Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Selasa, 27 September 2016

Ucapan Itu Doa (2)



“Enak ya bro kayaknya tidur di rumah sakit”

“Elu, masuk rumah sakit mulu. Gw selama kuliah di Jogja sini, belom penah masuk rumah sakit”

Dua kalimat di atas adalah ucapan yang saya lontarkan ketika saya menjenguk teman saya di rumah sakit. Yang atas ketika saya menjenguk di salah satu rumah sakit di daerah Bintaro, dan yang bawah saya ucapkan ketika menjenguk teman saya di Jogja ketika saya kuliah.

Dan tahukah sahabat apa yang saya terima setelah saya mengucapkan dua kalimat di atas itu? Hehe, tidak lama setelah itu, saya benar-benar masuk rumah sakit. Yang pertama adalah ketika SMA, saya kecelakaan motor sehingga membuat paha kiri saya patah sehingga harus dioperasi. Dan yang kedua adalah ketika kuliah, saya menderita demam berdarah dan harus dirawat, tidak tanggung-tanggung, 8 hari saya baru bisa keluar rumah sakit.

Kemudian saya mengingat beberapa kejadian yang terjadi dalam hidup saya ini. Hampir semuanya adalah karena ucapan yang saya lontarkan. Baik yang saya lontarkan kepada teman saya, ataupun hanya saya lontarkan pada diri sendiri.

Saya lalu ingat pesan dari guru saya bahwa jika memiliki keinginan, lebih baik diucapkan atau ditulis. Agar itu menjadi sugesti bagi diri kita sendiri. Kita disuruh percaya, bahwa sesuatu yang kita ucapkan sesungguhnya akan menjadi doa yang jika Malaikat mendengar, akan diaminkan olehnya kemudian Allah akan mengabulkannya.

Mulutmu, harimaumu. Pepatah itu bisa juga kita terapkan pada hal ini. Jika kita mengucapkan sesuatu yang baik, maka bersyukurlah dan bersiaplah untuk menerima yang baik. Sebaliknya, jika kita mengucapkan sesuatu yang buruk, maka bersiaplah untuk menerima sesuatu yang buruk itu.

Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam mengatakan suatu keinginan. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Jangan sampai sesuatu yang tidak baik menimpa diri kita. Biarkan sesuatu yang baiklah yang menghampiri kita.
Allah Maha Mencintai
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Sabtu, 24 September 2016

Ucapan Itu Doa



Belum lama ini, saya diberi kesempatan untuk bisa memandu sebuah acara di kampus istri saya tercinta di Semarang. Acara Grand Mentoring Fakultas Kesehatan Udinus 2016. Tentu saja dalam acara itu, saya ditemani oleh istri tercinta.

Sebelum acara itu dimulai, ada hal menarik yang menjadi pembelajaran bagi saya, terutama pada dini hari setelah kami berdua tiba di Stasiun Semarang Tawang pada jam setengah 3 pagi. Entah angin apa atau siapa yang membisiki telinga saya, saya mengajak istri saya untuk menuju tempat kami istirahat dengan becak.

Pada saat itu saya merasa jika menggunakan becak, akan sangat menyenangkan. Udara masih sejuk, jalanan sepi. Tentu hal itu jarang saya rasakan ketika saya berada di tempat tinggal saya, di Tangerang. Jalanan macet, polusi luar biasa. Aaah senangnyaa.

Tanpa harus tawar menawar harga dengan bapak yang membawa kami, langsung kami setuju untuk selanjutnya menuju tempat istirahat dengan becak. Setengah jam perjalanan kami sangat senang. Karena jalanan benar-benar sepi dan sejuk sekali udara dihirup. Bahkan istri saya sampai mengabadikan momen dimana kami berada di becak dengan setumpuk tas yang kami bawa untuk selanjutnya diposting di media sosial milik istri saya.

Tapi Allah berkata lain. Pada saat kami sudah hampir tiba di tempat kami akan istirahat, tiba-tiba saja HP yang saat itu ada di genggaman istri saya sudah berpindah tangan ke orang lain, alias diambil oleh orang lain (maling) yang saat itu mengendarai sepeda motor dengan knalpot berisik. Saya shock luar biasa, tapi lebih shock lagi istri saya yang benar-benar dalam hitungan detik HPnya sudah tidak ada di genggamannya. Dengan kecepatan tinggi, sang maling meninggalkan kami jauh di belakang dengan becak yang kami tumpangi.

Sang bapak yang membawa kami merasa emosi dengan si maling, tapi apa daya kami tidak sanggup untuk mengejarnya. Selama perjalanan, saya hanya diam, istri saya lebih diam. Selepas subuh, saya istirahat sebentar, istri saya sama sekali tidak bisa tidur, hihi. Mungkin karena merasa bersalah kali 
ya.

Kemudian saya berpikir kembali apa yang sudah saya lakukan sehingga kami ditimpa kenikmatan tersebut. Istri saya mengingatkan pada saya bahwa saya pernah mengucapkan kata-kata yang mungkin itu berperan dalam hilangnya HP istri saya itu.

“Ih Nay, hapenya lemot. Ga kayak hape bay. Ganti giiih, hahaha”.

Ternyata Allah menjawab doa saya. HP istri hilang dalam sekejap mata malah. Pembelajaran yang luar biasa yang Allah berikan kepada saya dan juga istri saya. Bahwa ucapan mengandung doa. Ucapan juga mengandung harapan.

Jika ucapan yang kita keluarkan baik, insya Allah hasilnya baik. Jika ucapan yang kita keluarkan buruk, hasilnya pun akan buruk. Aaah. Senangnya diri ini diingatkan akan hal itu. Langsung oleh Allah diberikan dalam jangka waktu yang tidak lama. Semoga saja diri ini, dan diri sahabat semua selalu bisa mengucapkan kalimat-kalimat baik sehingga bernilai ibadah. Aamiin.

Nb: Alhamdulillah kami diberi rezeki sehingga istri saya dapat HP yang insya Allah lebih baik bagi dirinya

Senin, 05 September 2016

Belum Bekerja? Tidak Masalah

Banyak yang mengatakan padaku mengenai pekerjaanku saat ini yang dirasa oleh mereka sangat menyenangkan. Selain karena sudah diangkat sebagai pegawai tetap, selain itu juga banyak yang menganggap hidupku ke depan akan tenang-tenang saja. Terlebih ketika dibahas masalah gaji, ada saja yang merasa tidak adil. Hohoho

Memangnya pekerjaanku saat ini apa sih sampai-sampai orang bisa berpandangan seperti itu??
Pekerjaanku saat ini adalah pegawai salah satu kementrian yang cukup strategis di Indonesia, mengurusi masalah energi yang ada di negara ini. Benar sekali. Aku saat ini bekerja sebagai aparatur sipil negara di kementrian ESDM, tepatnya di bidang kelitbangan atau bidang penelitian dan pengembangan sumber daya energi.

Jika dilihat secara kasat mata, memang mungkin akan terlihat menyenangkan. Merasa aman karena hidup terjamin asal tidak neko-neko, pensiun pun akan mendapat uang tiap bulannya. Setidaknya hal itulah yang kulihat dari bapakku yang saat ini merasakan manfaatnya. Bekerja sejak tahun 1980-an dan pensiun di tahun 2015, saat ini beliau dapat menikmati masa tuanya dengan menerima hasil dari segala yang pernah dilakukannya dahulu.

Sungguh merasa beryukurnya diri ini ketika ternyata di saat banyak orang di luar sana yang belum memiliki pekerjaan, tapi aku bisa diterima bekerja di salah satu kementrian. Kemudian banyak juga yang bertanya padaku perihal bagaimana aku bisa diterima disana. Hohoho lagi.

Percaya atau tidak, semua yang kudapatkan ini akupun tidak pernah menyangkanya.

Bayangkan, aku yang ketika pendaftaran administrasi baru mengirimkan berkas H-1 pendaftaran ditutup. Aku yang ketika akan ujian CAT (via komputer) di daerah Bintaro hampir memutuskan tidak datang karena sempat malas. Aku yang ketika proses interview sudah pasrah saja walaupun datang dari jam 6 pagi padahal interview baru dimulai pada jam 9 pagi atau 3 jam setelah aku sampai. Bahkan aku yang ketika mempersiapkan diri untuk ujian saja hampir tidak menyentuh buku pelajaran, karena pada saat belajar setengah jam dan stres melanda, langsung kututup tanpa pernah kubuka kembali.

Mungkin sahabat tidak percaya. Begitupun yang teman-temanku rasakan ketika kuceritakan mengenai hal ini. Mereka tidak percaya dengan semua yang kulakukan saat itu. Tapi itulah faktanya. Aku terlihat tidak berusaha keras. Memang. Tapi aku pada saat itu percaya bahwa aku mampu menyenangkan hati orangtuaku untuk  dapat bekerja di satu perusahaan.

Yang bisa kubagikan disini adalah satu hal yang paling penting yang kuanggap memiliki peran luar biasa atas keberhasilanku bisa diterima bekerja. Apa itu? Apakah belajar keras? Ataukan buat contekan super agar saat ujian bisa mengerjakan? Ataukah apa? Yang kulakukan hanya satu dan menurutku ini penting.

Mendekat Pada Dzat Yang Maha Memiliki Kekuasaan

Hanya itu? Yak, hanya itu saja. Loh kok bisa? Ya bisa. Gimana bisa begitu doang bisa diterima? Iyaaa

Sahabat masih tidak percaya? Silakan dicoba saja. Tinggalkan semua perkara duniawi, kembali mengingat hakikat kita hidup di dunia ini aja adalah untuk beribadah, kembali kepada Allah. Insya Allah, semua urusan akan dimudahkan deh jadinya . . .

Keep smile

Kamis, 01 September 2016

Melawan Keterbatasan



Puji syukur saya panjatkan kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, Dzat Yang Maha Segala. Berkat kekuatan dan izin-Nya lah saya, bahkan kita semua bisa menjalani kehidupan di dunia ini.
Setelah hampir sebulan saya tidak menulis, hari ini saya mulai kembali mengumpulkan semangat untuk bisa menulis kembali. Semoga apa yang saya tulis ini dapat bermanfaat, bagi saya sendiri maupun bagi pembaca sekalian.
  
Mengawali Bulan September di tahun 2016, saya bersama istri berkesempatan untuk menghadiri Gala Premier salah satu film dokumenter yang dibuat oleh seseorang bersama timnya yang kami anggap sebagai guru kami, walaupun saya secara pribadi belum pernah berinteraksi secara langsung dengannya, Kang Rendy Saputra.

Pengalaman luar biasa dapat belajar banyak darinya mengenai arti kehidupan. Mengenai pentingnya menjalani kehidupan dengan segala keterbatasan yang ada. Mengapa saya dapat mengatakan demikian? Mungkin sudah banyak yang mengetahui profil tentang dirinya. Kesibukan apa yang sekarang dijalani olehnya. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kang Rendy yang menjalani pendidikan di salah satu perguruan ternama di Bandung, ITB, di jurusan yang merupakan salah satu favorit disana, Teknik Perminyakan. Tapi kalau kita semua mengetahui, saat ini kesibukannya jauh dari kata tentang dunia migas. Saat ini, kesibukannya adalah sebagai trainer dan menjadi CEO dari salah satu brand busana muslim di Indonesia.

Terdengar aneh bukan? Bagi saya secara pribadi, saya merasa sangat kaget ketika mendengar hal itu. Kok bisa, mengenyam pendidikan di teknik perminyakan, tapi sekarang sibuk di dunia public speaking dan busana.

Yak, beliau tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya. Beliau memutuskan keluar dari kuliahnya, dan memilih jalurnya sendiri dengan status lulusan SMA.

Di zaman sekarang ini, lulusan SMP, SMA bisa kerja apa? Bukankah kebanyakan dari perusahaan memakai jasa orang-orang yang lulus dari perguruan tinggi? Hoho. Bisa jadi itu ketakutan dari kebanyakan orang sekarang ini. Tapi tidak untuk dirinya. Percaya atau tidak, seorang lulusan SMA dibayar cukup tinggi untuk memimpin perusahaan fashion, dibayar cukup tinggi untuk berbicara di depan orang banyak.

Beliau juga belajar banyak dari owner tempat dia bekerja, Bunda Tika. Berawal dari hanya menjual dua kodi baju, hingga saat ini bisa menjual kurang lebih 300.000 busana muslim. Bagi sebagian orang yang baru mengenal beliau mungkin akan berkata, “Enak, Kang Rendy link-nya banyak. Enak kang Rendy xxx. Enak Kang Rendy yyy” . Iya, itu setelah sekarang kita melihat dirinya. Tapi dulu? Hampir semua pengusaha sukses pasti berawal dari jatuh bangun, sama seperti dirinya.

Saya belajar banyak darinya.

Bahwa kelemahan kita termasuk saya prbadi adalah tidak mampu melawan keterbatasan yang ada. Kita seringkali ketika dihadapkan pada suatu masalah lebih sering mengeluh dibanding bergerak. Kita seringkali hanya diam, atau bahkan lari dari masalah yang ada.

Dikasih uang lima ratus ribu rupiah, bingung mau bisnis apa, akhirnya mikir ga jalan-jalan. Merasa bahwa bisnis harus modal besar. Dikasih kesempatan untuk bisa sharing di depan banyak orang, pusing karena ga pernah ngomong di depan banyak orang, akhirnya memutuskan ga diambil kesempatan itu.

Saya kembali belajar, bahwa sejatinya orang sukses itu adalah orang yang berani melangkah, bukan hanya berdiam diri, merenung, lama mikir yang akhirnya malah ga jalan sama sekali.

Sahabat, saya belajar, sahabat pun belajar. Hingga akhirnya kita benar-benar bisa meraih kesuksesan seperti yang kita impikan bersama. Melawan keterbatasan menjadi salah satu kunci untuk kita meraih kesuksesan tersebut.

Semangat. Bismillah . . .