Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Minggu, 29 November 2015

3 Ciri Yang Mendapat Syafa'at Rasul


Sungguh manusia benar-benar dalam kerugian. Terutama jika yang dilakukannya di dunia hanyalah membuang-buang waktunya tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya, dan untuk orang banyak. Karena kehidupan kita di dunia hanyalah sementara dan tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh Allah, Sang Maha Pencipta.

Apakah kita sudah menyiapkan bekal cukup untuk kehidupan kita di akhirat nantinya? Apakah kita sudah mempersiapkan diri dan jawaban-jawaban atas segala pertanyaan yang Malaikat berikan kepada kita saat kita sudah meninggalkan dunia ini? Sungguh, sungguh merinding dan bergetar tubuh ini jika harus mengingat apa yang akan terjadi di kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
           
           Pernahkah kita berpikir akan masuk ke dalam surga atau neraka diri ini? Apakah ke dalam surga yang di dalamnya akan hidup kekal abadi selama-lamanya dengan segala kenikmatan yang diberikan Allah untuk makhluk-Nya yang beriman. Ataukah neraka yang kita tahu bahwa disana merupakan tempat lahirnya setan dan kita semua tahu bahwa di dalamnya tidak ada kenikmatan yang akan didapat. Yaa Allah, lagi-lagi merinding dan bergetar jika memikirkan hal itu.
             
            Alhamdulillah jika kita nantinya setelah penghisaban dimasukkan ke dalam surganya Allah yang begitu indah. Bagaimana jika kita berada diantara surga dan neraka, atau bahkan dimasukkan ke dalam neraka? Naudzubillah Min Dzalik.
       
              Mungkin kita semua pernah mendengar bahwa hanya ada satu orang yang dapat memberikan syafa’at kepada kita di akhirat nanti. Ya, dialah Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang nantinya akan menolong dan menyelamatkan umatnya yang benar-benar patuh terhadap ajaran agama yang dibawa olehnya. Beliaulah yang akan berjuang memohon pada Allah untuk menyelamatkan kita dari ancaman yang sangat mengerikan, neraka.
    
            Namun, bukan berarti dengan syafa’at yang dimilikinya kita menjadi bebas berbuat apa saja. Karena tidak semua umatnya dapat diselamatkan olehnya. Saya pun diingatkan oleh seorang guru yang berkesempatan memberikan tausyiahnya saat saya menjalani pembelajaran di daerah Kuningan. Diantara orang-orang tersebut, antara lain adalah

1.       Umatnya yang beriman
Sebagai umat Islam yang memang memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah, diwajibkan untuk selalu memiliki keimanan kepada Allah dan ajaran agama Islam. Dalam kitab suci Al-Qur’an pun selalu disebutkan, “Hai, orang-orang yang berimana” . Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak patuh terhadap ajaran agama yang dibawa oleh Rasul Muhammad SAW.

2.       70.000 umat tanpa dihisab
Dalam hadits yang saya lupa diriwayatkan oleh siapa, disebutkan bahwa nantinya akan ada 70.000 umat muslim yang akan masuk surga tanpa dihisab. Apa kita yakin bahwa kita dapat masuk surga tanpa dihisab? Sementara sahabat Rasul sendiri saja berjumlah kurang lebih, yaitu 114.000 orang. Masih yakinkah kita?
Namun kala itu, Umar Bin Khattab merasa hal itu kurang. Karena itu, sahabat Umar meminta “tambahan kuota” kepada Rasul yang akhirnya Rasul pun mengatakan bahwa dari 70.000 orang tersebut, masing-masing orang dapat membawa lagi 70.000 orang yang lainnya. Yak, semoga kita termasuk ke dalam salah seorang diantaranya.

3.       Ashabul A’rof
Ashabul A’rof adalah satu tempat dimana manusia berada diantara surga dan neraka. Ingin masuk ke surga namun tidak bisa. Tidak ingin masuk ke neraka namun belum pasti. Orang dengan kondisi seperti ini, disebutkan dalam hadits yang lagi-lagi saya lupa diriwayatkan oleh siapa, dijanjikan oleh Rasul bahwa akan diselamatkan nantinya untuk masuk ke dalam surga.

       Sahabat, termasuk ke dalam umat muslim yang manakah kita berada? Apakah ibadah kita sudah berada dalam tingkat yang sangat baik sehingga nantinya kita termasuk dalam orang yang mendapat syafa’at dari Rasul Muhammad SAW?
       
      Semoga apa yang saya tulis dapat menjadi renungan kita semua. Bukan berarti saya merasa lebih baik, namun semata-mata tulisan ini saya tulis untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa kita harus mengingat kembali tujuan kita hidup di dunia ini untuk apa.

Semoga kita semua nantinya dapat bersilaturahim dalam surganya Allah bersama orang-orang soleh dan soleha yang lain. Aamiin.

Rabu, 25 November 2015

Tidak Menikmati? Ingat 2 Hal Ini


 
Sahabat, pernahkah merasa bahwa apa yang kita lakukan seperti sia-sia saja? Pernahkah kita melakukan apa yang sebenarnya tidak kita sukai namun kita harus melakukannya? Bagaimanakah rasanya? Saya yakin pasti tidak enak, karena sama sekali tidak menikmatinya. Betul tidak? Hehe. Saya berani menjawab seperti itu karena saya pun melakukannya saat ini.
Ya, melakukan sesuatu yang tidak kita senangi benar-benar membuat hati ini seperti tidak ikhlas. Semua yang dilakukan rasanya tidak berguna. Tersenyum pun rasanya sangat sulit. Air mata seperti ingin keluar dari mata. Bahkan mulut pun rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya karena merasa hidup ini tidak adil bagi dirinya.
Tapi sahabat, kehidupan ini terus berputar. Percuma kalau kita hanya meratapi tanpa ada pergerakan apapun. Sesungguhnya waktu itu tidak akan bias kembali lagi. Sangat disayangkan jika kita hanya bersedih dan benar-benar tidak berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan orang banyak di luar sana.
Mungkin untuk kita dapat menjalani kehidupan yang lebih tertata ke depannya, perlu kiranya kita memperhatikan beberapa hal berikut,

1.       Bersyukur atas apa yang kita dapat

Terkadang kita sering melupakan hal ini. Ketika kita benar-benar menjalani apa yang tidak kita suka, terlebih karena itu paksaan dari luar, kita menjadi lebih sering ‘menggerutu’, merasa bahwa apa yang kita lakukan tidak akan pernah berguna untuk kita ke depan.

Menurut saya inilah penilaian yang salah dan harus kita rubah cara pandang terhadap hal tersebut. Belum tentu apa yang dilakukan itu tidak berguna. Karena siapa yang tahu apa yang akan terjadi ke depan.

Karena itu, bersyukur kiranya pantas untuk dilakukan. Tujuannya jelas, agar apa yang dilakukan mendapat keberkahan dari Allah dan senantiasa diberi kekuatan. Sulit? Iya. Tapi kesulitan itu akan terasa nikmat untuk dilakukan jika kita bersyukur dan bersyukur.

2.       Rajin untuk melihat ke bawah, jangan selalu ke atas

Hal ini salah satu yang lainnya yang sering kita lupa. Kita hanya selalu dan selalu melihat bahwa orang lebih sukses dari kita. Mereka melakukan kegiatan, pekerjaan sesuai dengan yang mereka suka, tapi kenapa kita tidak? Hehe. 

Lagi-lagi, hal itulah yang dulu saya lakukan. Saya hanya melihat ke atas saja. Hingga akhirnya saya diingatkan oleh guru saya mengenai hal tersebut bahwa itu adalah tindakan yang keliru. Sahabat, banyak orang di luar sana berharap mendapatkan apa yang kita dapat, apa yang kita kerjakan saat ini. Namun mereka tidak bisa karena berbagai hal. Entah karena pendidikan, entah karena relasi, dan yang lain-lain.
 
Karena itu, pantas kiranya jika kita sering melihat ke bawah untuk dapat lebih mensyukuri dan menikmati apa yang kita dapatkan saat ini. Ada pepatah berkata seperti ini, “Jika kau ingin bersyukur apa yang telah kau dapatkan, seringlah lihat ke bawahmu. Tapi jika kau ingin berusaha mendapat lebih atas apa yang kau dapatkan saat ini, seringlah lihat ke atasmu” .
Nah, dua hal tersebut adalah hal yang sekarang senantiasa saya selalu istiqomah untuk melakukannya. Karena sejujurnya, apa yang saya lakukan saat ini di dunia pekerjaan saya, bukanlah diri saya seutuhnya. Tapi karena mengingat hal tersebut, Alhamdulillah saya merasakan hal-hal hebat dalam menjalani kehidupan ini.

Ikhlas? Harus. Sabar? Wajib. Percaya? Tidak boleh lepas . . .

Prajabatan #1


Hampir 2 minggu yang lalu alhamdulillah saya diizinkan oleh Allah berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban saya sebagai seorang Calon Pegawai Negeri Sipil di Kementrian ESDM 2014, yaitu prajabatan. Kegiatan ini dilaksakan dan diwajibkan untuk semua CPNS baru yang diterima dari hasil seleksi mulai tahun 2014 dan diterima untuk mulai bekerja setahun berikutnya, 2015.

Bukan hanya ESDM saja sepertinya yang melaksanakan kegiatan ini, namun semua CPNS dari semua kementrian wajib melaksanakannya tanpa terkecuali. Prajabatan ini ternyata memang sudah dilakukan jauh sebelum saya bergabung menjadi bagian dalam pemerintahan, untuk tepatnya saya pun kurang memahami, sepertinya mulai tahun 2006.

Mulai tahun ini, prajabatan diselenggarakan dengan metoda yang berbeda disbanding sebelumnya. Hal ini saya ketahui berdasar penjelasan dari berbagai widyaisara yang mengajar saat prajabatan ini. Karena metoda yang sekarang lebih ke arah pendalaman nilai-nilai yang harus dipegang oleh semua pegawai negeri sipil yang bergabung di Kementrian.

Nilai-nilai yang diajarkan dan didalami oleh semua CPNS terdiri dari 5 nilai, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu, dan juga Anti korupsi atau yang biasa disingkat dengan ANEKA.

Saya sebagai CPNS yang memang merasa belum memiliki kekuatan apa-apa sudah pasti wajib mengikutinya tanpa harus mengeluh. Karena saya berpikir, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Karena itu, saya kemudian merubah mindset saya menjadi saya pasti menikmatinya. Semata-mata dengan tujuan agar nilai-nilai yang memang diajarkan kepada saya dapat saya terima dengan baik.

Mungkin yang berpikiran dengan saya bukan hanya saya saja, tapi banyak dari teman seperjuangan juga berpikir seperti itu. Awalnya malas? Sudah pasti. Tidak semangat? Jujur, iya. Namun sekali lagi, semua itu akan percuma jika saya dan teman yang lain mengeluh dan menggerutu.

Namun yang saya bingung hanya satu saat itu, mengapa kami CPNS 2014 harus mengikuti prajabatan dengan moteda yang berbeda dengan sebelumnya dan yang diajarkan adalah seputar nilai-nilai Aparatur Sipil Negara yaitu ANEKA??

Apakah karena banyak yang merasa bahwa ASN banyak yang kurang dapat menerapkan nilai-nilai ANEKA itu atau memang untuk lebih mendalami nilai-nilai tersebut? Pikiran negatif sempat menghampiri pikiran saya saat itu, tapi sekali lagi saya dan mungkin juga teman-teman seperjuangan saya tidak ingin ambil pusing dan berusaha untuk berpikiran positif, hehe.

Apapun itu, semoga semua yang kami dapatkan mengenai pendalaman nilai ANEKA benar-benar dapat membuat ASN ke depan termasuk saya dan teman-teman seperjuangan tahun ini menjadi jauh lebih baik dan berkembang. Dan dapat merubah mindset masyarakat bahwa ASN memang memiliki tugas yang mulia, yaitu melayani masyarakat dan hal itu dapat dijalankan. Aaamiin.

Selasa, 24 November 2015

Yuk Jaga Silaturahim


Salah seorang sahabat bertanya kepada saya, “Dit, elu kok kayaknya kalau pergi kemana, pergi kemana, pasti ada aja temen disana dan selalu ketemu sama dia sih? Keren dah” . Pertanyaan ini bukan hanya satu orang yang menanyakan kepada saya, tapi beberapa. Pikirku, “Mungkin mereka heran kali yak gua ada temen dimana-mana, hehe” .

Kemudian pertanyaan itu juga membuat saya sebenarnya bingung harus menjawab apa. Karena yang saya lakukan hanyalah hal yang rutin saya lakukan. Dan saya pun tidak menyangka jika saya pergi ke suatu kota karena urusan-urusan tertentu, entah itu hanya main atau urusan pekerjaan, pasti ada saja teman yang bisa dikunjungi.

Lantas saya kembali mengingat apa yang telah saya lakukan sehingga saya bisa membuat beberapa sahabat saya merasa heran. Ternyata saya sadar bahwa saya ini sangat senang untuk menjalin silaturahim. Saya termasuk tipe orang yang sangat senang jika mendapat teman baru, kemudian lebih senang jika orang tersebut berasal dari daerah yang berbeda dengan saya sekarang.

Kenapa saya senang jika mereka tinggal di daerah yang berbeda dengan saya? Apalagi jawabannya jika bukan karena ketika saya berkesempatan untuk berkunjung ke daerahnya, bisa dibantu untuk menjelaskan daerah yang saya kunjungi. Baik itu tempat wisata, kuliner, dan yang lainnya yang mungkin saya tidak terlalu memahaminya jika saya sendiri.

Dan saya sangat senang jika saya selalu berusaha ketika saya pergi ke suatu daerah, walaupun tidak bisa bermain bersama teman, namun selalu berusaha untuk bertemu hanya sebentar. Bukan karena sombong tidak ingin main bersama, namun terkadang memang benar-benar tidak bisa, hehe.

Sebagai contoh, belum lama saya pergi ke Jogja bersama teman-teman satu kelompok di kantor. Walaupun kami sudah memiliki jadwal untuk pergi ke tempat ini, pergi ke tempat itu, lalu kemudian saya mengizinkan diri saya untuk mengunjungi sahabat saya yang berada di Jogja. 

Karena dasarnya saya memang pernah menempuh studi disini, jadi ini bukan daerah yang asing bagi saya dan alhamdulillah saya memiliki beberapa teman disini sehingga kesempatan saya untuk dapat silaturahim menjadi lebih mudah.

Saya sangat yakin sahabat pembaca semua juga senang melakukan hal yang sama dengan apa yang saya lakukan. Senang untuk silaturahim. Karena memang dianjurkan bagi kita, mungkin bukan hanya dalam agama Islam saja, tapi agama lain pun dianjurkan untuk seperti itu. Maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak melakukannya.

Tidak ada ruginya menjalin silaturahim, tidak ada ruginya bertemu dengan teman yang berbeda daerah dengan kita ketika berkunjung ke daerahnya. Sebaliknya, banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan. Betul tidak? Wehehehe.

Sahabat, bukan maksud saya untuk pamer atau sombong. Namun ini untuk pengingat diri saya sendiri dan juga semoga mengingatkan sahabat yang membaca tulisan saya ini untuk bagaimana kita benar-benar wajib untuk menjaga apa yang sudah kita lakukan. Menjaga teman yang sudah kita kenal untuk tetap terjaga silaturahimnya.

Jangan sampai apa yang sudah kita dapatkan kemudian terlepas. Benar kata pepatah, mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya. Tapi karena lebih sulit itulah, pahala yang akan kita raih juga insya Allah akan lebih besar dibanding saat meraihnya. Dengan berbagai tantangan, alasan yang ada. Bagaimana kita bisa mengatur agar semua itu tidak menghalangi kita.

 Semangat menjaga ukhuwah perdamaian
Semangat untuk tetap menjalin tali silaturahim demi kehidupan yang menyenangkan

Senin, 23 November 2015

Bosan? Lakukan Hal Berguna Yang Lain


Banyak yang bertanya kepada saya di luar sana mengenai pekerjaan yang saya jalani sekarang itu apa. Dengan jujur dan tegas saya menjawab bahwa saat saya menulis ini, pekerjaan saya adalah CPNS. Ya, CPNS di salah satu kementrian strategis di Indonesia, ESDM, khususnya di unit eselon II LEMIGAS yang bertempat di Cipulir, Jakarta.

Sebutan PNS pun akhirnya melekat pada diri saya. Namun, perlu kita ketahui bersama bahwa sebutan PNS tersebut sudah berubah menjadi ASN atau Aparatur Sipil Negara. Saya bersyukur kepada Allah yang memberi kesempatan kepada saya untuk dapat menjadi bagian untuk memberikan tenaga dan pikirannya untuk negara. Walaupun belum terlalu terlihat dan seperti langkah kecil saja, namun hal itu tetap saya syukuri.

Bermacam-macam penilaian mengenai PNS banyak saya dengar. Banyak yang menganggap PNS itu malas dan hal-hal yang kurang enak didengar lainnya. Ada juga yang mengambil nilai positif dari PNS karena diberi kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan sesuatu untuk negara.

Saya yang memang sebelumnya belum mengetahui mengenai pekerjaan seperti apa yang dilakukan oleh orang yang telah lebih dulu bekerja dari saya berusaha sabar dan terus bersyukur saja tanpa menghiraukan ucapan orang-orang di luar sana.

Setelah saya menjalaninya, saya kaget luar biasa ketika melihat dunia yang saya jalani ini ternyata memang seperti yang orang-orang katakan di luar sana. Negatif? Ada. Positif? Ada. Semua ada di lingkungan kerja saya ini.

Tapi kemudian saya berpikir bahwa apa yang saya jalani ini sudah pasti akan ada positif dan negatif. Bukan hanya dalam pekerjaan, dalam kegiatan di luar pekerjaan yang saya jalani pun memiliki hal positif dan negatif.

Saya berusaha untuk menerima dan menjalaninya dengan ikhlas dan sabar sembari melakukan hal yang memang saya rasa berguna di luar pekerjaan saya. Salah satu hal yang saya berusaha untuk melakukannya yaitu menulis. Tujuannya untuk menyeimbangkan hal-hal di dunia pekerjaan yang saya jalani dan saya ingin berbagi mengenai apa yang saya rasakan dan saya alami.

Dan saya selalu berharap bahwa tulisan yang saya tulis dapat memberikan nilai positif bagi diri saya sendiri dan juga sahabat yang membaca tulisan saya semuanya. Bukan berarti saya merasa lebih baik dan lebih pintar dari sahabat semua, tapi semata-mata ingin membagikan yang saya rasakan, dibandingkan saya harus berbuat hal yang negatif. Hehe.

Sahabat, jika sahabat merasakan juga apa yang saya rasakan. Bosan dengan kegiatan yang selama ini dijalani, dan merasa ingin berbuat hal yang berguna yang lain, menulislah. Yuk yuk. Kita berkembang bersama dengan menulis. Karena apa? Karena,

menulis adalah hal yang diajarkan sejak kita SD dengan materi mengarang, tergantung bagaimana kita menciptakan karangan tersebut menjadi karya yang indah untuk dinikmati bersama :)

Minggu, 22 November 2015

Muda Berkualitas?? Ini Dia!!




Kemarin lusa, tepatnya Sabtu tanggal 21 November 2015, saya diberikan kesehatan untuk bisa bersilaturahim dengan sahabat-sahabat saya yang luar biasa. Mereka adalah Anin (istri saya), KangYusep, Rafa, Diah, Faiz, dan Ulwan. Silaturahim yang berbeda dan belum lama saya lakukan namun membuat saya sangat senang. Kami bersilaturahim diawali dengan membari pelatihan kepada siswa/i di salah satu sekolah binaan salah satu sahabat, yang kemudian dilanjutkan bermain badminton, kemudian ditutup dengan NgobrAs (Ngobrol berkuAlitas) di salah satu tempat di daerah Margonda.

Saya sangat senang ketika melihat salah satu sahabat memberi pelatihan kepada siswa/i di salah satu sekolah di Margonda. Saya senang karena sahabat yang aktif menjalani kegiatan sebagai penyiar di radio sekolahnya dan sebelumnya tidak pernah mengisi pelatihan, dapat memberikan penampilan yang luar biasa. Hal itu terbukti dari jawaban siswa/i ketika ditanyakan kembali seputar materi pelatihannya.

Selanjutnya saya senang karena pertemuan saya bersama sahabat yang lain tidak berhenti sampai disitu, namun berlanjut untuk berolahraga di salah satu hall badminton di daerah Stasiun Pondok Cina selama 2 jam. Senang melihat tawa, senang melihat kegembiraan mereka semua dalam bermain. Walaupun dari kami tidak sehebat atlit-atlit yang ada di Indonesia, namun hal itu tidak menggugurkan kegembiraan kami. Sebaliknya, kami jadi lebih sering tertawa bersama karena tingkah laku dari kami semua.

Kemudian perjalanan berlanjut dengan mengadakan kumpul bersama dan santai di dekat hall yang memang menjadi langganan kami ketika kami berkumpul. Bukan karena tempatnya yang besar, bukan karena mahalnya makanan dan minuman yang ada disana, namun karena memang tempatnya yang sangat asik untuk berkumpul. Selain musola yang tidka kecil, makanan dan minuman yang disajikan pun tidak asing di lidah kami. Ada roti bakar, pisang bakar, nasi goreng, dan lain sebagainya.

Pertemuan seperti ini sering saya lakukan dan bahkan mungkin menjadi rutinitas kami sebagai orang yang mencintai terjaganya tali silaturahim, selain karena kami memang berasal dari satu komunitas, Lingkar Trainer Muda Indonesia (LTMI).

LTMI merupakan salah satu komunitas dimana anak-anak muda yang memiliki visi untuk membut orang lain menjadi lebih baik dan bisa berdampak untuk orang lainnya. Dengan segala kesibukan dan juga perbedaan yang dimiliki masing-masing anggotanya, kami tetap bertahan dengan visi utama, yaitu membangun peradaban CerdasMulia.

Ketika kami berkumpul untuk NgobrAs, terlihat antusiasme dari sahabat-sahabat saya untuk benar-benar membangun peradaban yang diharapkan. Istri saya memimpin diskusi yang kemudian kami semua aktif dalam memberi masukan ini itu untuk nantinya akan kami lakukan ke depannya. Setelah diskusi panjang dan perdebatan mengenai satu masalah, kami berhasil merumuskan beberapa kegiatan yang akan kami lakukan ke depannya. Namun bukan itu yang ingin saya sampaikan pada tulisan ini.

Yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah mengenai bagaimana pemuda mengisi aktivitasnya dengan hal-hal yang bermanfaat di waktu luangnya. Saya sangat senang ketika pemuda memiliki waktu luang dapat dimanfaatkan untuk diskusi-diskusi berkualitas, diskusi yang bukan hanya canda gurau, diskusi yang mana memikirkan orang banyak tanpa harus meninggalkan tujuannya dalam kehidupan. Mungkin hal ini sudah banyak kita saksikan di luar sana. Pemuda berdiskusi berkualitas dengan memikirkan orang banyak di luar sana. 

Saya dan mungkin sahabat pembaca juga saya yakin banyak menyaksikan pemuda/i melakukan hal-hal yang tidak wajar, tidak berguna, dan tidak bermanfaat di luar sana. Padahal jika kita ingat bahwa khidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak lama, pasti kita tidak akan berani melakukan hal yang sia-sia. Bahkan sudah seharusnya pemuda/i memikirkan orang lain untuk menjadi lebih baik. Kenapa? Karena sebagai jalan pelatihan bahwa kitalah yang nantinya akan memimpin di masa depan. Bukan lagi orangtua kita, bukan lagi kakek nenek moyang kita. Tapi kita, PEMUDA/I.

So, ingat tujuan kita hidup hai pemuda/i
Jangan hanya melakukan kegiatan-kegiatan tidak bermanfaat yang tidak memiliki dampak kebermanfaatan untuk banyak orang
LAKUKAN SEBALIKNYA
Bermanfaat untuk banyak orang, dan memiliki dampak untuk mereka
Kita pasti bisa wahai pemuda/i HEBAT


Kamis, 19 November 2015

Hal Terpenting Dalam Berdakwah



Siang kemarin, di masjid The Energy Building, SCBD, benar-benar seperti mendapat kebahagiaan. Bukan karena adanya pesta, namun karena ada tausiyah yang dibawakan oleh ustadz yang sudah malang melintang di Indonesia, dengan kebiasaannya yaitu menuntun umat muslim untuk senantiasa berdzikir, Ustadz Muhammad Arifin Ilham.

Tanpa pikir panjang memilih solat di mushola gedung lantai 36 atau masjid lobi, langsung saja saya meminjam sandal mushola untuk menuju masjid lobi. Seperti perkiraan, masjid langsung penuh, bahkan sampai ada yang tidak kebagian solat berjamaah kloter 1. Tapi kemungkinan bukan saja karena ustadz kenamaan, namun memang setiap harinya masjid yang ada di The Energy Building ini memang selalu penuh.

Setelah Solat Zuhur berjamaah, langsung MC mengambil alih untuk selanjutnya diberikan kepada Ustadz M. Arifin Ilham untuk dapat memulainya. Beliau memulai dengan zikir yang biasa dilakukan ketika saya melihat dari layar televisi. Seketika tubuh ini bergetar tatkala alunan zikir dilantunkan. Setelahnya, ceramah pun dimulai.

Beliau menjelaskan banyak sekali tugas-tugas kita dalam kehidupan ini. Antara lain, menghidupkan sunnah harian Rasulullah SAW yaitu tidur lebih awal untuk segera bangun di tengah malam, tanpa lupa membangunkan keluarga dan sahabatnya untuk menikmati indahnya solat malam, tidak keluar rumah tanpa diiringi doa.

Kemudian, Ust, Arifin Ilham juga menjelaskan beberapa macam dakwah yang harus dilakukan kita sebagai manusia dan sebagai makhluk Allah
1.       Dakwah pada diri sendiri
2.       Dakwah pada keluarga
3.       Dakwah pada pimpinan
4.       Dakwah pada saat majelis
5.       Dakwah pada siapa saja yang ditemui

Sebagai makhluk yang ditugaskan oleh Allah dan Rasulullah Muhammad untuk berdakwah, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menolak dan tidak melakukannya. Sangat disayangkan ketika kita diberi kesempatan umur tapi tidak dimaksimalkan untuk menyampaikan kebaikan-kebaikan yang ada di dalam Al-Qur’an, Hadits, dan juga dalam kehidupan.

Namun satu yang beliau sampaikan kepada saya dan semua orang yang hadir mendengarkan tausyiahnya mengenai anjuran untuk berdakwah ini. Yang terpenting dari berdakwah adalah kita mengatakan apa yang sudah kita lakukan. Jangan pernah kita mengatakan tapi kita sendiri tidak melakukannya. Dan sebaik-baiknya orang yang menyampaikan ajaran kebaikan ialah yang istiqomah melakukan kebaikan tersebut.

Istiqomah. Satu kata yang mudah untuk diucapkan tapi terasa sulit untuk dilakukan. Dibutuhkan konsistensi untuk berbuat kebaikan dan dilakukan secara terus menerus. Orang yang sudah melakukan hal ini, sesungguhnya adalah orang yang paling baik dalam menyampaikan kebaikan dan kebenaran.

Tapi pertanyaan kemudian datang, apakah orang yang tidak istiqomah tidak pantas untuk berdakwah?? Menurut beliau, bukan tidak pantas, tapi cobalah untuk berusaha meng-istiqomah-kan dirinya dalam melakukannya. Jika guru saya mengatakan, “memperbaiki orang lain melalui jalur perbaikan diri”.

Yang saya tangkap inti dari tausyiah yang beliau sampaikan adalah, berdakwah itu bukan masalah kita ustadz, alim ulama, atau hanya manusia biasa, karena sebenarnya mereka pun juga manusia biasa yang memang diberikan kelebihan Allah untuk berani menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada banyak orang.

Bayangkan jika kita istiqomah dalam melakukan kebaikan dan kebenaran, kemudian kita mendakwahkan apa yang kita lakukan kepada banyak orang, tidak akan ada lagi yang namanya peperangan, tidak akan ada lagi yang namanya anti sosial. Yang ada hanyalah perdamaian, ketenangan, persaudaraan, dan hal-hal indah lainnya.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi. Namun, yang perlu diingat adalah Allah tidak akan pernah memberikan sesuatu yang tidak bisa kita selesaikan dan melebihi kemampuan kita.