Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Selasa, 14 Juni 2016

Balada Cerita Romadhon #5 Menahan Belanja


“Bi, masa tadi hani beli sayur dan itu mahal banget. Terong 3 biji kecil-kecil 5 ribu, bayem 1 iket juga 3 ribu. Puasa kok ya malah jadi mahal semua”

Itulah yang diucapkan istriku tercinta ketika dirinya baru saja membeli sayur-sayuran di penjual sayur keliling untuk selanjutnya dimasak di rumah. Curhatan seputar mahalnya harga bahan makanan di 
Bulan Ramadhan memang menjadi ciri khas tersendiri, khususnya bagi ibu-ibu yang terbiasa memasak di rumahnya.

Saya yang hobi juga untuk memasak di rumah menemani istri tercinta tidaklah kaget dengan kondisi ini. Karena memang sudah hampir selalu terjadi ketika Bulan Ramadhan tiba pasti harga kebutuhan pokok meningkat. Entah karena pasokan yang berkurang sementara permintaan bertambah, ataukah karena memang ada permainan di dalamnya.

Kemudian saya berpikir tentang asiknya menjalani puasa di bulan ini. Karena hampir semua umat Islam yang beriman pasti menjalankannya karena memang perintah langsung dari Allah untuk makhluk-Nya. Jalan sedikit, biasa diajak makan, sekarang tidak. Ada waktu istirahat sedikit, biasa main, sekarang berusaha mengurangi mainnya. Dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya.

Puasa adalah kegiatan menahan diri dari segala hawa nafsu yang ada. Baik dari menahan ingin makan dan minum, maupun menahan untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat mengurangi pahala puasa yang lain.

Berpegang pada hal tersebut kemudian saya memberi nasihat kepada istri tercinta yang menurut saya cukup aneh. Karena hal tersebut membuat istri saya tertawa *yah, walaupun hanya lewat sosmed.

“Han, ini kan bulan puasa ya. Nah bulan puasa kan menahan nafsu ya, menahan untuk ga makan minum juga. Makan yang biasanya banyak juga kalau bisa berkurang juga kan ya. Nah, makanya belanjanya juga kurang aja, ga usah banyak-banyak, hehe. Menahan nafsu belanjaaa”

HAH . . . Apalah apalah. Pemikiran tersebut hadir begitu saja untuk selanjutnya terucap pada dirinya.
Saya yang masih saja heran kenapa bisa selalu harga bahan kebutuhan pokok meningkat di Bulan Ramadhan berusaha untuk menahan agar tidak terlalu belanja, agar tidak terlalu banyak makan (porsinya) seperti bulan-bulan yang lainnya.

Tapi apapun itu, semoga kita semua, baik diri saya pribadi dan juga sahabat pembaca dapat bersabar untuk menahan diri dengan tidak mengambil keputusan yang sekiranya tidak terlalu diperlukan. Agar tidak ada yang sia-sia.


Sama seperti membeli sayuran segar. Belilah secukupnya, karena khawatir jika membeli banyak dan tidak langsung dimasak, sayuran itu tidak akan terasa segar lagi, ahaydeee.

Rabu, 08 Juni 2016

Balada Cerita Romadhon #4 Ngantuk Berat


Ternyata yang namanya manusia, ketika ada waktu kosong pasti tetap saja ingin melakukan sesuatu yang membuatnya senang. Salah satunya adalah dengan bermain. Tidak peduli ada teman ada tidak, kalau yang namanya sudah bermain demi kesenangan pribadi pasti akan dilakukannya.

Tidak terkecuali dengan saya. Tepatnya pada saat menjalani ibadah puasa di hari ketiga, kerjaan di kantor kebetulan sedang tidak ramai. Dan hal itu saya manfaatkan untuk sekedar bermain dan tidak lama karena memang niatnya hanya untuk refreshing sejenak.

Karena teman di kantor ada yang memiliki permainan sepak bola di laptopnya, saya tertarik untuk bermain. Tentunya setelah melakukan aktivitas yang lainnya. Saya bermain bersama dengan teman-teman satu kantor yang memang jika ingin mengistirahatkan tubuh sejenak biasanya bermain game tersebut.

Saya merasa tidak tenang ketika bermain. Kenapa? Karena saya merasa saat ini adalah Bulan Romadhon, bulan yang harusnya saya manfaatkan benar-benar untuk beribadah kepada Allah dengan maksimal, tapi kenapa saya malah bermain. Kurang lebih hal itulah yang ada dalam benak saya saat itu.

Selain saya dan beberapa teman bermain game tersebut, teman saya yang lainnya menonton tayangan film layar lebar di laptop. Batin saya saat itu, “aaah ini kantor kenapa begini amat yak. Ga mendukung buat beribadah”.

Ketika saya sedang bermain dan saya memiliki penyesalan setelahnya karena saya melakukan hal yang menurut saya tidak terlalu bermanfaat, Allah kemudian menegur saya. Menegur dengan caranya yang karena hal itu menjadi sangat mengantuk cukup berat.

Terbukti, ketika saya pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motor, saya merasa sangat ngantuk. Padahal biasanya saya tidak merasakan kantuk yang amat sangat pada Bulan Romadhon. Tapi saat itu saya merasa sangat ngantuk. Bahkan karena saya ingin cepat-cepat berada di rumah, saya merasa bahwa di perjalanan pun saya sempat tertidur, hampir menabrak kendaraan lain, dan yang lainnya yang dapat membahayakan diri saya sendiri.

Sesampainya di rumah kurang lebih pukul 16.30 WIB, saya tidak kuat untuk bergerak lagi. Kamar tidurlah yang menjadi tujuan saya selanjutnya. Dan benar saja, saya tertidur hingga 10 menit menjelang waktu berbuka puasa.

Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut merupakan kenikmatan. Tapi bagi saya pribadi hal tersebut merupakan teguran yang Allah berikan kepada saya yang mana sebelumnya saya terlena dengan permainan yang kurang bermanfaat, padahal bisa dimanfaatkan untuk melakukan ibadah-ibadah yang lebih bernilai pahala.


Yak, itulah sekelumit kisah di hari ketiga puasa. Semoga kita semua dapat mengambil nilai-nilai dari kisah pribadi saya di atas ini. Aamiin.

Selasa, 07 Juni 2016

4 Golongan di Akhirat


Ketika mendengarkan ceramah, atau ajaran-ajaran kebaikan dan kebenaran, hati ini terasa sejuk sekaligus merinding. Sejuk karena kembali diingatkan untuk senantiasa tetap melakukan hal yang baik dan benar. Merinding karena tidak jarang nasihat-nasihat tersebut mengingatkan akan kematian dan pertemuan dengan Allah di akhirat nanti.

Sungguh saya mendapatkan pelajaran dan nasihat yang luar biasa pada hari ini. Pengingat mengenai golongan orang-orang yang akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat kelak yang mana akan dibagi dalam empat kategori.

Saya lupa terdapat dalam hadist mana hal ini dituliskan. Namun saya merasa bahwa yang disampaikan tidaklah salah, sehingga diri ini merasa malu dan malu karena berarti saya harus lebih mempelajari mengenai hadist agar saya pun dapat mengetahui pembelajaran darisana. Bukan hanya saya, mungkin sahabat pun harus melakukan hal itu juga, hoho.

Kenapa kita senang sekali untuk menjauh dari Allah??

Pertanyaan itu sontak membuat saya kaget. Karena saat ini, jika kita melihat fenomena yang terjadi di masyarakat, banyak sekali dari orang di luar sana, atau bahkan mungkin kita sendiri termasuk di dalamnya, sangat senang untuk jauh dari Allah. Sangat senang untuk melupakan Allah dalam setiap aktivitas kita. Sehingga hal itu membuat Allah murka pada kita sebagai makhluk-Nya.

Dan pada hari penghisaban nanti, Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada 4 golongan mengenai hal apa saja yang dilakukan di dunia ini


1. Orang kaya yang seperti Nabi Sulaiman

Allah akan bertanya pada orang-orang kaya mengapa ketika mereka hidup, tidak melakukan ibadah 
kepada Allah. Dan jawaban yang diberikan olehnya ialah karena semasa hidupnya, waktunya selalu digunakan untuk mengurus bisnisnya, hartanya, dan usahanya, sehingga tidak memiliki waktu untuk beribadah kepada-Nya.

Allah menjawab kembali dengan peringatan bahwa orang paling kaya yang pernah ada di muka bumi ini, dialah Nabi Sulaiman a.s. , dengan kekayaannya tetap patuh dan taat pada-Nya. Dengan kekayaan yang dimiliki beliau tidak pernah meninggalkan ibadah kepada-Nya.


2. Hamba sahaya layaknya Nabi Yusuf

Pertanyaan yang sama diberikan oleh Allah kepada golongan yang kedua. Dan apa jawabannya? Mereka sibuk mengurusi majikan mereka sehingga tidak memiliki waktu untuk beribadah kepada Allah. Khawatir majikannya marah.

Kemudian Allah menjawab bahwa ada seorang manusia yang diciptakan oleh-Nya dan menjadi hamba sahaya, dialah Nabi Yusuf a.s. , tapi tidak pernah lupa dengan mendekatkan diri kepada Allah, beriman kepada-Nya.


3. Orang-orang yang sakit seperti Nabi Ayyub

Pertanyaan yang sama dilontarkan untuk golongan yang ketiga. Dan apa jawabannya? Bagaimana mau beribadah jika tubuh tidak sehat. Bagaimana mau beribadah jika tidak bisa bergerak leluasa. Fokusnya hanya mengurusi sakit seumur hidupnya.

Kemudian Allah mengingatkan kembali bahwa ada makhluk-Nya yang bernama Nabi Ayyub yang selama 17 tahun diberikan penyakit luar biasa pedihnya, sehingga orang-orang menjauhi dirinya, tapi tidak pernah lupa dan ingkar untuk ibadah kepada-Nya.


4. Orang miskin seperti Nabi Isa

Pertanyaan terakhir Allah tujukan untuk golongan terakhir. Dan apa jawabannya? Sungguh, kehidupan yang dijalani hanya fokus untuk mencari uang agar bisa bertahan hidup sehingga tidak sempat untuk beribadah kepada-Nya.

Allah kembali menjawab untuk alasan yang dilontarkan oleh golongan ini. Bahwa dulu pernah ada seorang Nabi, dialah Nabi Isa a.s., yang selama hidupnya sungguh sulit, miskin. Namun apa yang terjadi? Tetap beriman dan melakukan yang Allah perintahkan dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya.

Sahabat, apakah kita masih ingin berusaha untuk menjauh dari Allah dengan alasan-alasan di atas? Alasan yang membuat kita merasa sulit sekali untuk mendekat dengan-Nya.  Jika iya, sungguh sombongnya diri kita.

Allah yang menciptakan kita, Allah yang mengatur segala lini kehidupan yang kita jalani saat ini. Sekecil apapun, tidak akan bisa terlaksana tanpa izin Allah. Tapi kenapa?
Bahkan dalam surat Ar-Rahman saja tertulis sebanyak kurang lebih 31 tentang NIKMAT MANA LAGI YANG KAMU DUSTAI??

Allah sudah secara jelas dan gambling menjelaskan bahwa segala nikmat yang kita dapatkan di dunia ini adalah pemberian dari-Nya. Penulis merasa sangat rendah di hadapan-Nya. Dan saya yakin sahabat pembca pun merasakan hal itu.

Kekayaan, jabatan, kesehatan, semua adalah hasil izin Allah. Tidak akan yang bisa meraih itu semua tanpa izin-Nya. Karena itu, tidak pantas rasanya jika kita kemudian mengatakan, “Hoooi, gw dapet semua ini ya karena gw hebat”.

Mulai sekarang, mari kita semua bermuhasabah. Sudah sejauh manakah kita meninggalkan Allah. Penulis pun menulis ini bukan karena merasa lebih baik, tapi semata-mata adalah untuk mengingatkan diri ini juga. Sungguh penulis sangat takut jika harus menulis yang tidak penulis lakukan.


Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Aamiin.

Balada Cerita Ramadhan #3 Hujan Turun


Ketika semangat untuk beribadah sedang kencang-kencangnya, rasanya sungguh nikmat. Karena memang sudah seharusnya kita sebagai manusia beribadah harus semangat dan harus terus kencang, jangan sampai kendur. Sama Allah masa kendur ya, hoho.

Bulan Ramadhan sangatlah identik dengan solat sunah yang hanya dilakukan di bulan ini. Solat sunah tarawih. Rakaat dari solat tarawih ini ada dua macam, ada yang 8 rakaat + 3 witir, atau 10 rakaat + 3 witir. Dan biasanya ingin melaksanakan jumlah rakaat yang mana tergantung pegangan yang digunakan oleh daerah tersebut.

Sayang sekali rasanya jika ketika Bulan Ramadhan tiba dan kesempatan untuk melaksanakan ibadah sunah yang hanya ada di bulan ini tapi kita tidak melaksanakannya. Biasanya dengan berbagai alasan dikemukakan, terutama menjelang tengah bulan atau akhir-akhir pelaksanaan puasa.

Dan di hari ketiga menjalankan solat sunah tarawih ini saya menemukan fenomena yang ada di lingkungan saya, dan mungkin di lingkungan tempat sahabat semua tinggal juga. Ketika jiwa bergairah untuk berangkat ke masjid, namun kemudian Allah menurunkan HUJAN.

Wuah, bagaimana jika daerah kita yang diturunkan hujan oleh Allah sementara kita ingin solat di masjid? Dan hari ini saya melihat keunikan yang terjadi. Biasanya masjid penuh sudah mulai 10-15 menit sebelum adzan isya berkumandang. Tapi hari ini, bahkan sampai solat isya dilaksanakan pun shaf-shaf di dalam masjid masih ada yang kosong. Hihi.

Mungkinkah di rumahnya tidak ada payung? Atau mungkinkah di rumahnya tidak ada jas hujan? Berbaik sangka itu wajib sehingga saya berpikir banyak yang tidak berangkat ke masjid bukanlah karena hujan, melainkan karena memang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan di luar rumahnya atau mungkin sedang melaksanakan ibadah solat isya dan tarawih di masjid lain.

Lantas, bagaimana yang solatnya di rumah dengan alasan hujan?

Sejujurnya, sangat disayangkan jika kaki tidak bergerak menuju masjid hanya kerena hujan. Kalau kata teman, “hujannya air ini, kalau koin iya gw takut”. Yang perlu kita ingat adalah hujan adalah pemberian dari Allah. Bahkan salah satu kenikmatan dan keberkahan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan turunnya hujan. Sedih sekali rasanya jika kita tidak mensyukuri kenikmatan dan keberkahan yang Allah berikan jika kita kalah dengannya.

Satu lagi yang perlu kita ingat bersama adalah bahwa selama raga masih sehat dan mendengar serusan Allah, wajib kita untuk mendatanginya. Tidak ada alasan sedikitpun untuk tidak hadir. 

Bahkan sebuah kisah menceritakan bahwa Rasul pun datang solat berjamaah ke masjid ketika beliau sedang sakit dan beliau rela untuk dipapah oleh sahabatnya. Minimal solat wajib kita lakukan di masjid, untuk solat sunah boleh di rumah, namun sayang jika ibadah setahun sekali tapi kita lakukan hanya di rumah saja.


Tulisan ini saya buat juga untuk menjadi renungan bagi saya pribadi agar saya senantiasa mengingat bahwa sejatinya sebagai makhluk Allah yang mengerti agama ketika mendengar seruan dari Allah, langsung untuk mendatangi. Sama Allah pelit, apa kata Allah. Allah Maha Besar.

Minggu, 05 Juni 2016

Balada Cerita Ramadhan #2


Setelah menunggu sekitar 11 bulan dengan harapan dapat bertemu kembali dengan bulan suci ramadhan, akhirnya waktu itupun tiba juga. Hari yang sudah dipersiapkan oleh umat Islam sedemikian baiknya akhirnya hadir juga. Tamu yang ditunggu-tunggu oleh kita semua. Maka tak ada kata lain yang pantas diucapkan selain mengucap syukur alhamdulillah pada Allah yang telah mengizinkan kita dapat bertemu dengan bulan suci ramadhan.

Biasanya saat bulan-bulan lain, pada hari senin jalanan akan penuh sesak oleh kendaraan yang menuju kantornya lebih pagi. Dan biasanya kalau boleh saya menyebut bahwa hari senin merupakan hari macet nasional ketika jam berangkat kerja. Macet luar biasa terjadi. Tapi, Allah Maha Besar. Puasa pertama tahun ini terjadi di hari senin yang itu berarti hari senin pertama juga di bulan Juni 2016.


Hari senin pagi dan hari pertama puasa, jalanan terlihat berbeda. Khususnya jalanan di daerah Tangerang menuju Jakarta. Jalanan yang biasanya begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor, bus, dan semacamnya, tapi kali ini jalanan terlihat begitu lengang.

Saya yang biasanya terburu-buru menuju kantor karena khawatir telat, namun hal itu tidak terjadi hari ini. Saya begitu santai mengendarai sepeda motor saya. Menyenangkan sekali. Jarang terdengan ‘tat tot tat tot’ bunyi klakson motor dan mobil. Udara pun juga tidak terlalu berpolusi pada saat saya berangkat. Tapi saya tidak tahu apakah orang-orang yang berangkat setelah saya merasakan hal yang sama juga dengan yang saya rasakan, hehe.

Tapi apakah ini merupakan fenomena yang selalu terjadi pada awal-awal puasa? Terutama pada hari pertama puasa?

Cukup unik memang untuk dikulik. Apakah tubuh yang biasanya tidak terbiasa untuk melakukan puasa kemudian mendadak harus berpuasa menjadi lemah dan tidak bergairah untuk beraktivitas? Semoga saja tidak. Karena sejatinya, menjalani aktivitas dengan berpuasa sangatlah menyenangkan. Bagaimana tidak, pekerjaan yang kita lakukan akan bernilai ibadah yang pahalanya akan dilipatgandakan.


Dan sudah seharusnya juga kita menyambut hari pertama puasa dengan penuh semangat. Senyuman yang merekah bak bunga yang sedang mekar. Karena untuk itulah kita diciptakan. Menyambut segala sesuatu yang baik dengan hal-hal yang baik pula.

Semoga puasa hari pertama ini, walaupun jalanan ibukota terlihat lebih lengang, namun semangat tidak kendur dalam melakukan aktivitas. Yang bekerja tetap semangat sehingga keberkahan mengiringi aktivitas kita. Yang berbisnis pun seperti itu agar bisnisnya menjadi bisnis yang bak dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Yang belum mendapat pekerjaan, semoga di bulan yang suci ini ibadah dapat meningkat sehingga Allah menemukan pekerjaan yang terbaik untuk kita.


Allah Maha Besar. Tidak ada kekuatan yang mampu menandingi kekuatan-Nya J

Balada Cerita Ramadhan #1



Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Kalau bisa dibilang dan mungkin kita semua sepakat bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan yang disediakan oleh Allah untuk kita makhluk-Nya untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya.

Kehadiran Bulan Ramadhan di tengah bulan-bulan hijriah yang lain benar-benar membuat kita semua merasa bersyukur. Bagaimana tidak, amalan-amalan yang biasanya bernilai biasa saja namun di bulan ini Allah melipatgandakan dengan sangat besarnya. Namun hanya Allah yang mengetahui untuk hal tersebut.

Dan mungkin kita semua tahu bahwa di bulan ini Allah mewajibkan kita untuk berpuasa selama satu bulan penuh dengan maksud dan tujuan yang baik. Kita yang biasanya makan 3 kali sehari, pada bulan ini bisa jadi hanya makan dua kali sehari yakni pada saat sahur dan saat berbuka puasa. Begitu juga dengan takaran makannya, yang biasanya banyak menjadi lebih sedikit dibanding biasanya.

Sadar atau tidak, hati ini merasa sangat gembira ketika akan menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Kenapa saya bisa berkata seperti itu? Setidaknya itulah yang saya rasakan. Saya begitu bergembira dan bergairah ketika menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Tamu untuk manusia yang ingin berlomba-lomba meraih pahala sebanyak-banyaknya.

Banyak sekali keunikan yang terjadi pada bulan ini. Hal-hal yang biasanya tidak dilakukan di bulan lain, namun ketika hadirnya Bulan Ramadhan ini hal-hal yang dianggap tidak biasa dilakukan menjadi biasa untuk dilakukan. Sebut saja banyak orang berlomba-lomba untuk menjual makanan dan minuman ketika menjelang waktu berbuka puasa.


Pada awal-awal datangnya bulan suci ini, suasana masjid terasa berbeda dibanding biasanya. Suasana yang insya Allah sudah ramai oleh jamaah yang akan melaksanakan solat, pada bulan ini menjadi lebih ramai dibanding biasanya. Bahkan terkadang sampai masjid sendiri tidak sanggup untuk menampung jamaah karena begitu banyaknya orang-orang yang ingin solat di masjid.


Suara anak-anak yang biasanya jarang terdengar, mendadak menjadi sering terdengar juga. Dan tidak jarang malah pada saat menjalankan Solat Isya yang dilanjutkan dengan tarawih berjamaah, seringkali waktu adzan masih lama berkumandang tapi suasana masjid sudah penuh sesak.

Terlihat tidak nyaman memang, namun hal tersebut entah mengapa sangat menyenangkan bagi kita yang dapat merasakannya. Yang hatinya masih dibukakan oleh Allah untuk menerima kebahagiaan ketika kondisi masjid ramai oleh orang yang berbondong-bondong melakukan ibadah solat berjamaah.

Kita yang seringkali merasa rindu akan tausyiah yang membuat hati menjadi sejuk pun kembali hadir setiap hari jika kita melakukan solat berjamaah di masjid.


Allah benar-benar Maha Besar. Semoga kita semua tetap istiqomah untuk melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat di Bulan Suci Ramadhan. Agar bulan ini tidak berlalu begitu saja tanpa kita berbuat apapun yang membuat kita nantinya akan menyesal. Karena memang sudah seharusnya kita gembira sehingga ketika menjalani aktivitas di bulan ini benar-benar akan menjadi hal yang berpahala.

Kamis, 02 Juni 2016

Janji PNS


“Demi Allah saya bersumpah”

Entah mengapa ketika harus mengucapkan kalimat tersebut rasanya sungguh merinding badan ini. Antara takut dan senang terasa campur aduk. Takut karena jika tidak melaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, terlebih sesuai ajaran agama yang saya anut maka akan dituntut nantinya di akhirat. Senang karena akhirnya masa penantian selama beberapa waktu tiba juga.

Ya, alhamdulillah secara resmi saya bersama beberapa teman-teman yang sudah berjuang selama kurang lebih satu tahun akhirnya resmi diangkat dan disumpah menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bagi sebagian orang, menjadi PNS merupakan keinginannya yang sudah lama dicita-citakannya, namun bagi sebagian lagi mungkin merasa bahwa menjadi seorang PNS adalah keinginan dari oranglain yang harus dipenuhinya.

Perjuangan yang melelahkan selama setahun terakhir menjadi bukti bahwa teman-teman saya sungguh luar biasa. Dapat bertahan di tengah kehidupan yang mungkin belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Terlebih lagi ketika kami harus melakukan pendidikan dan pelatihan bersama TNI yang ketika masuk gerbangnya saja sudah terpampang jelas tulisan, “Sudah siapkah mental dan fisikmu?” .

Semua itu hanya tinggal kenangan semata. Sekarang, yang ada di depan kami semua adalah janji yang sudah diucapkan untuk sepenuhnya dapat melayani dengan penuh ikhlas bagi masyarakat. PNS juga manusia biasa, yang pasti suka melakukan kesalahan. Jadi, ketika saya dan teman-teman melakukan kesalahan beritahukan saja.


Sahabat, doakan saya secara pribadi untuk bisa mencintai apa yang saya lakukan saat ini agar benar-benar menjadi keberkahan bagi saya dan nantinya dapat bermanfaat bagi orang banyak . . .