Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Minggu, 21 Februari 2016

Ujian Allah Menyerang Kelemahan Diri Kita


Semangat saya untuk menjalani kehidupan saat ini terasa sangat berbeda jika dibandingkan sebelumnya. Saya pun berharap semangat ini selalu ada selama saya masih hidup. Dan saya pun berharap sahabat pembaca pun memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam menjalani hidup ini, karena hidup hanya sekali maka tidak pantas rasanya jika kita semua berleha-leha, sedikit-sedikit mengeluh. Hehe.


Semangat ini saya dapatkan ketika saya mendapatkan pesan dari istri tercinta melalui media social. Pesan yang berisi ilmu yang di share kepada saya, yang sebelumnya didapatkan dari teman-teman istri saya. Karena kami memang senang untuk berbagi, apalagi dalam hal kebaikan yang memang menunjang untuk kehidupan ke depan kelak.


Bahwasanya tiap prinadi manusia pasti memiliki kelemahan. Tidak bisa dipungkiri. Ada yang lemah terhadap urusan uang, ada yang lemah terhadap wanita, apa pula yang mudah tersinggung dan mudah marah jika dirasa orang lain melakukan satu kesalahan saja. Dijelaskan, sejatinya manusia itu adalah tempat untuk menerima ujian dari Allah, dan percaya atau tidak bahwa Allah akan menguji kita pada titik kelamahan kita tersebut.


Orang yang lemah terhadap urusan uang, namun kuat terhadap fitnah jabatan tidak akan pernah diuji terhadap fitnah jabatan. Sebaliknya, orang yang lemah terhadap urusan fitnah jabatan dan kuat terhadap uang, maka tidak akan pernah diuji terhadap uang.


Orang yang setengah-setengah dalam perjuangan mencari ilmu yang sudah Allah tebar dimana-mana, dengan alasan orangtua datang, mertua datang, maka Allah akan senantiasa membuat klita benar-benar sulit untuk mencari ilmu dikarenakan orangtua yang datang, mertua yang mampir, dan akan selamanya begitu selama kita tidak memprioritaskan aktivitas yang lebih penting menimba ilmu untuk berdakwah atau keperluan yang lainnya.


Kejadian itupun saya rasakan sendiri. Tepatnya Minggu, 21 Februari 2016, saya ada jadwal untuk melaksanakan liqo di daerah Margonda pada jam 9 malam. Kalau dipikir, Tangerang – Margonda sungguh jarak yang tidak dekat. Apalagi pada saat malam hari yang mana sangat rawan mata ini untuk mengantuk.


Saya yang merasa pada hari itu merasa malas, mencoba untuk mencari alasa. Alasan apapun saya coba keluarkan, saya coba beritahukan kepada istri saya. “Jauuuh, capek. Abi mau nyari yang deket sini aja ah”, ucap saya pada istri yang tidak dijawab apa-apa olehnya. Tapi sungguh, saya merasa bahwa saya merasa sangat membutuhkan siraman rohani, walaupun malam tetap akan saya perjuangkan.


Benar saja, pada saat perjalanan suasana sangat mendukung untuk saya kembali ke rumah. Berangkat 2 jam sebelum waktu belajar, ternyata saya seperti orang kebingungan yang tidak tahu jalan mana yang harus saya pilih agar cepat sampai. Yang terjadi malah sebaliknya, saya merasa berputar-putar dan malah membuat waktu menjadi lebih panjang.


Jalan macet. Macet yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. “Haaan, maceeet” , ucap saya kembali kepada istri tercinta dengan maksud istri mendukung agar saya kembali pulang. Tapi tidak ada jawaban apa-apa darinya, sehingga saya sadar bahwa saya benar-benar harus pergi dan menuntut ilmu walaupun perjuangannya luar biasa. Semangat saya tumbuh. Semangat yang ingin bertumbuh dan berkembang secara ilmu agama membuat saya berubah pikiran yang awalnya negatif menjadi positif.


Bersyukurnya saya memiliki istri yang membantu saya untuk bertumbuh dan berkembang. Tidak menjawab apa-apa ketika saya ingin mundur dari jalan dakwah. Sehingga saya menjadi merasakan mendapatkan dukungan dalam kebaikan.


Catatan yang sangat penting yang saya dapatkan dari istri saya melalui tulisan dan pesan yang diberikan kepada saya sungguh membuat saya tersadar.


“Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Qur’an tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat. Tetapi kita sebagai manusia dengan segala kelemahan sebagai manusia yang telah mendapatkan amanah amar ma’ruf nahi munkar”


Semoga kita semua menjadi manusia yang benar-benar bisa mengatasi segala kelemahan diri untuk selalu berjuang di medan dakwah.

Selasa, 16 Februari 2016

Sampaikanlah Feedback Dengan Cara Ini



Entah kenapa saya begitu bersemangat untuk menulis sesuatu seputar memberi feedback yang baik kepada orang lain. Saya mengetahui hal ini ketika saya belajar di Kubik Training. Satu perusahaan yang memang fokus di pelatihan kepada banyak orang, khususnya untuk memotivasi orang-orang agar mencapai kehidupan yang SuksesMulia.

Saya merasa bersyukur karena berkesempatan untuk belajar disana. Memaknai arti hidup yang sebenarnya, yang mungkin tidak semua orang berkesempatan mendapatkan ilmu secara langsung dari ahlinya. Berbicara, berbuat, menginspirasi, dan membuat banyak orang benar-benar merasa begitu bergairah dalam menjalani kehidupan yang sementara ini untuk menuju kehidupan yang kekal abadi di akhirat.

Bagi sahabat yang belum mengetahui apa itu kehidupan yang SuksesMulia, mungkin sahabat dapat membaca penjelasan lengkapnya di buku yang dituliskan oleh pendiri Kubik, Kubik Leadership dan buku lainnya. Secara singkat, kehidupan yang sukses adalah kehidupan yang 4-ta nya tinggi. Harta, tahta, kata, cinta. Atau minimal memiliki satu saja diantara 4-ta tersebut sudah bisa dikatakan hidupnya sukses. Dan mulia adalah bermanfaat untuk orang sekitar dan banyak orang dengan 4-ta tersebut.

Kembali ke awal, disana saya mendapat cara bagaimana memberikan feedback atau kritik dan masukan kepada orang lain agar orang yang kita berikan feedback tidak merasa sakit hati. Tetapi sebaliknya, makin semangat melakukan apa yang dikritik dan diberi masukan oleh orang lain.

Mungkin kita sering mndengar dan bahkan mengalami, ketika kita berkata, atau berbuat, tidak sadar benar atau tidak, kemudian dikritik. Sakit hati. Jadi malas untuk melakukan hal lain. Padahal sebenarnya begitu banyak hal dan kegiatan lain yang dapat dan harus kita lakukan. Menurut sahabat, semua itu bisa terjadi karena apa? Yak, karena gaya mengkritik yang dilakukan tidak berjalan baik, sehingga mungkin saja kita merasa sakit hati dan sebal. Diberi masukan juga tidak. Makin jadi sakit hatinya.

Nah, ternyata ada tips dan trik untuk kita dapat memberikan feedback kepada orang lain secara baik dan benar yang membuat orang lain tidak merasa sakit hati. SANDWICH. Yes, dengan menggunakan analogi sandwich. Apa itu? Kita semua tahu bahwa roti sandwich itu terdiri dari beberapa bagian, biasanya terdiri dari tiga bagian yang ditumpuk menjadi satu untuk kemudian kita nikmati sesuai dengan keinginan kita masing-masing.

1. Bagian pertama yang terletak di atas adalah bagian ROTI YANG LEMBUT untuk dinikmati. Maksudnya apa ya kira-kira?
Roti tersebut dianalogikan sebagai kalimat-kalimat pujian yang kita sampaikan pada orang lain, dengan maksud dan harapan bahwa orang tersebut merasa senang terlebih dahulu karena mendapat pujian. Tidak langsung dikritik yang malah membuat dirinya sakit hati.
Sebagai contoh, bedakan kedua kalimat yang diucapkan pertama kali ketika kita ingin memberikan feedback kepada orang lain,Kamu tuh kurang bagus kalo ngomong gitu, kurang pas aja, coba deh cari cara yang bagusatau Apa yang kamu lakukan itu udah bagus, ucapan yang kamu sampaikan juga bagus. Menurut pandangan sahabat, sahabat akan lebih senang kalimat yang mana jika kalimat pertama yang muncul saat diberikan feedback diantara kedua pernyataan di atas??
2.   Bagian kedua yang terletak di tengah-tengah roti adalah ISI dari sandwich tersebut, entah daging, keju, sayur, dan lain-lain yang sekiranya bermanfaat. Kira-kira maksudnya apa yah?
Jika kita sudah mengutarakan hal positif di awal pemberian feedback, maka hal selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah memberitahu hal yang harus diperbaiki agar lebih baik lagi. Tentunya bukan hanya memberitahu apa yang harus diperbaiki, tapi tentunya dengan solusi tepat agar yang diberi feedback merasa mendapat jalan keluar dari masalahnya.
Sebagai contoh, “Apa yang kamu lakukan itu udah bagus, ucapan yang kamu sampaikan juga bagus. Tapi mungkin ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan. Mungkin bisa hindari pemakaian kata-kata yang ambigu atau tidak jelas, sehingga orang akan dapat mudah mengerti. Seperti, jika kita bisa tidak menuju lokasi dekil itu, lebih baik jangan. Nah, mungkin alangkah baiknya jika kamu menggunakan kalimat lokasi yang kumuh itu dibanding dekil.
Nah, menurut sahabat, bagaimana reaksi dari orang yang diberi feedback seperti itu? Akankah dia marah? Akankah dia merasa sebal? Jika ya, tolong periksa kejiwaannya, hehehe *just kidding.
3.  Bagian terakhir atau yang paling bawah adalah ROTI LEMBUT kembali. Untuk roti yang satu itu, kira-kira fungsinya sebagai apa yah?
Sahabat, sungguh tidak baik rasanya ketika kita memberi feedback tapi tidak kita tutup kembali. Pembukaan yang dilakukan sudah baik, isi sudah cukup mengena dan baik pula. Oleh karena itu, penutup yang diberikan juga haruslah baik agar yang yang diberi feedback merasa senang dan bergairah untuk melakukan perubahan. Apa itu? DOA. Doa agar orang tersebut dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Contoh yang saya gunakan, mungkin saya melanjutkan saja dari kalimat di atas.
“Apa yang kamu lakukan itu udah bagus, ucapan yang kamu sampaikan juga bagus. Tapi mungkin ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan. Mungkin bisa hindari pemakaian kata-kata yang ambigu atau tidak jelas, sehingga orang akan dapat mudah mengerti. Seperti, jika kita bisa tidak menuju lokasi dekil itu, lebih baik jangan. Nah, mungkin alangkah baiknya jika kamu menggunakan kalimat lokasi yang kumuh itu dibanding dekil. Saya yakin ke depannya kamu akan menjadi lebih baik lagi. Saya doakan agar apa yang keluar dari mulutmu nantinya benar-benar bermakna dan bermanfaat untuk banyak orang tanpa harus orang bingung apa maksud dari ucapanmu”.

Jika sudah seperti itu, apakah kesempatan orang untuk menjadi sebal atau sakit hati akan tinggi? Kemungkinan besar jawabannya tidak. Bahkan cenderung bersemangat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Beda hal jika yang kita lakukan terlalu frontal, to the point pada pokok intinya.

Pelan tapi pasti. Seperti pernyataan saya di atas, jika masih ada orang yang sakit hati jika sudah seperti itu, apa yang perlu diperhatikan? Antara kejiwaannya atau kalimat yang kita gunakan kurang pas. Bisa jadi kita salah dalam memakai kalimat yang baik dan benar.

Semangat berkembang

Semangat bertumbuh

Peradaban terbaik akan muncul dengan harapan baru


Senin, 15 Februari 2016

Sahabat Yang Baik Itu . . .

Alhamdulillah betapa bersyukurnya diri ini ketika dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang mungkin selama 23 tahun lebih saya tidak mengenalnya. Merekalah guru-guru kehidupan yang mengajarkan kepada saya betapa singkatnya hidup ini, karena itu haruslah bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada banyak orang. Dengan cara apapun, selama itu bisa dirasakan oleh orang lain, dan bukan hanya oleh kita sendiri.


Selain itu juga betapa bersyukurnya diri ini ketika dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang lainnya. Merekalah sahabat-sahabat yang saya miliki. Sahabat yang saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan dan membantu dalam perkembangan diri ini. Bukan hanya orang yang berteman karena masalah kecocokan dalam hal duniawi semata, tapi juga dalam hal ibadah yang menunjang kehidupan selanjutnya di akhirat nantinya.


Setelah pada hari Sabtu, 13 Februari 2016 saya menemani salah satu sahabat saya untuk bertemu dan mengkhitbah wanita yang belum lama dikenalkan padanya melalui ustadz, keesokan harinya kami berkesempatan untuk bersama-sama berbincang banyak hal dan melakukan kegiatan lain. Karena memang sahabat saya ini menginap pada Sabtunya, maka pada hari Minggu kami pun bermain bersama.


Karena saya dan istri sudah meniatkan diri untuk membersihkan rumah yang akan kami tempati nantinya (saat ini masih bergabung dengan orangtua saya), saya merasa memiliki tambahan energy dan kekuatan untuk membantu kami dalam melakukan hal tersebut. Dialah sahabat saya. To the point saya mengatakan untuk membantu membersihkan rumah, tak disangka tanpa berpikir panjang langsung diterima ajakan saya.


Bersama-sama kami menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari rumah orangtua saya. Setibanya di rumah, kami melihat rumah dalam kondisi sangat berantakan. Sampah dedaunan dimana-mana, lantai berdebu, lengkap sudah jika saya membersihkan hanya istri saya, bisa dibayangkan betapa lelahnya kami. Tapi semua itu sirna ketika sadar bahwa aka nada satu tambahan bantuan lagi, hehe.


Begitu bersemangatnya sahabat saya dalam membantu saya, bahkan jika bisa dibilang, lebih semangat sahabat saya disbanding saya sendiri. Istri saya fokus untuk membersihkan halaman teras yang penuh dengan sampah daun, saya berdua dengan sahabat saya fokus untuk membersihkan ruang tengah dan juga dapur yang memang kotor dengan debu.


Menyiram dengan air, mengepel, kemudian menggiring air menjadi tugas kami. Celana panjang yang dilipat, kaos yang mungkin sudah berkeringat, disertai dengan alunan ayat suci Al-Qurán menjadi teman kami selama melakukan tugas ini.


Ketika itu saya mengatakan sesuatu pada istri saya, “Alhamdulillah ya han, ada bantuan. Semangat banget lagi, bayar aja nanti 200 ribu, hahaha”. Istri saya pun membalas dengan tawa. Setelah itu, saya berkata kepada sahabat saya yang terlihat bersemangat membersihkan lantai ruang tengah, “Kang, nanti gua bayar dah 200 ribu yak, mayan daripada pake bantuan oranglain, hahahaha”. Semua itu saya katakan dengan penuh canda.


Tetapi, apa yang dikatakan sahabat saya sungguh membuat saya terkejut, bukan jawaban ‘iya’ atau ‘ga ah’ tetapi jauh dari perkiraan saya. “Gua mah ga usah dibayar duit Dit, bayar aja pake setoran hapalan juz 30 elu”, katanya membalas canda saya.


Jedeeer. Seraya disambar petir di siang hari. Awalnya saya kaget, karena tidak menyangka dia menjawab seperti itu. Kemudian karena saya memang sudah meniatkan diri untuk bisa menghapal juz 30, maka saya sanggupi tantangan itu tanpa berpikir panjang. Dan saya menjanjikan hal itu Bulan April nanti, sekitar 2 bulan ke depan.


Saya sama sekali tidak merasa down ataupun stress, tapi sebaliknya, saya merasa sangat gembira dan bersemangat. Saya yang memang cukup dekat dengannya, dan mengetahui bahwa dirinya sudah menghapal Al-Qurán tapi karakter yang tidak jauh berbeda dengan saya merasa malu karena saya ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Terutama dalam semangat menghapal Qurán dan mengamalkannya yang memang dianjurkan dalam Islam.


Kemudian saya berpikir satu hal, bahwa sahabat yang baik bukanlah orang yang hanya sibuk mendengarkan curhatan kita, bukan hanya bisa memberi solusi dalam setiap masalah yang menyangkut duniawi, dan bukanlah orang yang hanya sibuk bersama-sama mengembangkan diri kita dalam hal dunia saja. Tetapi semua hal tersbut dan kemudian yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan, yang saling mengingatkan dalam ibadah, dalam hal ilmu, dan saling berkembang khususnya menyangkut urusan akhirat yang mana kehidupan kita kekal disana.


Jika sudah seperti itu, mau masalah seperti apapun, mau beda pendapat seperti apapun dengannya, tidak akan menjadi masalah.


Jangan pernah tinggalkan sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kita untuk berkembang, baik dalam hal duniawi maupun akhirat

Mencari seribu musuh lebih mudah disbanding mencari satu teman dan sahabat

Minggu, 14 Februari 2016

Setahun Kemarin

 Selama dua hari terakhir, saya sengaja tidak menulis. Saya fokus untuk menikmati kehidupan yang saya lakukan. Walaupun sebenarnya tangan ini gatal karena tidak menulis, tapi saya berusaha untuk bertahan dengan kondisi saya tidak menulis. Berat memang, karena menulis sudah menjadi salah satu kesenangan yang saya jalani saat ini, tapi apa mau dikata.  

Oleh karenanya, saya merasa sangat gembira ketika saya kembali lagi menulis setelah berlibur. Berlibur yang menurut saya berkualitas, bersama istri tercinta dan sahabat baik saya. Yak, selama dua hari saya melalangbuana ke daerah yang saya belum pernah datangi untuk melakukan satu misi mulia yang insya Allah akan menjadi amalan.


Sabtu, 13 Februari 2016 merupakan tanggal dimana tepat setahun saya dan istri saya dipertemukan oleh Allah di kota yang sangat saya cinta, Jogja. Ya, ketika itu saya bersama dirinya hendak ambil bagian dalam satu tim pelatihan public speaking yang diselenggarakan oleh CerdasMulia Institute. Saya mengenal istri saya pada awalnya hanya melalui media social, karena kami bergabung dalam satu grup yang berisi dari beberapa orang.


Ketika pertemuan pertama, saat pertama kalinya saya melihatnya secara langsung istri tercinta saya berkata, “Mas, kamu yang tadi naik motor xxx bukan sih? Aku kayaknya liat kamu deh tadi, cuma ga manggil””. Batinku, “ini anak kok bisa tau gua yak, padahal gua kan ketutupan helm”. Kujawab saja dengan percaya diri, “iya betul, kok kamu ga manggil aja aja. Terus ini kamu jalan dari jalan Adisucipto kan jauh, tau gitu tadi kujemput aja”.


Ternyata eh ternyata, setelah beberapa saat kami mengobrol saya baru mengetahui istri saya adalah model perempuan yang tidak mau dibonceng oleh pria yang bukan mahromnya. Huehehe, saya ternyata nekat sekali, tapi alhamdulillah dia tidak merasa bagaimana terhadap saya. *Semoga dugaan saya ini tepat.


Kembali ke tanggal 13 Februari 2016, alhamdulillah saya diberi kesempatan bersama istri tercinta untuk menemani seorang sahabat melakukan misi mulia untuk menjalani kehidupan masa depan yang lebih baik. Melakukan pertemuan awal dengan wanita/akhwat yang selama ini dikenalkan padanya oleh seorang ustadz untuk kelak jika Allah meridhoi akan menjadi pasangan hidup yang menemaninya menjalani kehidupan yang sangat menyenangkan ini.


Kami menyusuri jalanan yang sebelumnya saya merasa belum pernah lewati. Tapi di zaman yang serba modern ini, sayang sekali jika GPS tidak digunakan. Dengan bermodal GPS, akhirnya alamat yang dituju dapat kami capai walaupun harus macet dan bertanya kepada orang-orang yang kami lewati.


Ketika sampai di lokasi, saya begitu melihat kesederhanaan yang tampak. Bukan kemewahan. Duduk lesehan, minum seadanya bersama buah dan makanan ringan menjadi menu yang kami santap. Teh manis hangat pun kami dapat nikmati dengan begitu santainya dalam suasana tidak kaku.


Pembicaraan yang dimulai oleh sang ustadz yang menceritakan maksud dan tujuan kedatangan kami kepada keluarga sang wanita yang belum pernah dilihat oleh sahabat saya ini. Begitu jelas terlihat bahwa jalan menuju pernikahan itu tidak mudah, tapi tidak sulit. Tergantung ingin seperti apa kita membawanya.


Niat menikah secara sederhana, hidup secara sederhana semampunya, semuanya alhamdulillah diterima oleh keluarga sang wanita. Senyum sumringah sembari malu-malu terlihat jelas dari sahabat saya ketika prosesi melihat wajah sang wanita yang memang tertutup cadar dalam waktu singkat. Kami (saya dan pak ustadz) hanya menunduk tidak melihat, namun memang dalam Islam diperbolehkan seorang yang berniat mengkhitbah untuk dapat melihat wajah akhwat terlebih dahulu.


Ketika di perjalanan kembali ke rumah, saya mendapat informasi bahwa sang wanita ini ternyata berusia sama seperti istri saya. Lahir pada tahun 1996, yang itu berarti saat kami mendatangi rumahnya, usianya baru 19. Usia yang pada zaman saat ini, mungkin kebanyakan berpikir masih muda, masih ingin bermain-main dulu. Tapi apa yang dilakukan wanita ini benar-benar luar biasa, sama halnya dengan istri saya, hehe.


Darisitu, saya begitu banyak mendapat pelajaran yang sebelumnya saya tidak pernah melihatnya. Prosesi yang tidak sulit, tidak mewah, tidak macem-macem, dan insya Allah sesuai dengan ajaran Islam yang mencegah dari perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah.


Satu tahun pertemuan awal saya dengan istri saya ditandai dengan melihat dan belajar sesuatu mengenai rencana pernikahan yang syar’i. Alhamdulillah. Saya dan istri saya selalu berdoa agar semua yang belum menikah disegerakan menikah jika sudah siap. Kesiapan tidak bisa ditunggu, tapi diciptakan. Hal selanjutnya yang saya dan istri lakukan adalah mendoakan agar jalan sahabat saya yang luar biasa ini selalu mendapat ridho dari Allah, dan keinginan untuk menikah segera tercapai. Semoga wanita yang kemarin kami temui, benar-benar menjadi wanita yang ditunjukkan oleh Allah untuknya. Aamiin.


Menikah muda? Kenapa tidak

Masih ingin main-main dulu? Kalau bisa main berdua bersama istri atau suami, kenapa harus beralasan ingin main-main dulu

Jumat, 12 Februari 2016

Ingin Menjadi Apa Diri Kita, Berkumpulah Dengan Orang Yang Satu Frekuensi



Belum lama ini saya bertemu dengan beberapa sahabat saya kembali. Pertemuan kami lakukan ketika saya tepat kembali ke Jakarta dari Semarang. Begitu sampai Stasiun Pasar Senen, saya tidak langsung pulang. Perjalanan saya lanjutkan ke Masjid Al-Azhar Jakarta untuk melaksanakan solat Zuhur dan juga dijemput oleh salah satu sahabat saya untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi pertemuan.

Sebelum pertemuan yang kami lakukan itu, saya pun melakukan pertemuan dengan salah satu sahabat saya yang pada saat itu pun hadir. Ketika itu, sahabat saya ini baru saja dilakukan pemutusan kerja dari perusahaan tempat dia bekerja saat itu. Dikarenakan kondisi harga minyak dunia yang memang tengah turun drastis, sehingga banyak perusahaan melakukan pemutusan kerja, begitupun perusahaan dia bekerja saat itu.

Tapi ketika belum lama ini saya bertemu kembali dengannya, saya melihat dirinya dengan aura yang berbeda. Terlihat lebih gaul karena celana panjang yang dikenakan dalam kondisi tidak sempurna alias robek sehingga kulit di balik celananya terkadang sedikit terlihat. Saya berpikiran positif saja karena memang sedang irit irit untuk dapat hidup di Jakarta yang membuatnya begitu sayang untuk menjahit celana jeans nya, hehe.

Obrolan terjadi diantara kami. Ohiya, saat itu kami kumpul 4 orang di salah satu kafe kopi di daerah Jakarta Selatan. Tempatnya sangat asik untuk mengobrol, sehingga tidak terasa selama hampir 5 jam kami berada disana. Mungkin salah satu pilihan tepat ketika sahabat pembaca ingin bertemu dengan teman, klien, atau siapapun yang tidak terlalu ramai, kafe kopi bisa menjadi salah satu alternatifnya.

Obrolan terjadi. Dan ketika itu saya menanyakan kepada sahabat saya yang saya tahu diputus kerja oleh perusahaannya apa yang saat ini dilakukannya. “Eh, kegiatanmu sekarang-sekarang ini apaan dah? Gua beneran gatau loh ini” , kataku padanya.

Dia pun menjelaskan dengan panjang lebar apa yang dia lakukan saat ini
“Alhamdulillah kegiatanku sekarang yaa kumpul-kumpul aja sama teman-teman. Aku sering kumpul TDA (Tangan Di Atas) untuk sharing seputar bisnis, caritau gimana sih bisnis yang baik itu. Terus juga, ada namanya pengusaha keripik, terus apalagi gitu di Bandung, namanya Mas Lintang, aku mau kenal dia. Dapet nomernya, diajak gabung di grup whatsapp untuk ikut dan pengen tau dia bisa sampe sekarang kayak gimana”.

“Woh, alhamdulilah ya Man. Kamu yang emang aku tau pengen bisnis, sekarang jalanmu udah bener. Kumpul sama pebisnis biar kecipratan. Semangat broh” , kataku lagi padanya.

Sedikit perbincangan yang saya lakukan bersama sahabat saya membuat saya teringat pesan dari salah satu mentor saya. “Kalau kamu mau jadi pengusaha, kumpul sama pengusaha. Kalau kamu mau jadi orang yang menginspirasi, kumpul sama orang yang sukanya ngasih inspirasi. Kalau kamu mau jadi penulis, kumpul sama penulis. Jangan mau jadi pengusaha, kumpul sama copet. Mau jadi orang yang menginspirasi tapi kumpulnya sama orang malas. Ya ga bisa lah”

Percaya atau tidak, mungkin sahabat pembaca sudah merasakan hal itu. Sebagai contoh, saya yang awalnya tidak suka untuk menulis, tapi karena saya dekat dengan orang yang senang menulis, saya pun menjadi malu ketika saya tidak menulis. Begitupun kasus yang terjadi dengan sahabat saya, ingin menjadi pengusaha, kumpul dengan pengusaha. Dan saya lihat, ternyata hal itu sudah dilakukan tanpa saya ketahui sebelumnya.

Dan saya yakin sahabat pun pasti sepakat akan hal ini. Lingkungan adalah hal yang paling mempengaruhi pribadi kita. Setidaknya itulah yang saya rasakan pada saat ini. Orang yang bekerja di dunia perminyakan, sudah pasti pribadinya akan menjadi pribadi yang berorientasi pada bagaimana mendapatkan minyak.

Jika sudah begitu, ingin seperti apa diri kita, berkumpullah bersama orang yang satu frekuensi. Terlalu sayang hidup ini untuk disia-siakan jika kita tidak menjadi seperti apa yang kita minta.

Semangat . . .

Rabu, 10 Februari 2016

Keuntungan Menjadi Public Speaker



Dalam dunia public speaking, keberanian dalam berbicara di depan banyak orang sangatlah dibutuhkan. Selain itu juga, percaya diri merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan apa yang akan kita bahas di depan umum. Begitu banyaknya orang yang memiliki keinginan untuk dapat berbicara di depan banyak orang, tapi ketika kesempatan itu datang padanya ternyata di luar dugaan, mengecewakan.

Menjadi seorang public speaker memiliki keuntungan tersendiri. Keuntungan yang mungkin tidak dirasakan oleh orang-orang yang tidak berani untuk berbicara di depan umum. Tapi banyak orang yang tidak mengetahuinya. Saya mungkin bukanlah seorang yang berprofesi sebagai public speaker saat ini, tapi setidaknya saya merasakan kenikmatan yang berbeda ketika saya melakukan hal tersebut.

Banyak yang menganggap bahwa menjadi seorang pembicara haruslah bekerja sebagai trainer, motivator. Tidak. Karena saya begitu banyak melihat ternyata bukan hanya mereka saja yang dapat berbicara di depan banyak orang. Seseorang yang berprofesi sebagai pebisnis, penulis pun dapat dikatakan sebagai seorang public speaker. Karena tidak jarang, mereka diundang sebagai pembicara untuk berbagi pengalaman seputar jalan kehidupannya.

Begitu banyak hal yang membuat menjadi seorang public speaker itu merupakan kenikmatan tersendiri. Apa saja ya kira-kira?
e    1. Berbagi pengalaman dan menginspirasi kepada banyak orang
2    2. Memperluas tali silaturahim

Menginspirasi banyak orang dengan mengatakan apa yang telah kita lakukan itu sangat menyenangkan. Bayangkan, ketika sahabat sukses, kemudian berbagi kisah kesuksesan, kemudian orang yang sahabat bagikan inspirasi pun sukses juga, apa yang sahabat rasakan? Yak, itu nikmat. Hal yang tidak bisa sahabat rasakan ketika hanya memendam tanpa mengungkapkannya. Karena sebagai manusia terkadang membutuhkan orang lain untuk dibagikan pengalamannya agar bisa menjadi sukses bersama.

Memperluas tali silaturahim merupakan salah satu keuntungan yang tidak bisa dinilai harganya dengan apapun. Percaya atau tidak, seorang public speaker pasti akan mengenal orang baru, dan juga bisa dikenal orang baru. Saya pun merasakan hal itu. Saya sangat senang ketika diberi kesempatan untuk mengisi acara di satu tempat, kemudian bertemu dengan hal baru. Mengenalnya, dan dikenalnya. Banyak jaringan. Insya Allah banyak rezeki. Umur insya Allah dipanjangkan.

Setidaknya masih banyak lagi keuntungan yang didapatkan jika kita menjadi seorang public speaker. Namun saya hanya mencoba untuk berbagi dua keuntungan yang paling saya rasakan ketika saya melakukan hal tersebut. Keuntungan yang tidak saya dapatkan ketika saya hanya menjadi penonton, bukan pemain.

Jika sudah seperti itu, apakah kita masih berpikir untuk tidak berniat melakukan suatu hal yang bermanfaat sehingga nantinya kita mendapat kesempatan untuk menjadi seorang pembicara dan menyampaikan hal yang bermakna sehingga mendapat keberkahan dalam hidup ini? Hehe

Let’s Speak to Inspire ! !