.co.id/2017/10/bagaimana-respon-anda.html .

Tapi bukan itu yang ingin saya share melalui tulisan ini. Melainkan sesuatu yang lain.

Saya benar-benar senang mengikuti pelatihan ini. Perasaan yang timbul sangat berbeda ketika saya bekerja pada salah satu kementerian. Belajar, mendapat saudara baru, dibayar pula. Alhamdulillah.

Ketika acara sedang istirahat dan saya bersama tim melaksanakan solat & makan, trainer yang membersamai kami melihat perbedaan yang ada pada diri saya. "Dit, elu bahagia bener perasaan sekarang?" , katanya. Spontan saya menjawab, "Oooh udah pasti, alhamdulillah".

Ketika selesai pelatihan, saya merasa tidak capek sama sekali. Beda rasanya ketika masuk kantor di salah satu kementerian, rasanya waktu itu berjalan lama sekali. Lebih parahnya, badan terasa sangat capek, padahal tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Sampai pada akhirnya keluar celetukan dari mulut ini ketika aktivitas evaluasi, "Ini kok cepet banget ya, ga terasa. Ga capek lagi". Dan ternyata salah seorang teman pun merasakan demikian.

Setelah dipikir-pikir hal apakah yang membuat saya akhirnya bisa berubah dan menjadi adit yang bahagia. Ternyata jawabannya mudah, karena saya melakukan pekerjaan dengan hati, melakukan apa yang memang saya sukai, dan yang paling penting adalah karena bekerja untuk membantu oranglain agar bertumbuh dan berkembang.
 
Saya jadi teringat kalimat yang disampaikan salah seorang guru, semua yang dilakukan dengan hati maka akan kembali ke hati. Dan hal itu yang kemudian saya rasakan. Melakukan pekerjaan begitu enjoy hingga akhirnya lelah pun tidak terasa.

Yes, akhirnya polanya ketemu. Lakukan dengan hati, maka semua akan kembali ke hati. Lisan yang selalu mengucap syukur, rezeki insya Allah dilancarkan.

Bekerja itu memang harus berpola ya. Bahaya sekali jika kita bekerja hanya sekedar pergi pagi pulang petang, tanpa ada value yang kita pegang dalam bekerja. Hanya sekedar mencari uang. Jangan sampai.

Apakah anda sudah bekerja dengan hati? Kalau sudah, bersyukurlah. Jika belum, temukanlah selagi Allah masih memberi kita kehidupan. Jangan sampai sia-siakan hidupmu . . .

Senin, 30 Oktober 2017

Apa Pupuk Kandangmu?


Mengetahui banyak kisah orang sukses yang pada masa lalunya mereka dihina, diremehkan, bahkan dianggap tidak akan berhasil, membuat saya tersadar bahwa hidup ini adalah bagaimana kita kuat untuk menahan segala ujian dengan penuh kesabaran dan usaha maksimal ditambah dengan doa.

Berkat membaca buku No Excuse karya Pak Isa Alamsyah lah saya belajar.

                                                                                                                                                                                                                                                         
Siapa sangka seorang penyanyi sekaliber Tompi, ketika masa sekolah pernah diremehkan oleh guru seni musiknya. Tepatnya ketika melakukan pembagian suara untuk paduan suara, sang guru berkata "Wah, kalau suaranya seperti kamu begii, sampai kapanpun tidak akan terpakai di paduan suara atau jadi penyanyi! Suaranya kayak kalen rombeng". Tapi kemudian apa yang terjadi? Saat ini Tompi dikenal sebagai salah satu ikon jazz di Indonesia dan telah melakukan pagelaran musik jazz baik di tingkat nasional maupun internasional.



Siapa yang menyangka seorang aktor Hollywood Sylvester Stallone pernah diremehkan dan dianggap tidak akan berhasil menjadi seorang yang dipandang oleh dunia. Lahir dengan kondisi wajah tidak normal, karena menderita kelainan saraf di bagian mukanya. Bicara gagap, ujung bibirnya selalu tertarik ke bawah. Kerap diejek sebagai tokoh film kartun kucing di Looney Tunes. Bahkan ketika remaja ia dimasukkan ke sekolah bagi anak berkebutuhan khusus. Pernah ditolak kurang lebih sebanyak 1500 kali oleh agen bintang di New York hanya karena ingin membintangi sendiri naskah film yang dibuatnya. Jika dipikir secara logika, dengan kondisi fisik seperti dirinya, sepertinya memang sulit baginya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.



Namun ia menolak untuk menyerah. Sampai pada akhirnya ia menemukan satu sutradara yang menerima naskah yang dibuatnya dan menjadikan dirinya sebagai aktor utama. Dibayar hanya 6000 dollar perbulannya. Tapi tahukah anda berapa penghasilan yang didapatkan dari film Rocky tersebut? 200.000 dollar atau menjadi 200 kali lipat dari sebelumnya.

Dari dua kisah di atas membuat saya tersadar tentang pentingnya arti kesabaran dalam menghadapi segala cobaan. Bayangkan, 1500 kali ditolak tapi tetap berjuang untuk memerankan sendiri filmnya. Dihina memiliki suara seperti kaleng rombeng, ternyata saat ini menjadi salah satu ikon jazz di Indonesia.

Kemarin, ketika Ustadz Yusuf Mansur berbagi tausiyah kepada ribuan Saudagar Nusantara di SICC, Sentul, Bogor, tentang pentingnya orang-orang yang rajin memberikan kritik terhadap segala sesuatu yang kita upayakan.

Beliau mengibaratkan seperti tanaman yang kemudian menjadi begitu indahnya karena rajin diberikan pupuk kandang, kemudian disirami dengan air. Kalau dipikir-pikir, pupuk kandang itu bau, tidak enak jika dirasakan, tapi kemudian bisa menghasilkan tanaman yang begitu indah, kalau menanam bunga bisa jadi terlihat sangat indah.

Sama halnya seperti kita berbisnis, ada goncangan kanan kiri, orang tidak suka dengan usaha kita, memberikan kita kritik keras, patutnya disyukuri. Karena mereka sedang memberikan kita pupuk kompos yang hasilnya akan terlihat beberapa waktu ke depan.

Selain itu, bisa jadi sama halnya dengan anda yang berusaha untuk resign dari kantornya karena ingin lebih jauh memiliki manfaat untuk banyak orang, pasti ada saja yang tidak suka, pada akhirnya membicarakan tentang anda di belakang, bahkan bisa jadi memarahi anda dengan berbagai alasan yang dimilikinya. Syukuri saja, menurut saya itu merupakan salah satu tanda mereka menginginkan anda menjadi sukses ke depan, tidak terlantar.

So, mulai sekarang kalau ada orang-orang yang melakukan hal yang kita rasa membuat diri kita menjadi tumbuh dan berkembang, katakan saja pada diri sendiri, "alhamdulillah, dia sedang ngasih pupuk kandang". Hehehe.

Selasa, 24 Oktober 2017

Bagaimana Respon Anda?


Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah setelah beberapa bulan lamanya tidak menulis di blog ini, saya bisa menorehkan tulisan kembali. Bukan karena malas, tapi karena lebih sering masuk dunia instagram, hehe.

Saya ingin sharing sedikit tentang apa yang belum lama ini saya lakukan. Alhamdullah Allah mengizinkan diri ini untuk bisa berbagi kisah tentang bagaimana merespon suatu kejadian dengan bijak di depan puluhan karyawan salah satu perusahaan konsultan pajak.

Awalnya tidak menyangka bisa ditawarkan untuk bisa berbagi pengalaman disana, karena memang selama ini lebih terfokus untuk anak muda. Tapi kemudian saya belajar dari guru saya, "kalau kita tidak pernah mencoba, maka kapan tahu rasanya berbicara di depan orang yang usianya lebih tua dibanding kita" . Atas dasar itulah, saya menerima tawaran tersebut di tengah kegiatan pelatihan dengan klien Bank Syariah Mandiri bersama dengan Kubik Training.

Melihat dari permasalahan yang ada di perusahaan tersebut, yang mana infonya bisa diperoleh dari seseorang yang mengundang saya untuk hadir. Terdapat beberapa permasalahan yang ada pada perusahaan tersebut dan semua terkesan saling menyalahkan. Atasan sering menekan bawahan, bawahan tidak terlalu patuh pada instruksi atasan. Tapi hebatnya disini adalah karena atasan tersebut tidak akan pernah mengeluarkan karyawan tersebut dari perusahaannya. "Belum pernah ada kasus seperti itu" , begitulah katanya.

Kemudian berbekal bertanya dari salah satu orang yang saya anggap mentor, dijelaskan bahwa coba saja untuk meyakinkan bahwasanya segala sesuatu yang kita kerjakan itu adalah bentuk pengabdian kita kepada Allah. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk menaruh prinsip tersebut pada prinsip 1 dari bagaimana kita seharusnya merespon sesuatu yang terjadi.

Selanjutnya berbekal ilmu yang didapatkan selama ini, saya kemudian memutuskan untuk meletakkan "ubah respon" menjadi prinsip 2 yang harus kita lakukan untuk memiliki kehidupan yang bermakna.

Great Response To Be An Expert

Itulah judul yang saya berikan kepada peserta agar menjadi lebih hebat lagi dalam menjalani kehidupan. Bisa jadi diantara anda yang membaca tulisan ini berpikir, "Mas, emang dirimu udah jadi expert kok bisa-bisanya bahas ini?"

Hehehe. Saya pun belum menjadi expert. Tapi saya mencoba untuk terus belajar sehingga saya yakin bahwa saya akan menjadi expert. Bagi saya salah satu kunci seseorang bisa menjadi ahli adalah dengan merubah respon ketika mendapatkan satu kejadian.

Kalau saya baca dari buku Ustadz Nasrullah, Magnet Rezeki, ternyata rezeki bisa dengan mudah diperoleh salah satunya adalah dengan merubah respon kita. Bagaimana kita bisa memperlihatkan bahwa yang muncul pertama kali, baik itu terucap maupun tidak, itu adalah hal yang positif. Jangan melulu berpikir negatif.



Ada lagi yang namanya ilmu kuantum. Untuk yang satu ini, saya belum terlalu memahami maksudnya. Namun simpelnya seperti ini, ketika kita diminta uang oleh orangtua kita karena mereka membutuhkan uang tapi tidak ada pegangan, sementara kita tidak punya. Terkadang secara spontan mengatakan, Ah aku aja ga ada uang. Mau ngasih gimana.

Darisitu saya belajar, sesungguhnya jika hal tersebut benar-benar terucap, ternyata itu menjadi doa. Doa kalau saya tidak punya uang, atau jangan berikan aku uang, atau yang lain sebagainya. Menurut ilmu yang saya dapatkan, jika orangtua kita seperti itu, katakanlah secara lantang dan bijaksana, "Maaf bu, uang aku sekarang lagi berkelana, melayang-layang untuk nantinya masuk ke dompet banyak terus bisa ngasih ibu deh".

Secara tidak sadar kita sedang berdoa, Yaa Allah banyakkanlah rezekiku. Mudah bukan? Kelihatannya. Tapi kalau dipikir, hal itu bisa dikatakan mudah kalau memang sudah terbiasa melakukan dari kecil.

Sekarang bayangkan satu kasus terakhir, ketika atasan anda menyuruh anda mencapat target dua kali lipat namun gaji tidak naik. Kira-kira apa yang ada di pikiran anda terhadap atasan tersebut? Positif atau negatifkah?



Sekarang kalau kita bawa ke arah pikiran negatif, kemudian perasaan yang muncul kira-kira akan seperti apa? saya yakin dan percaya, pasti akan negatif juga. Lalu jika sudah begitu, tindakan seperti apa yang akan diambil? Sudah pasti negatif juga ya. Kalau semua itu dirunutkan kemudian diberikan gambaran dampaknya, apakah sekiranya minimal untuk diri sendiri bagaimana? Hampir bisa dipastikan negatif. Ujungnya adalah stres > bunuh diri > mati > masuk neraka.

Kalau sekarang kita ubah menjadi respon positif yang kita pilih, kira-kira pikiran apa yang timbul di benak kita terhadap atasan tersebut? Kemungkinan besar pasti positif bukan? Seperti pikiran si atasan suka menchallenge kita untuk bertumbuh. Lalu perasaan yang timbul bagi diri kita apa? Sudah pasti senang. Lanjut dan runut sembari diberikan dampaknya, hampir bisa dipastikan pasti menuju sesuatu yang positif. Entah keluarga bahagia > bisnis lancar > sedekah berkembang > hidup tenang.

Kita lihat bersama, apa yang bisa terjadi jika respon yang kita berikan salah? Neraka bisa menjadi jalan terakhir bukan? Tapi bagaimana jika respon yang kita berikan tepat? Bahagia bukan?

So, kalau sudah begitu. Tidak lagi ada alasan bagi kita semua, saya dan juga tentunya anda yang membaca tulisan ini untuk tidak merespon segala sesuatu dengan positif. Dan yakinlah, hidup ini adalah bentuk pengabdian kepada Allah, kalau hidup ini saja sudah kita sia-siakan, bagaimana nanti kehidupan di akhirat, kita yang gantian disia-siakan oleh Allah. Atagfirullah . . .

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Maju terus, tumbuh terus.


Selasa, 04 April 2017

Asiknya Punya Istri

Punya istri itu benar-benar bikin happy. Bagaimana tidak, mau pergi keluar ada yang nemenin, mau pergi kajian bisa barengan, mau belanja ga perlu pusing karena ada yang milih sayur dan lain-lainnya selagi rezeki dari Allah mencukupi, hehehe.

Punya istri itu benar-benar terbukti bikin happy ya. Terlebih kalau istrinya satu visi, satu tujuan, saling mendukung apa yang dibutuhkan dan saling koreksi kalau ada yang keliru.

Apalagi kalau punya istri di usia yang bisa dibilang cukup muda. Walaupun tidak muda-muda banget lah.

Alhamdulillah Allah mengizinkan saya bisa menikah di usia 24 tahun pada Juli 2014. Istri saya 5 tahun lebih muda dibanding saya. Atas izin Allah saya menikahi istri saya pada saat usia dia 19 tahun.

"Iiih, mas pedofil ya??"

Dulu memang ada yang ngomong kayak gitu ke saya. Tapi kalau dipikir-pikir, masa iya umur 19 tahun itu masih disebut anak-anak?? Kan tidak ya. Orang sudah baligh kok, masa iya saya pedofil -,-" .

Istri saya sudah siap menikah, saya senang dengannya, dan Alhamdulillah atas izin Allah dia siap untuk menerima saya dalam hidupnya sebagai imamnya, tunggu apa lagi??

Sahabat bagaimana? Apakah ada wanita yang menurut sahabat disenangi? Terlebih karena agamanya? Kalau ada, tunggu apa lagi. Langsung saja nikahi, hihi.

Tentunya dengan mekanisme yang dianjurkan Allah SWT.

Bisa jadi wanita yang sahabat senangi itu juga memiliki perasaan yang sama kepada sahabat.

Tapi sekali lagi, Allah Maha Memberi Yang Terbaik. Minta pada-Nya untuk diberi yang terbaik. Kita mah manusia bisanya melakukan sesuai petunjuk dan perintah dari Allah saja :)

Senin, 03 April 2017

Asiknya Bermanfaat Bagi Oranglain

Berbagi pengalaman itu memang hal yang sangat menyenangkan. Apalagi berbagi sesuatu yang pernah kita lakukan dan itu baik bagi diri kita, dan sudah kita rasakan sendiri manfaatnya.

Berbagi pengalaman juga membuat hati ini gembira. Karena ilmu yang kita punya, pengalaman yang kita rasakan, akan juga dirasakan oleh oranglain. Bukan hanya bagi diri sendiri.

Saya selalu teringat akan kalimat, "sesungguhnya sebaik-baik manusia ialah mereka yang bermanfaat bagi sesama manusia yang lainnya". Karena sudah paham tentang hal itu, maka tidak ada alasan buat saya pribadi untuk tidak bermanfaat untuk banyak orang.

Cara kita untuk bisa bermanfaat bagi oranglain salah satunya ya lewat berbagi pengalaman ini. Sahabat seperti apa??

"Mas, aku ga ada pengalaman baik yang harus aku share nih. Jadi gimana dong biar bisa manfaat buat oranglain??"

Banyak. Bermanfaat bagi oranglain bukan cuma berbagi pengalaman kok. Bisa juga lewat jalur lain yang memang kita ahli. Betul tidak??

Saya punya teman senang menulis, maka menulis menjadi jalan kebermanfaatan baginya. Saya juga punya teman senang bercocok tanam, maka bercocok tanam dan mengajak sekaligus mengajarkan cara bercocok tanam menjadi jalannya.

"Mas, aku kerja kantoran nih, jadi bingung caranya gimana biar bisa bermanfaat"

Gampang. Maksimalkan saja potensi yang kita punya di kantor. Kalau memang tidak bisa maksimal di kantor bagaimana?? Gampang. Setiap azan berkumandang, jangan tinggalkan solat di masjid, ajak dan ingatkan teman-teman kantor untuk selalu solat di masjid. Urusan bergerak atau tidak mereka, bukan urusan kita, hoho.

Percaya atau tidak, ketika diri kita sudah benar-benar berpedoman kalau sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat buat oranglain, maka segala cara agar bisa bermanfaat akan dilakukan.

Pahala insya Allah mengalir. Ketenangan hati insya Allah didapat. Rezeki insya Allah tidak akan terputus. Asal, niatkan segala sesuatu untuk berbagi sebelum memulainya.

Jadi, masih berpikir untuk hidup tidak bermanfaat bagi oranglain?? Sayang loh . . .

Kamis, 09 Maret 2017

Bagikan Impian Dan Harapanmu



 Bisa jadi juga dari sahabat yang membaca tulisan ini tidak percaya dengan yang namanyaimpian dan harapan.

Bisa jadi dari sahabat yang membaca tulisan ini termasuk orang yang tidak percaya atas kekuatan bicara.

Jika memang seperti itu kondisinya, mulai sekarang saran dari saya yaitu mulai mempercayai akan hal tersebut. Percaya akan impian, harapan, dan juga percaya akan kekuatan bicara. Maksud kekuatan bicara disini adalah ketika kita punya mimpi, jangan hanya disimpan dalam hati atau pikiran, tapi salurkan, sampaikan.

Mas, saya orangnya introvert, jadi agak sulit kalau misal harus dikasitau ke luar tentang mimpi-mimpi saya.

Tidak masalah jika memang kondisinya seperti itu. Tapi sangat disayangkan kalau memang kita sama sekali tidak pernah menggaungkan / menyampaikan apa impian dan harapan yang kita ingin capai ke dunia luar.

Saya termasuk salah satu orang yang senang sekali untuk menyampaikan apa yang menjadi mimpi saya kepada siapa saja yang saya kenal. Tidak peduli ditertawakan, tidak peduli tidak digubris. Satu yang membuat saya percaya ialah minimal mereka tahu, dan setidaknya insya Allah mereka akan meng-amin-kan mimpi saya tersebut.

Kalau memang sahabat termasuk orang yang introvert, cara termudah untuk bisa menyampaikan mimpi-mimpi sahabat ke dunia luar adalah dengan menulisnya. Menulis di kertas, di blog jika memang punya, dimanapun asalkan orang lain bisa melihatnya. Jangan hanya disimpan sendiri.

Saya teringat kata guru saya, “kalau punya mimpi itu dibagi-bagi. Jangan cuma disimpen sendiri. Biarkan oranglain tahu apa mimpimu, biarkan mereka bantu dengan doa”.

Setidaknya itulah yang saya lakukan selama ini. Saya melakukan keduanya. Saya ceritakan kepada siapa yang saya kenal, tapi sebelum itu saya tuliskan pada sebuah kertas yang kemudian saya tempelkan di dinding kamar tidur saya. Agar sebelum tidur, kita bisa melihat kembali apa mimpi kita tersebut. Kalau sudah begitu, maka semangat insya Allah akan kembali menggelora untuk meraihnya.

Yang paling berbahaya dari semua itu jika sahabat sama sekali tidak memiliki mimpi yang ingin diraih. “Saya mah ngalir ajalah, kayak air yang mengalir. Nanti juga ketahuan bakal jadi apa saya”.

Ya alhamdulillah kalau memang air tersebut membawa kita menuju ke tempat yang indah. Lah kalau mengalir ke tempat yang keruh, tempat yang jelek, bagaimana? Hihi.

Terakhir dari tulisan ini yaitu marilah kita semua sebagai manusia memiliki impian dan harapan. Jangan sampai kita tidak memilikinya.

Jika sudah memiliki impian dan harapan, share kepada oranglain. Biarkan mereka mengetahui kemudian mendoakan. Dan lihat keajaiban yang akan terjadi setelahnya. Kuncinya dua, SEMANGAT & SABAR.

Senin, 06 Maret 2017

Resolusi Tubuh Ideal



Manusia mana yang tidak menginginkan untuk memiliki berat badan yang ideal. Betul tidak?

Bagi saya, punya badan yang tidak ideal itu benar-benar sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Saya yang tinggi badannya hanya 161 cm, saat tulisan ini dibuat memiliki berat badan 73 kg. Berat sekali bukan untuk untuk ukuran tinggi segitu? Kalau dihitung dengan cara kedokteran, bahkan sudah masuk dalam kategori overweight. Hanya saja saya lupa cara menghitung sesuai cara kedokteran, padahal dulu pernah diajarkan cara menghitungnya.

Bagaimana dengan sahabat semua? Apakah sahabat memiliki badan yang ideal untuk ukuran tubuh sahabat? Kalau menurut sahabat tidak ideal, apakah nyaman dengan kondisi badan yang sekarang ada? *Ini bukan jualan produk pelangsing loh yaaa ;p

Kalau kata orang kebanyakan tuh banyak yang unik ya, salah satunya adalah mitos yang mengatakan bahwa orang kalau sudah menikah atau baru menikah tuh pasti badannya membesar, perutnya membuncit, dan sudah pasti itu. Kenapa ya bisa kayak gitu? Hehe.

Tapi percaya atau tidak, beberapa orang yang saya kenal dan sudah menikah pasti membesar perutnya. Gatau kenapa itu. Apakah karena mereka happy dengan pernikahannya sehingga istrinya masak apa pasti dilahap abis, ataukah karena memang intensitas untuk berolahraganya sudah berkurang dibanding waktu sebelum menikah dulu.

Saya juga bisa dibilang termasuk salah satu orangnya sih. Saya waktu sebelum menikah, berat badan biasanya stabil di angka 61-63, tidak pernah lebih dari 65 pokoknya. Setelah menikah, terutama beberapa bulan setelah menikah, angka 65 sulit sekali dicapai. Dua alasan yang saya ungkapkan di atas menjadi faktor utamanya. Masakan istri yang alhamdulillah betul-betul nikmat, dan intensitas olahraga yang berkurang.

Tapi melalui tulisan ini saya ingin mencoba berjanji bagi diri sendiri untuk bisa kembali memperoleh tubuh yang ideal. Minimal tidak masuk dalam kategori overweight. Karena itu tidak enak sekali, hiks hiks.
BISMILLAH . . .
Salah satu resolusi saya adalah mampu memiliki berat badan di angka 63 kg sebelum tanggal 6 Juni 2017, insya Allah. Tepat pada hari ulangtahun saya ke-26
DOAKAN SAYA YAAAA . . .

Pertanyaannya, kenapa kita harus memiliki tubuh yang ideal? Minimal tidak besar perutnya. Saya benar-benar meminta maaf kalau ada yang tidak setuju dengan tulisan ini, dan tulisan ini saya buat bukan untuk menyinggung siapapun, ini adalah hasil pengalaman saya saja.

Pertama, kalau perut kita besar, pergerakan kita menjadi kurang maksimal. Inginnya diam di satu tempat, atau malas untuk bergerak. Karena sudah capek duluan. Sudah capek, keringat mengucur. Keringat mengucur, tubuh menjadi tidak enak karena baju basah. Baju basah, kadang tubuh jadi suka mengeluarkan aroma tidak sedap. Setelah itu, kasihan orang di sekitar kita jadinya.

Kedua, kalau perut kita besar, napas jadi sering tersengal-sengal (ngos-ngosan). Karena aliran udara yang kita hirup sedikit tertutup sehingga peristiwa menarik napas menjadi kurang maksimal. Kalau sudah begitu, kurang bisa merasakan nikmatnya menghirup udara yang Allah berikan.

Ketiga, kalau perut kita besar, sudah bisa dipastikan tubnuh ini sangat malas untuk bergerak. Inginnya serba santai, praktis. Kecuali mereka yang benar-benar bersemangat untuk menurunkan berat badannya.

Nah, tiga alasan inilah yang membuat saya merasa sedih kalau memiliki perut yang besar, tubuh yang tidak ideal. Karena saya sudah dua kali merasakannya, dan saat ini saya akan mencoba untuk berusaha kembali mengembalikan ke posisi tubuh biasanya.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, sekali lagi saya ingin meminta maaf kalau memang ada yang merasa tidak setuju dengan saya. Karena tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.

Semoga kita semua selalu berada dalam kondisi tubuh terbaik sehingga kesempatan untuk bermanfaat bagi banyak orang menjadi jauh lebih maksimal. Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya.Bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri.

#pengingatdiriku
#1stday #100haribercerita