Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Senin, 29 Desember 2014

Ibu, Ayah, Maafkan Anakmu Ini



Image result for ibu ayah, maafkan anakmu

Assalamu’alaikum wr.wb

Halooo, apa kabaaaaar?? Insya Allah semua pembaca dalam keadaan sehat wal’afiat yaa. Maaf nih saya baru nongol lagi setelah berapa lama ga nongol. Kangen rasanya ini tangan mau nulis lagi, kemarin-kemarin saya sok menyibukkan diri, hehe. Minta doa dari pembaca ya biar saya selalu dalam keadaan sehat terus tetap bisa nulis yang insya Allah bisa berguna dan bermanfaat untuk saya khususnya, pembaca semua pada umumnya.

Bismillah . . .

Saya akan memulai tulisan ini dengan sebuah cerita terlebih dahulu.

            Suatu hari, satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak laki-laki, sedang asik jalan-jalan ke sebuah taman bunga yang sangat cantik untuk berlibur. Ketika di taman tersebut, mereka duduk-duduk santai sembari menikmati hidangan yang dibawa dari rumahnya. Saat sedang asik menikmati hidangan tersebut, sang ayah terdiam dan menghentikan kegiatan menyantap hidangan sambil melihat ke atas dengan tatapan bingung.

            Ayah tersebut bertanya kepada sang anak, “Nak, apa itu yang ada di atas sana? Sepertinya cantik sekali bentuknya, namun Ayah tidak jelas untuk melihatnya Nak”. Sang anak lalu menjawab dengan suara pelan, “Yang ada di atas sana itu burung gereja, memang sangat cantik Yah”. Sang Ayah yang mendengar itu sedikit senang karena sudah tahu apa yang ada di atas sana, Ibu pun hanya duduk santai memperhatikan kedua orang yang sangat dicintainya itu ercengkrama.

            Tak lama kemudian, sang Ayah bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama, “Nak, hewan apakah itu yang ada di atas sana?” . Sang anak kembali menjawab dengan suara pelannya, “Itu burung gereja Ayahku yang tampan”. Ayah pun kembali tersenyum mendengar jawaban anaknya. Tetapi hal itu belum memuaskan Ayah dan kembali lagi dengan pertanyaan yang sama setelahnya, “Anakku, sungguh cantik nampaknya hewan di atas sana, hewan apakah itu?” . Dengan nada emosi dan sedikit menghardik, sang anak menjawab pertanyaan ayahnya dengan suara keras, “AYAH INI DENGAR TIDAK SIH AKU NGOMONG APA, ITU ADALAH BURUNG GEREJA YANG MEMANG CANTIK!!”. Sang ibu yang mendengar anaknya berbicara seperti itu kemudian diam tak berkata apa-apa. Begitupun sang ayah yang hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.

            Akhirnya setelah kejadian itu, sang anak menjadi kesal kemudian mengajak kedua orangtuanya untuk segera pulang. Orangtuanya pun mengikuti tawaran anaknya untuk segera pulang. Di perjalanan, keluarga yang awalnya riang gembira ini menjadi diam membisu. Sesampainya di rumah, sang anak langsung menonton acara televisi, sang ibu membereskan barang-barang bawaan tadi, sang ayah pergi ke dalam kamar mengambil sebuah buku yang kemudian diberikan kepada anaknya.

            Wahai anakku, tolong bacakan isi buku tersebut dengan suara yang keras, bahkan teriak lah di kuping ayahmu ini. Karena ayah sudah tidak bisa mendengar dengan jelas, takut ada yang salah. Tolong bacakan sekarang” , pinta sang ayah. Yang terjadi tidaklah seperti yang diminta oleh ayahnya, namun sebaliknya, sang anak tiba-tiba menangis. Menangis terisak-isak. Ternyata yang dibaca oleh sang anak adalah buku diari penulisan sang ayah dan ibu yang ditulis untuk menjelaskan perkembangan sang anak dari bayi.

            Di dalam buku tersebut tertulis, “Anakku, waktu kamu berumur belum satu tahun, kamu selalu membangunkan kami di tengah malam karena tangisanmu. Waktu kamu berumur satu tahun dan mulai belajar berjalan, ayah dan ibu setia mendampingimu sampai akhirnya kamu bisa berjalan. Dan waktu kamu berumur dua tahun, kamu selalu bertanya kepada kami, apa itu, apa itu, dan apa itu tiada henti, dan kami selalu menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang dengan sabar hingga akhirnya kamu benar-benar paham apa itu nak”. Sang anak kemudian makin terisak tangisannya, mengingat kejadian yang terjadi di taman bunga tadi.


Banyak pelajaran dan nilai yang bisa diambil melalui cerita itu. Kita mungkin tidak akan lahir ke dunia tanpa izin Allah, dan tentunya melalui perantara yaitu orangtua kita. Tapi kenapa kita sebagai anak yang sejak lahir, kemudian tumbuh, kemudian dewasa, tidak jarang yang lupa akan jasa orangtua kita? Sungguh sedih rasanya ketika kita berbuat seperti cerita di atas yang sepertinya merasa sudah hebat sehingga berani berbuat seperti itu.

Bayangkan ketika kita selalu bertanya apa ini apa itu kepada orangtua, mungkin dalam satu menit bisa 10 kali kita bertanya, dalam satu jam bisa sampai puluhan kali kita bertanya, bahkan dalam satu hari mungkin bisa sampai ratusan kali kita bertanya hal yang sama kemudian mereka sebal, capek, lalu kita didiamkan, dibuang karena kesalnya mereka, apakah kita akan tahu banyak hal tentang pertanyaan kita tadi?

Pernahkah kita berpikir dan membayangkan jika kita waktu kecil melakukan berbagai hal dan tindakan yang “sebenarnya” membuat orangtua menjadi kesal dan emosi, kemudian kita didiamkan, tidak mau mengurus lagi, bahkan sampai dibuang. Pernahkah? Tapi itu semua tidak dilakukan oleh mereka. Orangtua kita begitu sabarnya merawat kita, menjaga kita, hingga kita akhirnya tumbuh menjadi dewasa dan bisa hidup mandiri.

Tapi kenapa waktu kita beranjak dewasa, semua tingkah laku kita begitu sombongnya, begitu angkuhnya, begitu keras kepalanya kepada kedua orangtua kita? Bahkan ketika orangtua kita mulai kehilangan giginya kita tertawakan karena ompongnya sehingga menjadi lucu ketika berbicara, ketika mulai hilang ingatannya kita begitu sebal karena selalu lupa apa yang kita bicarakan dengannya baru saja? Kenapa? Apakah kita lupa, bahwa merekalah yang dengan hati penuh keikhlasan merawat, mencintai kita penuh kasih sayang tanpa pamrih waktu dulu? Bahkan sampai sekarang semua rasa itu tidak berubah.

Marilah kita merenung, sudah berapa banyak kesalahan yang kita lakukan kepada kedua orangtua kita. Berapa kali kita membuat mereka emosi. Berapa kali kita bertingkah seperti anak-anak walaupun sudah dewasa. Ibu, orang yang melahirkan kita ke bumi . Dari perutnya kita dikandung selama berbulan-bulan, beratnya badan kita di dalam kandungan tidak dihiraukannya. Ayah, orang yang  setia mendampingi ibu, orang yang selalu berusaha berlaku sebagai seorang teman, orang yang selalu bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan kita, dengan ibu kita.

Selagi ayah dan ibu kita masih ada, sayangi mereka, cintai mereka tanpa pamrih, tanpa meminta apa-apa. Pandangi wajahnya yang mungkin sudah mulai mengeriput, rambutnya yang mungkin sudah mulai memutih bahkan menghilang dari kepalanya. Minta maaf kepada mereka atas semua tingkah laku kita yang sangat menyebalkan dewasa ini, yang mungkin lebih senang berkumpul bersama teman-teman dibandingkan dengan mereka. Jangan pernah malu untuk meminta maaf, bahkan jangan pernah malu jika kita harus menangis di depan mereka karena semua kesalahan kita pada mereka.

Apabila orangtua kita sudah tiada, doakan mereka. Doakan semoga mendapat ampunan dari Yang Maha Kuasa, dilapangkan kuburnya, dan selalu berusaha menjadi anak yang soleh. Karena menurut Al-Hadits dijelaskan bahwa, “Ketika orang sudah meninggal dunia, hanya 3 yang ditinggalkan amalan yang tetap mengalir: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan juga doa anak-anaknya yang soleh”.

Siapkah kita membuat ibu dan ayah kita tersenyum?? :)  . . . .

Selasa, 09 Desember 2014

Solat tuh dinikmatin, jangan diburu-buruin



Assalamu'alaikum wr.wb

Halohaa, apa kabar nih semua pembaca? Wehehehe (tetep pede ajaa ada yang ngebaca), insya Allah semua dalam keadaan sehat wal'afiat yaa dan ga kurang satu apapun. Maaf kalau saya baru bisa nulis lagi nih, karena beberapa hari ini fokus untuk baca buku yg keren banget buat dibaca, jadi fokus untuk baca itu dulu deh karena takut ga konsen nulis. Minta doa juga biar saya sehat terus biar bisa nulis yang mudah-mudahan juga ada manfaat untuk saya pribadi sama semua pembaca :) . Dan saya bisa bilang kalau tulisan saya sekarang ini disebut single kedua saya setelah Cintai Manusia Karena Allah.

Bismillah . . .

Kita semua tahu (yg agama Islam khususnya) kalau solat itu kan ibadah wajib, apalagi solat wajib (5 waktu). Kalau saya boleh ngasih kepanjangan dari Islam mungkin itu huruf depan dari solat yang kita lakuin. I untuk isya, S untuk subuh, L untuk lohor (zuhur maksudnya, agak maksa dikit lah), A untuk asar, M untuk maghrib. Gimana gimana, setuju ga? Hehe, itu mah buatan saya sendiriii.

Dan Allah udah ngomong kalau solat itu ibadah yg dihitung pertama kali waktu kita dibangkitin dari alam kubur. Terus solat itu bisa ngasih liat perilaku seseorang (saya lupa nih ada dimana kalimatnya, ehehehe). Dari 2 itu aja kan udah nandain kalau misal solat itu ibadah yg bener-bener harus dilakuin, ikhlas, tanpa keterpaksaan. Ya ga sih?

Naaah menarik nih sebenernya kalau ngomongin solat. Dan mungkin tulisan tentang solat yg saya buat ga cukup satu tulisan doang. Saya bisa dan berani nulis tentang solat ini karena saya pernah jadi orang yg mungkin sangat buruk di masa lalu seputar solat. Saya minta doa temen-temen semua ya biar saya ga kembali lagi ke masa lalu saya yg pernah kelam itu.

Saya mau nulis tentang solat karena belum lama ini saya ngeliat ada orang yang solat dengan begitu dahsyatnya menurut saya. Sebenernya bukan sekali atau dua kali, tapi berkali kali. Kenapa saya bisa bilang dahsyat? Coba bayangin, waktu saya solat zuhur rakaat ketiga, kemudian ada orang dateng untuk baru solat di sebelah saya, dengan kecepatan kilatnya orang itu bisa selesai lebih cepat dari saya. Padahal mah saya kalau baca juga ga pelan-pelan banget.

Tapi bukan itu yang saya permasalahin disini, karena saya juga ga ngerti bacaan surat apa yang orang itu baca sampai akhirnya dia bisa cepet banget solatnya. Tapi adalah ketika orang itu melakukan gerakan-gerakan seperti rukuk, iktidal, sujud, duduk diantara dua sujud, berdiri lagi, itu semua dilakukan dengan begitu cepatnya seperti hampir tidak ada jeda untuk berhenti sesaat membaca doa yang seharusnya dibaca.

Misalnya, ketika rukuk dan bahkan belum sampai membaca doa rukuk yang mungkin kalau kita santai bacanya bisa lebih dari lima detik sendiri, bahkan orang itu tiga detikpun rasanya tidak sampai. Benar-benar cepatlah pokoknya. Dan bukan hanya di rukuk saja, tapi di semua gerakan yang seharusnya bisa dilakukan dalam jeda waktu yang agak lama tapi semua bisa dilahap dalam waktu singkat. Luar biasa sekali bukan? Kecuali ketika duduk Tahiyat (tulisannya gimana sih? hehe).

Saya kemudian berpikir setelah saya solat, ada urusan apa yang membuat orang tersebut sampai bisa solat dengan kecepatan kilat seperti itu. Dan apakah orang itu menikmati solatnya dan semua gerakan yang dilakukan dalam solat. Itu dua pertanyaan mendasar saya. Ingin rasanya saya langsung bertanya, tapi saya takut salah cara penyampaian pertanyaan dan khawatir malah membuat orang tersebut tersinggung, akhirnya saya urungkan untuk bertanya.

Padahal kalau menurut saya (dan mungkin ini menurut banyak orang dan pembaca juga loh ya), solat itu harusnya dinikmati, tidak perlu terburu-buru. Kenapa saya bisa bilang gitu? Karena solat itu merupakan waktu yang paling indah untuk merasakan betapa dekatnya Allah dengan kita. Waktunya kita bersantai sejenak, mengolahragakan seluruh anggota tubuh kita. Menurut penelitian dimana saya lupa (pokoknya dokter dah yang bilang), gerakan-gerakan solat itu adalah gerakan yang sangat menyehatkan. TAPIIII, kalau dinikmati dan ora kesusu bahasa jawanya, kalau bahasa Indonesianya jangan buru-buru.

Dan seharusnya saat kita memutuskan untuk melakukan solat, lupakan sejenak segala urusan yang ada di luar, biarkan otak dan hati kita terfokus hanya kepada Allah. Ga lama kok itu juga, palingan juga setengah jam udah lama banget, itu kalau zikirnya, doanya panjang tapiii, kalau bisa aja amah paling juga ga nyampe segitu. Sayang loh, dari 24 jam dalam sehari, kita cuma ngeluangin palingan 2,5 jam (untuk 5 kali solat wajib + zikir + doa + solat sunah kalau ada) masa susah banget.

"Tapi kan kerjaan banyak di luar, kita harus gimana dong?". Pertanyaan itu yang kadang jadi alasan untuk banyak orang solatnya buru-buru, ga dinikmatin. Padahal mah malu harusnya kalau ada pertanyaan yang kayak gitu beneran sampai terucap. Kenapa? Karena kerjaan yang ngasih Allah, masa iya udah dikasih kerjaan tapi abis itu kita jadi terlena sama apa yang udah dikasih. Tapi sama yang ngasih jarang ngeluangin waktu untuk curhat.

Ga sedikit orang yang ngejadiin solat itu beban, penghalang, karena kerjaan yang sebenernya banyak tapi jadi keganggu karena solat. Masya Allah kan? Hehe. Aneh yak? Tapi itu bener loh, karena malah ada yang ngerasa kayak gitu. Harusnya mah ga gitu. Harusnya mah, jadiin solat itu ajang silaturahmi kita ke Allah. Kerjaan itu cuma sambilan tapi harus serius karena ibadah juga, yang utama mah tetep jangan dinomorduain. Banyak juga yang mikir kalau solat itu cuma selingan, sekedar menggugurkan kewajiban. Yakaliii daaaaah begituuuu, mikiiiiir :) .

Songong banget kalau kita berani nomorduain solat. Songong banget kita rasanya kalau solat kita diburu-buru, kayak dikejar hewan buas. Songong banget kita rasanya kalau abis solat ga doa, ga solat sunah, ga ada basa basinya sama Allah. "Kan udah caca cici sama Allah waktu solat?" . Hiiiih, iya kalau kita paham artinya dari bacaan mah enak, lah kalau ga paham gimana? Doa itu waktunya kita untuk caca cici sama Allah, tumpahin dah semua curhatan kita, minta dah sebanyak-banyaknya. Jangan malahan solat buru-buru, doa kagak, solat sunah rowatib ya kagak, laaah mau jadi apaan orang yang beneran keliatan songong kite (ala betawi ceritanya).

Allah mah ga minta apa-apa dari kita. Tapi harusnya kita sadar. Sadar kalau apa yang udah kita punya sekarang ini itu dikasih sama Allah. "Tapi saya ga punya pacar, ga punya duit, ga punya kerjaan, saya dikasih apaan sama Allah kalau gitu namanya?" . Heeeehhh, kalau ga punya pacar mah harusnya bersyukur (penjelasan tentang pacar insya Allah saya bahas di tulisan kapan-kapan). Kalau ga punya duit, ga punya kerjaan, itumah namanya lagi diuji sama Allah, sabar apa ga kitanya.

Bayangin nih bayangin, kita bisa punya anggota tubuh lengkap aja harusnya bersyukur udah. Banyak orang di luar sana ga punya anggota tubuh lengkap. Mau bukti? Cari sendiri daaaah. Cara bersyukur banyak. Salah satunya itu kalau solat dinikmatin, ga usah buru-buru, santai, ada tumakninahnya (pada tau kan ya tumakninah? Itulooooh yang ada jeda di tiap gerakan solat). Laah, kalau ga begitu mah ngapain kita solat. Mending olahraga. Eh eh eh, tapi saya bukan ngajarin untuk mending olahraga dibanding solat loh yak, pukul nih pukul :p .

"Tapi saya susah banget mas untuk khusyuk mas, kenapa ya?" . Bukan susah, ga ada yg susah kok kalau Allah udah bilang gampang. "Caranya mas?" . Naaah inii niih, ini yang saya belum berani untuk jawab. Tapi gini, saya pernah baca buku guru saya, kalau sebelum solat itu kan biasanya kita pasti niat solat tapi dalam hati tuh, naah, abis niat gitu minta doa sekalian biar bisa khusyuk, biar ibadah diterima Allah, insya Allah dibantu dah sama Allah. "Emang boleh apa kayak gitu?" . Yaa namanya usaha mah boleh, usaha untuk sesuatu yang baik mah boleh, insya Allah juga ga ngelanggar aturan agama kok.

Terakhir nih terakhir, coba kita pikirin banyak orang di luar sana yang keadaanya aja jauh lebih susah dari kita tapi masih mau solat dengan nikmat kok (maksudnya ga buru-buru, santai, ada tumakninah). Contohnya, coba kita inget orang-orang di Gaza, Palestina, bisa dibilang keadaan disana sangat mencekam, gawat level dewa. Tapi mereka tetep aja ketika waktunya solat, ya solat. Dinikmatin, ga keburu-buru karena mikir pasukan Zionis Israel udah nunggu dimana-mana. Karena apa? Saya berani bilang, karena mereka punya rasa kedekatan sama Allah yg amat sangat dekat. "Tapi kan itu mereka wajar begitu karena biar Allah nolong mereka?" . Hih, wajar gimana, orang pasukan Zionis udah ngintai kok malah nyantai solatnya, mestinya kan buru-buru, bener ga?

Jadi, jangan pernah ngerasa kalau solat itu cuma sekedar menggugurkan kewajiba, solat itu penghalang kita, jangan. Tapi berubah cara mikirnya, kalau solat itu ajang kita bisa mencurahkan semua keluh kesah kita ke Allah setelah kerjaan yg begitu padetnya, hampir stres, dan lain-lain yang saya yakin banyak banget. Kalau kita beneran udah bisa ngerubah cara pandang berpikirnya jadi gitu, pasti solat akan kerasa nikmat dah, ga perlu buru-buru. Takut dimarahin atasan? Hihi, jangan takut dimarahin atasan untuk hal ini, takut kalau Allah yang marah harusnya.

Saya pengen banget ngebentuk satu generasi, generasi yang bener-bener bisa ngerasain nikmatnya solat. "Caranya?" Nanti kita bahas ke depan yaa. Digantungin nih yeee, hehe. Saya mohon maaf ya kalau tulisan ini ada yang salah dalam penulisan, ada yang kurang dalam penjelasan, ada yang ga suka sama gaya penulisannya. Makluuum, saya juga masih belajar dan butuh byk masukan kalau ada yang berminat ngasih saya masukan.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Kamis, 04 Desember 2014

Surat dari Al-Qur'an



Assalamu'alaikum wr.wb

Selamat sore semua yang pembaca tulisan saya ini. Seperti biasa, semoga semua yang ngebaca tulisan saya ini selalu dalam keadaan sehat dan ga kurang satu apapun. Dan juga selalu berada dalam lindungan Allah SWT yaa, aamin. Kalau yang lagi sakit, semoga dikasih kesembuhan. Kalau yang lagi punya masalah, semoga bisa diselesaikan dengan baik. Kalau yang punya hutang, semoga bisa kebayar hutangnya. "Kalau yang jomblo gimana? Hehe" , disyukuri dan dinikmati doong.

Bismillah . . .

Akhir-akhir ini saya ngerasa sedih. Kenapa? Karena saya ngerasa banyak orang-orang yang berada di sekitar saya sedikit sekali yang meluangkan waktunya untuk membaca Kitab Suci Al-Qur'an. Kok saya tahu? Kan saya bilang saya ngerasa doang, tapi mudah-mudahan itu ga bener sih ya. Terus orang zaman sekarang, khususnya lagi anak muda atau remaja lah, banyak yang gayanya makin aneh-aneh aja, entah dari cara berpakaian, ataupun dari perilaku kehidupannya. Tapi mungkin itu wajar karena mereka masih mencari sesuatu yang banyak dinamakan itu jati diri.

Ah, kalau ngomongin anak muda atau remaja mah ga ada abisnya dah. Sama sih, kalau ngomongin siapa aja sebenernya juga ga ada abisnya. Apalagi kalau kita tukang gosip, betul? Wehehehe, Jangan diikutin yang itu yaa, dosa.
Balik lagi ke apa yang mau saya tulis, saya jujur ngerasa sedih karena kayaknya Al-Qur'an udah banyak ditinggalin sama orang-orang sekarang. Saya ga bilang semua orang loh ya, cuma kebanyakan. Bener ga sih? Karena saya liatnya orang sekarang lebih sering deket sama gadgetnya masing-masing. Salah ga sih? Wah, kalau masalah salah salahan bukan hak saya untuk ngomong itu, karena saya juga takut kalau bilang itu salah.

Coba kita pikir bareng-bareng deh. Al-Qur'an banyak ditinggalin. Al-Qur'an banyak didiemin aja di rumah. Banyak yang Al-Qur'an di rumahnya jadi lapuk, jelek, kuning, tua, halamannya lepas-lepas. Tapi apa itu karena kita sering baca? Renungin yuk. Syukur-syukur banyak yang ngomong iya karena sering bahkan selalu dibaca. Lah kalau yang bilang bukan karena sering dibaca, tapi cuma didiemin doang? Gimana rasanya? Sedih apa biasa aja? Bersyukur kalau temen-temen pada bilang sedih.

Cuma kalau diliat faktanya sekarang, orang lebih seneng ngebawa gadget, mainin gadget, dibanding ngebawa Al-Qur'an untuk ngelindungin diri kita, ngebaca Al-Qur'an. Dan orang sekarang mungkin lebih banyak yang stres kalau ga megang gadget, dibanding ga megang Al-Qur'an. padahal cuma sehari, stresnya bukan main. Saya ga bilang gadget itu merusak, tapi berdasarkan kenyataan sekarang bisa dibilang begitu.

"Tapi kan di gadget juga ada aplikasi Al-Qur'annya", iya ada, tapi dibaca ga? Heee. Saya punya temen yang sangat gila kalau udah nge-game di gadget, bisa seharian kali tuh. Sampai rela nge-game padahal lagi di charge. Luar biasa ga tuh? Dan mungkin, mungkin loh ya ini, mungkin ga cuma temen saya itu yang kayak begitu. Mungkin banyak juga orang di luar sana lebih rela ga tidur untuk nge-game dibanding baca Al-Qur'an. Al-Qur'an itu pedoman hidup kita sebagai umat Islam loh, bukan gadget.

Saya sebagai orang yang beragama Islam pengen ngasih masukan dikit nih untuk semua yang ngebaca tulisan saya ini. Mainan di HP boleh, tapi jangan sampai gila mainan. Mainan di HP boleh, tapi jangan pernah yang namanya ninggalin baca Al-Qur'an. Sehari tuh minimal baca satu ayat. "Cuma satu ayat doang sehari?" . Iya, tapi masa iya tega cuma baca satu ayat doang sih selama satu hari. Padahal kalau nge-game atau gadgetan bisa berapa berjam-jam. Bener ga? Cuma saya mah ga maksa untuk baca banyak, kalau emang kemampuannya sehari cuma satu ayat ya monggo. Tapi kasian loh Al-Qur'an masa kalah fungsinya sama yang namanya gadget sih?


Nih ada sedikit surat dari Al-Qur'an untuk kita manusia. Perhatiin yaa

Surat Imajiner
Suratku ini aku awali dengan kata-kata, "Aku sangat merindukanmu, mungkinkah rinduku berbalas?" . Dulu kau sering mendatangiku dan menciumku. Kini kau tempatkan aku di tempat yang nyaman, namun itu menyiksaku karena kau jarang bercengkrama denganku. Kau lebih sibuk berlama-lama dengan Ipad dan BBmu.

Aku benar-benar sangat iri dengan Ipad dan BB yang kau miliki. Kemanapun kau pergi, mereka selalu kau bawa. Saat di rumah pun kau asyik dan rela berlama-lama dengan mereka berdua. Sementara aku, tetap kau abaikan. Padahal, sibuk di depan Ipad dan BB belum tentu memberi manfaat dan berpahala.

Ketahuilah, saat kau bercengkrama denganku, setiap hurufku memberi satu kebaikan dan memberikan 10 kali lipat pahala walau kau mungkin tak tahu maknanya. Bahkan, saat kau terbata-bata untuk berucap, kau justru mendapat dua pahala. Pahala membacaku dan pahala kau kesulitan membacanya.

Siapa yang berpegang teguh kepadaku, ia tak akan tersesat. Tapi mengapa kau merasa tak bersalah saat kau jarang menyapaku? Kau malu bila merasa belum membaca buku dan novel bestseller, tapi mengapa kau tak merasa malu sedikit pun belum selesai membacaku? Aku ada bukan untuk kau simpan di lemarimu, tetapi seharusnya kau simpan di hatimu. Tapi bagaiman mungkin aku bersemayam di hatimu, bila kau jarang membacaku?

Aku dipelajari bkan hanya ketika kau kecil, tetapi seharusnya setiap waktu. Mengapa? Karena aku ini pedoman hidupmu. Aku bukanlah "mainan" yang hanya kau baca saat kau kecil. Aku ada juga bukan hanya sekedar menjadi mas kawin saat kau menikah. Bukan pula hanya untuk kau ingat saat ada kematian di keluargamu.

Mengapa hidupmu kacau? Mengapa kau sering jenuh? Mengapa hidupmu sering gelisah? Mengapa kau sering beani berbuat maksiat? Mengapa kau banyak tak mengerti ketentuan Tuhanmu? Itu karena kau jarang bercengkrama dengaku.

Demikianlah suratky untukmu, semoga kau mengerti keluhan dan deritaku. Aku ingin kau manjakan seperti Ipad, BBmu, dan gadget-gadgetmu yang lain.

Yang rindu kepadamu,


Kitab Sucimu

Itulah sedikit tulisan yang bisa saya bagikan hari ini. Tulisan ini merupakan keluhan hati kecil saya sendiri karena miris melihat banyak orang lebih peduli kepada gadget yang dimiliki dan lebih stres ketika belum bermain dalam sehari dibanding membaca Al-Qur'an. Dan surat yang dibuat oleh Kitab Suci tersebut saya kutip dari buku orang yang saya anggap guru saya, walaupun beliau mungkin tidak mengenal saya.

Maafkan saya kalau di tulisan ini ada gaya tulisan yang kurang berkenan di hati pembaca. Saya tegaskan lagi kalau saya ini masih amatir dan butuh masukan dari semua yang membaca. Saya hanya berharap semoga tulisan ini bisa berguna dan bermanfaat untuk kita semua, aamin.

Assalamu'alaikum wr.wb

Radityo Fajar Priambodo
@radityofp
Pin: 51C0E0BC

Selasa, 02 Desember 2014

Jangan nambah beban negara ya





Assalamu'alaikum wr.wb

Alhamdulillah saya masih dikasih kesempatan sama Allah untuk bisa nulis lagi. Semoga semua pembaca selalu dalam lindungan Allah SWT yaa, aamiin. Minta doa biar tulisan saya ini bisa berguna dan bermanfaat untuk saya pribadi dan semua yang ngebaca. Tapi di tulisan sekarang ini saya ga pengen nulis cerita saya pribadi, cuma ada sedikit kemiripan lah cuma saya di posisi kebalikan. Saya ngambil ini tulisan darimana saya lupa, hehe. Simak yaa.

Bismillah . . .

Saya ini termasuk orang yang idealis, apa yang saya suka ya saya lakuin, yang saya ga suka ya ga saya lakuin. Kalaupun harus dilakuin, itu biasanya karena terpaksa dan saya pasti ga nyaman. Saya yakin semua pembaca juga pasti kalau ngelakuin hal yang disukain pasti ga seneng, ga nyaman. Biasanya lagi mungkin karena tuntutan.

Ceritanya Seorang Ayah sedang pusing tidak kepalang. Bagaimana tidak, anak laki-lakinya yang sulung yang menjadi tumpuan cita-citanya menolak untuk jadi pengusaha. Anaknya bersikeras ingin jadi pegawai negeri. Alasannya sederhana menjadi pengusaha penuh resiko dan melelahkan, sementara jadi pegawai negeri kerjanya santai, uangnya pasti (meski tidak kerja serius dan sering bolospun gaji tidak berkurang), terus waktu tua dapat jaminan.

Bapaknya marah besar dengan alasan tersebut.

"Bapak ini pegawai negeri tapi bapak tidak bekerja dengan alasan seperti kamu.", demikian suara keras sang Ayah.

"Bapak mengabdikan diri pada negeri ini meski bapak sering merasa asing di negeri sendiri. Bapak sering merasa tolol diantara para pemeras rakyat yang sah dimata hukum. Jadi pengusaha itu lebih mulia, kamu bisa membantu memberi nafkah orang lain". Bentak bapak.


Si anak diam tidak menjawab dalam ketakutannya.

Karena dimarahi bapaknya, si anak kabur dari rumah.
Seminggu tidak ditemukan. Bapak kebingungan mencari anaknya kesana kemari. Di minggu kedua nenek si anak telepon bahwa cucunya baik-baik saja ada di rumah neneknya.

Mendengar kabar tersebut, bapak langsung datang ke rumah ibunya. Setelah bertemu anaknya terjadilah dialog dari hati kehati antara bapak dan anak.

“Mengapa kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, nak?”

“Di negeri ini jadi pengusaha susah, Pak, banyak birokrasi, mendingan saya jadi birokratnya aja. Hidup lebih enak demikian”

“Kalau kamu memang ingin kerja mengapa tidak di perusahaan swasta?”

“Bagaimana saya bisa tenang kerja di perusahaan swasta, sementara pemerintahnya saja sering mempersulit pengusaha swasta kecuali orang-orang yang dekat dengan pemerintahan?”


Anaknya terus memberikan jawaban-jawaban skeptis.

“Baiklah anakku, kalau memang itu keputusan kamu sekarang ikutlah denganku…”

Lalu si bapak membawa anaknya jalan-jalan memasuki perkampungan. Di perkampungan bapaknya menunjuk beberapa rumah paling sederhana, memang seluruh kampung tersebut rumahnya mayoritas sederhana.

Kalau kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, datanglah kamu ke lima rumah itu nak, dan mintalah sepuluh ribu rupiah tiap rumahnya lalu kamu bilang bulan depan kamu akan kembali lagi dan akan minta uang dengan jumlah yang sama.

Anaknya kebingungan dengan perkataan bapaknya. Bagaimana tidak, dia disuruh mengemis pada penduduk yang hanya untuk makanpun mereka kesulitan. Anaknya tidak mau menuruti perintah bapaknya, dia tetap diam.

Bapaknya kembali berkata dengan membentak. “Cepatlah kamu pergi meminta uang pada mereka, nak!! Bukankah kamu ingin jadi pegawai negeri? “


Anaknya tetap diam dan matanya mulai berkaca.

“Bapak...bagaimana mungkin aku mengemis pada mereka, sementara mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja merasa kesulitan?”

Bapaknya kembali memaksa. “Cepatlah kamu pergi dan mintalah uang pada mereka!!!”

Kali ini anaknya menangis. “Aku tidak bisa, pak. Aku lebih baik bekerja dengan keras dan meneteskan keringat ini daripada aku harus meminta uang pada mereka”, sambil meneteskan airmata.


Bapaknya kembali berkata, kali ini dengan suara lembut dan bijak, “Anakku, negeri kita tercinta ini sedang sakit, kalau kamu jadi pegawai negeri hanya dengan alasan bekerja santai dan mendapatkan uang dengan pasti, kamu hanya akan menambah beban negeri ini. Beban rakyat yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja mereka merasa kesulitan. Gaji pegawai negeri itu didapat dari rakyat yang miskin ini nak. Lebih baik kamu jadi pengusaha dengan meneteskan keringat kamu sendiri untuk menafkahi keluarga kamu. Walaupun jadi pengusaha sangat kecil sekalipun tidak apa, itu jauh lebih mulia dari pada kamu mengemis uang pada rakyat yang miskin ini".


Sang anak tertegun dan mengangguk.

Bagaimana menurut teman-teman pembaca semua? Hehe

Sekali lagi saya sampaikan kalau semua yang ada di tulisan ini hanyalah saya kutip dari sebuah artikel yaa. Yang udah pernah baca saya yakin pasti ada. Yang belum pernah baca dan sangat ingin menjadi seorang PNS, silakan dipikirkan baik-baik alasannya. Jangan sampai berpikir seperti anak ini karena hal itu hanya akan membuat beban bagi negara. Oke oke :) .

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Senin, 01 Desember 2014

Takut sama manusia? Sama Allah aja :)



Assalamu'alaikum wr.wb

Apa kabar nih semua pembaca? Insya Allah selalu dalam keadaan sehat wal'afiat yaa, sama selalu dalam lindungan Allah SWT, aamin. Udah lumayan lama ya ini saya ga nulis, hehe, makluuum abis jadi orang yang sok sibuk kayak ga ada waktu, padahal mah engga. Minta doa semua pembaca yaa biar saya selalu sehat terus bisa nulis terus deh. Sama biar saya ga males untuk nulis, karena bahaya kalau saya ga nulis, bisa tua nih otak.

Bismillah . . .

Jadi saya mau cerita kejadian yang menurut saya dahsyat banget. Kejadian yang belum lama terjadi. Untuk acaranya apa, saya minta maaf ga bisa ngasitau ke temen-temen semua yaa karena satu dan lain hal. Acara ini menurut saya adalah acara yang sangat penting. Yang membuat saya bisa ngomong dahsyat itu karena acara ini diadakan pada pukul 18.00 WIB, demi mengikuti jadwal orang terhormat dan penting di Indonesia ini.

Mungkin kalau temen-temen tanya, emang dahsyatnya kenapa? Apa karena dihadiri oleh orang terhormat dan penting di Indonesia? Atau karena apa? Bukan. Bukan itu jawabannya. Saya bisa bilang acara ini dahsyat karena acara yang cukup penting ini diadakan pada pukul 18.00 WIB. Dan itu artinya apa? Tepat diadakan pada saat waktu solat Maghrib. Kenapa saya berani bilang dahsyat lagi itu adalah karena saya bersama teman-teman lah yang menjadi panitia.

Pada awalnya acara ini akan diadakan pada pukul 18.20 WIB, tapi karena beberapa alasan tadi akhirnya dimajukan. Dan hal terebut membuat saya kesal, karena itu berarti saya dan teman-teman panitia tidak akan bisa melaksanakan solat Maghrib. Sepele? Iya mungkin, tapi buat saya yang seorang muslim yang mulai belajar untuk takut terhadap Allah SWT menganggap hal tersebut bukanlah hal sepele.

Dan alhamdulillah Allah menjawab semua rasa kekesalan saya. Karena ternyata tamu yang membuat saya dan teman-teman sedikit bingung datang terlambat 10 menit. Dan hal tersebut langsung saya manfaatkan untuk menjauh dari teman-teman tanpa harus izin untuk melaksanakan solat terlebih dahulu. Dan saya semakin lega karena ketika selesai solat, tamu yang ditunggu belum juga datang. Tapi sejujurnya saya tidak tahu apakah teman-teman saya yang lain sudah solat atau belum.

Akhirnya setelah ditunggu, datang juga tamu ini. Kemudian acara akhirnya dimulai dan semua berjalan seru. Acara yang dimulai pada pukul 18.20 WIB ini berjalan lancar dan selesai kurang lebih pukul 21.20 WIB. Saya tidak akan menceritakan jalannya acara karena mungkin akan sangat panjang kalau saya cerita itu, hehe.

Saya benar-benar kesal, tapi semua itu saya pendam saja. Pertama, karena solat maghrib yang saya hampir ga bisa lakuin. Kedua, karena saya telat untuk melaksanakan solat Isya dan baru bisa melakukan solat Isya setelah acara selesai. Ketiga, karena saya melakukan suatu hal yang menurut saya sangat bodoh karena saya sudah tahu hal itu merupakan dosa, walaupun kelihatan biasa. Apa tuh? Wehehehee, maaf yaaaaa :) .

Setelah acara selesai, evaluasi dilakukan. Setelah evaluasi, kami langsung buru-buru kembali ke ruangan masing-masing untuk istirahat. Bagaimana tidak buru-buru, kami selama 2 hari hanya tidur paling lama tiga jam untuk mempersiapkan acara ini. Saya pergi ke ruangan yang agak berbeda dengan teman-teman yang lain, karena keterbatasan ruang kamar, saya pun akhirnya memilih tidur di ruang rapat karena sepi dan lega, hahahay.

Saat saya sedang ingin tidur, salah seorang teman nanya kepada saya apakah saya solat Maghrib atau tidak. Karena saya solat, jadi ya saya katakan kalau saya solat. Dan saya kaget ketika dia bilang kalau dia skip solat Maghribnya. Subhanallah bukan? Sedih rasanya. Esok harinya saya cerita ke salah seorang sahabat perempuan saya, kalau saya sedih karena saya berpikir banyak dari teman-teman yang tidak solat Maghrib. Dia ngomong, "mungkin hampir semua skip kali solat Maghribnya" .

Percaya tidak percaya, saya tanya kepada teman saya yang lain apakah dia solat Maghrib atau tidak, dan ternyata benar saja kalau dia juga tidak solat. Yaa Allah, betapa sedihnya saya. Karena sebenarnya orang yang saya tanya ini adalah orang yang selalu solat bareng dengan saya, dan ternyata mereka juga tidak melaksanakan solat. Saya merasa IDIOT ketika saya tidak bisa mengajak teman-teman saya untuk solat Maghrib.

Saya sedih, kecewa, merasa idiot. Lengkap sudah semua yang buruk-buruk seperti ada pada saya. Saya sedih karena ternyata masih banyak orang yang lupa akan kewajibannya untuk solat. Saya kecewa karena ternyata masih banyak orang yang seperti lebih takut kepada manusia dibandingkan kepada Sang Pencipta, Allah. Tapi saya juga merasa idiot karena ternyata saya juga belum bisa mengajak teman-teman untuk lebih mencintai Allah.

Dan mungkin hal ini bukan hanya terjadi di dekat saya saja. Yang saya ceritakan disini adalah yang benar-benar terjadi di depan mata saya sendiri. Banyak yang sepertinya lebih takut kepada sesama manusia, dan lupa kalau ada Allah Sang Maha Segalanya. Pertanyaannya mungkin gini, "tapi kan cuma sekali doang ga solatnya, masa ga boleh? Atau ga, masa ga boleh dijamak sih solatnya? Kan lagi ada acara, Allah juga pasti ngerti kok" .

OMG helloooooo (ala ala artis di sinetron salah satu stasiun televisi). Heh, Allah kita suruh ngerti sama kita, ga kebalik tuh? Masya Allaaaaaah. Jangan cuma karena Allah Maha Pengertian, tapi kita jadi ngegampangin juga loh. Bahaya bener dah nih kalau ada yang beneran mikir begitu. Emang banyak sih sekarang yang mikir gitu pasti, tapi coba deh diubah cara mikirnya. Kita yang harus ngertiin Allah, bukan malah sebaliknya. Songong amat yak kita, hehe.

Coba dipikir lagi, kalau misal kita dipanggil Allah (meninggal) waktu kita belum solat gimana? Ngeri loh. Ibarat, kita punya hutang tapi belum lunas. Bener ga yak? (maaf yak kalau salah). Jangan pernah mikir kalau umur kita tuh panjang. Kalau untuk ibadah, mikirnya umur kita tuh udah deket, biar kita semangat ibadahnya. Seriusan dah, dicoba dicoba. Kita mungkin ngerasa kita udah maju, udah sukses dengan cara seperti itu, tapi coba kita lebih deket sama Allah dan lebih takut sama Allah, pasti lebih sukses lagi.

Saya nulis ini bukan karena saya ingin pamer loh ya karena saya solat Maghrib sementara banyak temen-temen saya ga solat. Saya cuma pengen ngajak semua yang baca ini untuk sama-sama merenung, apa kita sama kayak segelintir orang yang lebih takut sama manusia dibanding sama Allah? Saya ga ada maksud untuk ngejudge orang lain ya, cuma saya takut kalau ternyata tulisan saya ini terlihat kayak pamer, kayak ngejudge, saya minta maaf. Saya butuh feedback dari semua pembaca untuk saya bisa berkembang juga. 

Kalau ada ucapan, gaya penulisan saya yang salah dan kurang berkenan untuk dibaca, saya minta maaf yaa. Saya cuma manusia biasa yang penuh dengan kekurangan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan, karena yang benar dan sempurna cuma milik Allah. Mohon bantuan untuk ngasih saya saran ya yang berkenan. Makluuum, masih amatir, hehe.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Radityo Fajar Priambodo
@radityofp
081286339483