Minggu, 24 Juli 2016

Jangan Ditahan


Malam itu perjalanan kami terasa sangat nikmat. Bagaimana tidak, mata kami terlelap seakan tidak berdaya melawan lelah dan tidak enaknya badan kami setelah seharian melakukan aktivitas

Sang istri yg memang sibuk dari pagi dengan berbagai macam kesibukannya di rumah orangtua kami. Dan saya sendiri yg selama beberapa hari itu dilanda flu yg membuat badan ini panas dingin serta cairan yg tidak habis habis keluar dari hidung ini

Ya, malam itu istri saya harus kembali ke kota perantauannya dimana dia menempuh pendidikannya, Semarang, untuk melanjutkan kisahnya berjuang menyelesaikan tugas yg belum rampung dikerjakan pada saat Bulan 
Ramadhan. Revisi tugas Kerja Praktik yg saat seminar mendapat banyak koreksi dari dosen pembimbingnya
Sebenarnya bisa saja istri saya menyelesaikan di rumah kami, tapi khawatir untuk tidak fokus. Karena selain kesibukan untuk mendampingi orangtua kami di rumah, sang istri harus melakukan bimbingan kembali demi menerima apakah hasil revisi tugas yang dikerjakannya sudah tepat atau belum

Malam harinya saya pun mengantarkan istri saya ke stasiun Pasar Senen, Jakarta, ditemani oleh teman bapak saya karena saya takut tidak kuat untuk menyetir mobil akibat kondisi tubuh yg tidak fit

Di perjalanan, kami sudah merasakan sakit perut yg tidak enak. Kalau kata istri saya, "bay, ini tuh sakit banget. Kentut yang nyasar nih di perut". Entah ingin buang air besar atau hanya sekedar buang gas saja. Namun karena kami sangat lelah, akhirnya mata kami terpejam dengan rasa sakit perut yg tidak dirasakan kembali

Mata kami pun terbuka kembali ketika mobil yang disetir oleh teman bapak tiba di stasiun. Sesampainya di stasiun kami langsung bergegas menuju loket antrean untuk membeli tiket

Secara mendadak, perut saya dilanda rasa mulas yg sangat luar biasa. Seperti ingin keluar kotoran yg ada di perut ini. Tapi saya berusaha untuk menahannya. Istri saya dengan baik hati mengizinkan saya untuk duduk santai saja menunggunya

Tapi saking kami sangat kompaknya, tiba-tiba saja istri saya pun mendadak menghampiri saya secara tergesa-gesa, keluar dari antrian. Apa yang terjadi?? Ternyata, dia pun merasakan apa yang saya rasakan. Mulas luar biasa seakan ingin menangis tidak kuat menahannya

Beruntung kamar mandi di stasiun tersebut sudah jauh lebih baik, kami bergegas menuju kesana untuk melancarkan tugas kami. Tentunya di kamar mandi yang berbeda. Saya di pria, istri saya di toilet wanita

Setelah kami berdua keluar dari kamar mandi, kami tertawa bahagia seperti telah melepaskan apa yang menjadi beban hidup kami beberapa menit yang lalu. Luar biasa sekali rasanya

Kemudian saya berpikir, benar sekali kata Allah yg tertera dalam Al-Qur'an "maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

Salah satu kenikmatan itu ialah bisa buang air besar di tempat umum

Sesuatu yg harusnya dikeluarkan, keluarkanlah. Jangan ditahan jika memang tempat dan lokasi mewadai

Ga mau keluar sembarangan toh?? Hehe

0 komentar:

Posting Komentar