Betapa
bersyukurnya diri ini karena memiliki istri yang satu visi dalam menjalani
kehidupan ini. Dan betapa bersyukurnya diri ini karena Allah benar-benar
mempertemukan diri ini dengan seorang wanita yang bisa mengisi kekurangan yang
diri ini miliki. Janji Allah itu benar sekali bahwasanya jodoh kita merupakan
cerminan dari diri kita. Dan ketika saya melihat istri saya, ternyata kami
tidak jauh berbeda, hehe.
Minggu pagi
tepatnya tanggal 7 Agustus 2016, saya bersama istri mengendarai sepeda motor
kami menuju Kantor Balaikota Depok untuk mengikuti acara seminar parenting yang diisi oleh salah satu
trainer yang memang terfokus pada bidang ini. Ketika istri saya menawarkan
apakah saya ingin ikut acara ini, tanpa pikir panjang saya pun mengiyakan
tawarannya.
Saya dulu
merupakan tipe orang yang baru belajar ketika sesuatu terjadi atau sudah
mendekati waktunya. Namun saya menyadari jika belajar untuk mempersiapkan
sesuatu yang nanti akan kita jalani jauh lebih penting. Agar kita mengetahui
harus berbuat seperti apa nantinya, kalau perlu merancang desain seperti apa
yang akan kita gunakan.
Saya
merupakan orang yang menikah di usia 24 tahun sementara istri saya kala itu
berusia 19 tahun. Saat ini usia pernikahan kami telah berusia 1 tahun sehingga
usia kami pun bertambah pula 1 tahun, saya 25, istri saya 20 tahun. Di usia
saya yang sebenarnya cukup matang untuk menikah, namun jika saya berpikir lebih
jauh lagi saya masih banyak kekurangan, terutama dalam urusan berumahtangga. Karena
itu ketika istri saya menawarkan seminar parenting
tersebut langsung saya terima.
Menikah di
usia muda haruslah memiliki kekuatan mental yang tinggi. Bagaimana tidak, pada
saat orang-orang bermain, berbisnis, bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya,
mereka-mereka memilih untuk melakukan hal itu untuk memenuhi kebutuhan dirinya
dan juga pasangannya. Bukan lagi hanya dirinya sendiri.
Jika kita
menyaksikan di layar televisi, banyak sekali mereka yang menikah kemudian
mereka cerai dalam usia pernikahan yang tidak lama. Ada juga yang sudah lama
menikah namun kemudian cerai dengan berbagai alasan yang diutarakan.
Bagi
kalangan muda, hal ini menjadi sangat rentan terjadi. Bayangkan, orang yang
bisa jadi egonya masih sering tidak stabil, sudah harus menyeimbangankan ego
untuk oranglain yang notabene akan menjadi pasangan hidup dan tinggal bersama
dengan dirinya.
Dalam
seminar tersebut, sang pemateri memberikan dua alasan mengapa pasangan-pasangan
seringkali mengalami perceraian, tidak jarang dalam usia pernikahan yang masih
muda
Tidak
jelasnya visi & misi pernikahan
Penting
bagi pasangan yang akan menikah untuk saling membuat proposal mengenai rencana
yang ingin dilakukan setelah menikah. Bagikan kepada calon pasangan, agar
sama-sama saling mengetahui apa yang wanita inginkan, apa yang pria inginkan.
Setelah hal
itu dilakukan, yang selanjutnya wajib untuk dibicarakan adalah masalah visi dan
misi dalam kehidupan berumahtangga. Ingin menjadi seperti apa keluarga itu. Apa
yang menjadi nilai/value dalam rumahtangganya.
Jika nilai/value belum ditemukan, minimal
visi dan misi harus dijelaskan di awal agar ketika terjadi masalah setelah
berumahtangga, ingat kembali visinya, insya Allah masalah akan bisa
diselesaikan.
Bagi yang
sudah menikah dan belum membuat visi dan misi dalam berumahtangga, saran saya
silakan dibuat sekarang juga.
Tidak
melakukan proses mendidik
di rumah
Ketika visi
keluarga sudah dibuat, kehidupan kita dalam berumahtangga biasanya akan lebih
terarah. Tapi terkadang masih ada juga yang mengalami perceraian karena hal
yang lain, bisa jadi karena pertengkaran antara suami dan istri sehingga merasa
tidak dapat lagi dipertahankan.
Dalam hal
ini sangat penting bagi sepasang kekasih yang menjalani kehidupan bersama harus
saling berinteraksi dan saling mengembangkan bakat yang dimiliki oleh
masing-masing. Selain itu juga penting bagi suami untuk mendidik istrinya agar
setelah menikah bukan malah menjadi terhambat potensinya.
Bukan
berarti sang istri tidak boleh melakukan hal sama, sang istri pun wajib untuk mendukung dan
membantu suaminya untuk sama-sama mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
suaminya itu. Kemudian, menahan ego untuk tidak merasa paling pintar menjadi
salah satu kunci agar rumah tangga tetap utuh.
Jika dua
hal itu sudah kita lakukan, perasaan takut untuk menikah di usia muda pun bisa
dihindari.
So, apa
lagi yang harus ditakutkan?? Huehehehe . . .