Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Selasa, 27 Januari 2015

Be a Good Leader






Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillah

Halo sahabat, apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat wal’afiat dan selalu dalam lindungan Allah yaa. Aamiin. Alhamdulillah diberi kesempatan oleh Allah untuk menulis lagi, hehe.

Menjadi seorang pemimpin itu sebenarnya sangat berat tugasnya. Karena pertanggungjawabannya bukan hanya di dunia, melainkan sampai akhirat.

Bahkan ketika salah satu sahabat Rasulullah diberikan amanah untuk memimpin rakyatnya pada saat itu, beliau langsung menangis karena memikirkan amanah yang harus dipegang sangatlah berat.

Namun, semua itu berbanding terbalik dengan kondisi sekarang. Akhir-akhir ini, saya menemukan fenomena yang sangat aneh dan ajaib. Banyak orang yang ingin sekali menjadi pemimpin dengan tujuannya masing-masing.

Bersyukur kalau orang yang ingin menjadi pemimpin murni dengan tujuan membantu warganya. Lah gimana kalau ingin menjadi pemimpin tapi dengan tujuan sedikit berbelok, atau bahkan benar-benar berbelok? Gawaaattt.

Setiap calon pemimpin yang bersaing, bukan rahasia lagi jika banyak yang saling menjatuhkan, bukan malah sebaliknya. Padahal sebenarnya sangat indah dan sangat menyenangkan ketika calon pemimpin saling membantu, saling memuji dengan “ikhlas”, bisa dipastikan jalannya roda kepemimpinan akan lancar.

Kenapa seperti itu? Karena Allah ikut bermain dan mengawal secara langsung. Tapi apakah Allah mau ikut mengawal ketika apa yang dilakukan calon pemimpin sudah tidak baik? Mungkin Allah sudah malas untuk mengawal, karena sudah tidak mengikuti aturan-aturan nilai kebaikan, hehe.

Semua bisa baik ketika Allah sudah meridhoi, dan semua tidak akan baik kalau Allah belum bahkan tidak meridhoi. Pemimpin lah ujung tombak dari semuanya itu. Ketika seorang pemimpin benar-benar amanah, ridho akan didapat. Namun jika pemimpin tidak amanah dan ingkar, maka ridho tidak akan didapat.

"Menjadi pemimpin bukanlah untuk gaya-gayaan, tapi ikhlaslah karena ingin memperbaiki kondisi yang ada. Allah senantiasa akan mendampingi . . . "

Rabu, 21 Januari 2015

IBU


Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillah

Halo sahabat, apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat dan senantiasa selalu dalam lindungan Allah ya. Tulisan ini saya persembahkan untuk semua Ibu hebat yang ada di dunia ini.

Ibu. Seorang wanita yang melahirkan kita ke dunia. Melalu rahimnya kita menumpang untuk dibesarkan. Selama kurang lebih 9 bulan kita di dalam perutnya.

Ibu. Wanita hebat yang berjuang menantang maut, antara hidup dan mati melawan sakitnya menahan diri kita dikeluarkan dari dalam perutnya. Lemas. Sakit sekali. Ya, sakit.

Ibu. Wanita hebat yang bersedia meluangkan waktunya untuk menyusui kita, memandikan kita, memakaikan popok dan menggantinya, membersihkan kotoran yang keluar dari dalam tubuh kita tanpa merasakan bau sedikitpun.

Ibu. Wanita hebat yang rela diganggu tengah malam oleh kita. Rela diganggu ketika sedang tidur nyenyak, tiba-tiba tangisan kita membuatnya menjadi terbangun. Kesal? Sebal? Bete? Mungkin kalau kita yang diperlakukan seperti itu pasti mengatakan “YA”, tapi Ibu “TIDAK”.

Ibu. Wanita hebat yang  sangat sabar mengikuti perkembangan hidup kita. 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, bahkan hingga kita remaja, menjadi dewasa, hingga akhirnya kita menikah dengan seseorang yang sangat kita cintai. Marah, teriak, semua itu dilakukan semata-mata karena rasa sayangnya kepada kita.

Ibu. Wanita hebat yang ketika kita bertambah dewasa, Ibu tetap mencintai kita dengan tulus. Tetap senantiasa menanyakan kabar kita. Tetap sabar menantikan kehadiran kita untuk menemuinya.

Ibu. Wanita hebat yang ketika sakit mendatanginya, sama sekali tidak ingin merepotkan anaknya. Karena tahu anaknya yang sangat sibuk dengan segala urusan dan pekerjaannya.

Ibu. Mama. Bunda. Umi. Emak. Apapun panggilannya, artinya tetaplah sama dan tidak pernah berubah. Sebaik apapun, sejahat apapun, sebengal apapun kita, Ibu tidak akan pernah berubah, tetap menyayangi dan mencintai kita.

Ibumu masih ada? Peluk, cium, minta maaf padanya.
Ibumu sudah tidak ada? Doakan dirinya.
Karena Ibu adalah wanita terhebat yang pernah ada dalam hidup kita.
 AKU CINTA IBU

Kamis, 15 Januari 2015

Menjadi Role Model? Bisaaa



Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillah

    Sebelum saya memulai tulisan ini, izinkan saya kembali mengucap syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, karena nikmat-Nya yang begitu besar masih senantiasa saya rasakan. Semoga kenikmatan juga dirasakan oleh teman-teman semua.

     Tiba-tiba saya teringat kata-kata dari Mas Arry, Mas Dhika, Mas Andra ketika mengikuti pelatihan Young Trainer Academy yang menyebutkan bahwa trainer harus menjadi role model dari apa yang diucapkan. Setujukah kita dengan kalimat tersebut? Setujuuu.

    Tapi, apakah itu hanya berlaku untuk trainer saja? Menurut saya tidak. Dan saya yakin menurut teman-teman juga tidak. Yak kan yak kan??

    Sebenarnya dari kehidupan kita sehari-hari saja, pasti tidak jarang kita menemukan sesuatu yang aneh menurut kita, dan kita merasa risih kemudian menilai hal itu tidak benar. Bener ga? Yuk kita sama-sama bahas.

    Contoh paling gampang, ketika kita melihat seseorang membuang sampah tidak pada tempatnya pasti kita sebal. Kemudian kita menegur dan menyuruh orang itu membuang pada tempatnya, lalu dia mengambil dan memindahkan ke tempat sampah. Eeeeh, ga taunya abis kita jajan ternyata sampah kita buang di sembarang tempat juga secara tidak sadar. Bahaya ga tuh kalau orang tadi ngeliat kita ngelakuin hal yang sama dengan dia?

    Jadi, sebenernya menjadi role model itu bukanlah hanya menjadi tugas seorang trainer. Tapi kita semua juga harus menjadi role model untuk oranglain dari apa yang kita ucapkan. Contoh di atas adalah salah satu contoh termudah, contoh lainnya sangat banyak dan saya yakin teman-teman juga pada tahu kok.

     Berbahaya ketika kita menyampaikan bla bla bla, eeeh ternyata kita ga ngelakuin. Kasihan kitanya kalau orang itu sadar kita ga ngelakuin, kasihan orang itu karena ngerasa ga mendapat guru yang baik.

So, katakan apa yang kita lakukan, dan lakukan apa yang kita katakan.


Rabu, 07 Januari 2015

Siapkah Dijemput Dengan Senyuman?







Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillah

Izinkan saya sebelum memulai tulisan ini untuk mengucap syukur alhamdulillah terlebih dahulu kepada Allah Yang Maha Besar karena begitu banyak kenikmatan yang diberikan kepada saya pribadi, dan insya Allah kepada teman-teman juga, nikmat sehat, nikmat iman, dan nikmat masih diberikan kekuatan untuk bisa melakukan kebaikan.

Mendadak saya teringat dengan suatu acara yang saya ikutin sewaktu kuliah di Jogja. Saya pernah mengikuti acara yang diadakan oleh teman-teman dari universitas yang cukup terkenal di Jogja (udah deh saya sebut aja, UGM namanya), seminar gitu modelnya. Topiknya itu loh yang bikin saya tertarik ikutan. Gimana ga tertarik ikutan kalau topiknya “Kujemput Izrail Dengan Senyuman”.

Mungkin kedengerennya ngeri ya untuk sebagian orang, bahkan untuk banyak orang. Saya pun yang dulu sedang proses kembali ke jalan yang lurus ngeri banget. Tapi seruuu, pembicaranya pun oke, sama lah seperti saya memutuskan untuk ikut Young Trainer Academy, pembicaranya keren-keren (azeeek) walaupun belum kenal dekat sih yaa, hehehe.
           
     Topik ini sangat seru, karena tidak jarang orang yang merinding, tidak jarang orang malah menghindar ketika ada obrolan seputar ini. Tapi sebelum masuk bahasan, pasti pada tahu kan ya Izrail itu siapa? Yuhuu, Izrail itu malaikat yang diciptakan Allah dan ditugaskan untuk mencabut nyawa kita. Asik ya? Dan Kujemputnya itu loooh yang bikin makin asik, biasanya kan kita yang dijemput, tapi ini kesannya kita yang jemput.
          
      Saya berpikir, berpikir, dan berpikir, kenapa Malaikat Izrail harus kita yang jemput ya? Terus pake senyuman lagi? Akhirnya saya pun mendapat jawaban setelah saya mengikuti acara ini. Dijelaskan bahwa saat ini sudah bukan zamannya lagi kita hanya menunggu untuk dicabut nyawanya dalam kondisi tidak siap, tapi kita lah yang harus menjemputnya, artinya kita sudah benar-benar dalam keadaan siap.

      Ada pertanyaan, “Kalau gitu kita harus nyari cara biar kita meninggal dong ya?” . Saya pun menjawab, “Iya betul, tapi bukan bunuh diri loh ya maksudnya, hehe”. Maksudnya itu gimana kita mempersiapkan diri kita ketika nanti dipanggil Allah untuk kembali kepada-Nya.
          
      Karena ga sedikit orang yang ketika nyawanya dicabut tapi masih dalam keadaan kotor (saya ga berani nyebut nama atau merk apapun, karena bukan hak saya). Bahkan yang lebih miris adalah ketika nyawanya dicabut itu abis minum minuman keras (oplosan lagi, huuuffftt), abis berzina, dan ada yang meninggal karena ketahuan mencuri atau merampok lalu dihakimi masyarakat.

      Tapi ga sedikit juga orang yang ketika nyawanya dicabut sedang dalam keadaan yang baik, bisa ketika solat, ceramah, dan ada juga yamg sedang dalam keadaan sujud kemudian ga bangun-bangun yang ternyata setelah diperiksa sudah tidak bernapas, Allahu Akbar.
            
    Sebenarnya salah satu tugas pokok kita di dunia ini adalah Menunggu Kematian. Dan apa sih yang harus kita lakuin sembari menunggu giliran kita untuk dipanggil dan kita sudah benar-benar dalam keadaan siap? Jawabannya itu, ibadah, ibadah, ibadah. Ibadah itu ga sempit loh artinya, ibadah itu luas banget. Ibadah secara vertikal, dan juga ibadah secara horizontal. Ibadah secara vertikal itu ialah ibadah secara personal kepada Allah, sedangkan horizontal adalah ibadah kepada sesama manusia. “Pentingan mana sih?” . Penting dua-duanyaa.
          
      Jangan sampai di waktu kita menunggu kematian ini, yang kita lakuin hal-hal yang jauh dari agama, jauh dari Tuhan, jauh dari membantu sesama manusia. Allah itu ga minta macem-macem ke kita kok, Allah cuma minta kita untuk taat sama aturan-Nya aja, dan itu ga sulit kalau kita pikir-pikir.

      Contoh: solat, puasa, ga ada yang bayar. Semua gratis. Kecuali kalau kita solat di masjid dan harus bayar uang gedung, itu namanya paraaaah, hehe. Tapi kalau kita minum minuman keras, ngedugem, berzina, pasti bayar kan? (beda hal kalau yang punya itu temen deket atau kita sendiri, insya Allah sih ga ada yang kayak gitu). Nah, udah dikasih jalannya sama Allah gratis, masa iya susah sih? Pasti gampang deeh.

       Yang agak sulit itu yang ibadah ke sesama manusia, pasti takut-takut salah, nyakitin perasaan, dll lah. Tapi tenaang, pasti bisa koook. Itu sedikit contoh aja, banyak banget cara sebenernya, tapi ga mungkin saya jabarin satu-satu.
          
      Allah mah ga terlalu khawatir manusia bakal jauh dari-Nya, buat apa khawatir, karena sebenarnya kita yang manusia ini malah yang butuh Allah. Karena itu, lakuin hal-hal yang berguna, bermanfaat, yang sesuai dengan ajaran dan syariat agama insya Allah bakal tenang deh hidup. Mau dipanggil kapan juga jawabannya cuma satu, “siaaaappp”. Tapi coba bayangin, kalau misal kita ngelakuin hal yang jauh dari ajaran agama dan syariat, mau dipanggil kapan mah ga bakal pernah siap, jawabannya juga cuma satu sih tapi agak beda, “nanti dulu Yaa Allah, aku mau taubat dulu”.

"Yuk ah mulai sekarang kita pikir-pikir lagi, kira-kira kita ini termasuk golongan yang beneran siap untuk dijemput Izrail dengan senyuman, apa dijemput Izrail dengan ketakutan? Pilih Khusnul Khotimah, atau Su’ul Khotimah?"

Kamis, 01 Januari 2015

Jadilah Pemenang Dalam Kehidupan



Assalamu’alaikum wr.wb
          
      Halo pembaca semua yang insya Allah dalam keadaan sehat wal'afiat. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT ya, aamiin. Tulisan ini saya awali dengan sebuah cerita sedikit.               
Bismillah . . .

    Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Namun yang mengherankan yaitu orang kedua tetap enjoy menerima pelayanan seperti itu, bahkan bersikap sopan kepada penjual tersebut.
      Lantas, orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei, kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”. Sahabatnya menjawab, “Loh, memang kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain”.
   “Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama karena ia masih merasa jengkel. “Yaa, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu ga ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita di atas sih?

      Mungkin selama ini tidak jarang tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan melakukan dan membalas dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan melakukan dan membalas dengan hal yang lebih tidak sopan lagi. Dan parahnya, kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang awalnya sangat pemurah dan dermawan mendadak melakukan  hal yang sedemikian pelitnya jika harus berurusan dengan orang itu.
Merenung yuk coba. Kenapa sih tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Kenapa untuk berbuat baik, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik dulu oleh orang lain? Ngeri ga sih kalau kita, dan bahkan banyak orang berpikir kayak gitu? Bisa kacau ini dunia, hehe (lebay banget ya?). Tapi bener loh itu. Coba deh kita jaga suasana hati kita. Jangan biarkan sikap buruk orang lain ke kita menentukan cara kita bertindak. Pilihlah untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Mungkin terlihat sepele membahas hal ini. Tapi ini benar adanya. Tidak sedikit orang yang membalas perlakuan orang lain sesuai dengan yang mereka lakukan terhadap dirinya. Dan itu akan berbahaya jika terus dibiarkan dan semua orang berpikir sama bahwa itu wajar saja.
               


            Pesan terakhir yang bisa kita ambil pelajaran dari cerita di atas ialah “Pemenang kehidupan ialah orang yang tetap sejuk ketika berada  di tempat yang panas, orang yang tetap manis ketika berada di tempat yang sangat pahit, orang yang tetap merasa kecil walaupun telah menjadi besar, serta orang yang tetap tenang meskipun berada di tengah badai sekalipun”.