Sekjend Lingkar Trainer Muda Indonesia

LTMI merupakan sebuah komunitas dibawah naungan CerdasMulia Institute yang bergerak dalam bidang pembangunan diri. Sejak tanggal 1 Maret 2015, LTMI resmi di launching dan Adit mendapat amanah sebagai Sekjend LTMI

Semangat Menebar Inspirasi

Mempunyai bakat dalam bidang MC serta public speaking, membuat Adit menjadikan dunia training sebagai media menyalurkan hobi dan bakatnya disamping pekerjaannya.

Fasilitator Yayasan Aids Indonesia

Adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS yang dipelopori oleh YAIDS di daerah DKI Jakarta.

Fasilitator Training PT.Kubik Kreasi SisiLain

Adalah sebuah lembaga training profesional yang dimotori oleh Jamil Azzaini, yang juga merupakan idola dari Adit

Aparatur Sipil Negara Lemigas

Adit merupakan salah satu Aparatur Sipil Negara sebagai Peneliti Pertama pada Lembaga Minyak dan Gas dibawah naungan Kementrian ESDM

Selasa, 31 Mei 2016

Belajar Dari Guru Luar Biasa

Bulan Mei 2016 akan segera berakhir. Bulan yang khas dengan Hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional ini akan berganti denga bulan yang penuh dengan keberkahan, Bulan Juni yang merupakan bulan dimana umat Islam akan kedatangan tamu istimewa yang secara khusus dipersiapkan Allah untuk manusia meraih pahala dan ibadah serta keberkahan secara maksimal, Bulan Ramadhan.

Sebelum meninggalkan bulan yang penuh dengan kenangan ini, saya berkesempatan untuk menyaksikan sebuah tayangan di televisi yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta nasional tentang 7 guru yang mendedikasikan hidupnya dengan luar biasa walaupun berbagai tantangan dihadapinya.

Ada seorang guru di India yang rela menempuh jarak 12 km dan juga menyebrangi sungai yang mencapai ketinggian hingga pundaknya agar demi dapat mengajar anak-anak murid yang sudah lama dia bagikan ilmunya. Rela membawa pakaian ganti untuk kemudian basah oleh tingginya sungai.

Ada lagi seorang guru di Cina yang rela mengajar walaupun sedang dalam kondisi sakit keras. Guru yang kemudian memanggil mahasiswa/i dari tempatnya mengajar untuk kemudian mengajarkan di rumah sakit untuk terakhir kalinya. Hanya sedikit yang hadir, hanya sekitar 20 orang, namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk mengajar.

Yang terakhir ada seorang guru madrasah di Indonesia yang rela mengajar dengan kondisi tubuh yang tidak lengkap. Tidak memiliki tangan. Maha Besar Allah dengan segala kebesaran-Nya, walaupun tidak memiliki tangan, tapi kemampuan menulis, mengutak-atik laptop dengan menggunakan kakinya.

Seketika air mata ini kemudian menetes membasahi pipi. Saya yang memang mudah untuk menangis terharu ketika melihat dan mengetahui hal-hal seperti ini merasa tertampar. Seperti apa yang saya rasakan belum seberat seperti yang guru-guu tersebut rasakan.

Mereka melakukan hal itu tidak pernah mengeluh sama sekali rasanya karena tertutup dengan semangat dan niatnya yang begitu tulus untuk mencerdaskan kehidupan sesama. Bukan lagi memikirkan dirinya sendiri, tapi banyak orang.

Saya merasa malu sekali. Apalagi ketika saya mendapat masalah sedikit saja seringkali kemudian mengeluh, merasa apa yang saya dapatkan kenapa harus seperti itu. Sedih rasanya. Saya yang memiliki anggota tubuh lengkap, kesehatan ada, tapi merasa sangat lemah. Seringkali hanya memikirkan diri sendiri.

Saya kemudian berpikir, ternyata di zaman sekarang ini yang mungkin banyak orang berpikir untuk mencari makan diri sendiri dan keluarga saja sudah susah, tapi masih ada yang berusaha tidak mempedulikan hal itu karena lebih mempedulikan orang banyak dibanding hanya diri sendiri.

Kalau mereka saja bisa, masa iya saya tidak bisa. Dan kalau mereka saja bisa, masa iya kita semua tidak bisa. Saya merasa mereka seperti ikan-ikan yang berenang di arus air yang deras.

#AyoGerak untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang. Sedikit tapi menghasilkan. Dibanding tidak berbuat sama sekali.


Terimakasih guru. Pendidikan yang engkau ajarkan sungguh bernilai. Semoga saya bisa mencontoh apa yang kalian lakukan. Terimakasih . . .

Sabtu, 21 Mei 2016

Menikahlah


Menikah adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk menggenapkan separuh agama yang tersisa. Pilihan untuk membuat diri ini tidak lagi hanya berpikir tentang aku, aku, dan aku, tapi kemudian menjadi kita. Tentu saja diri sendiri dan pasangan yang kita pilih.

Banyak yang merasa bahwa dengan menikah hidup ini menjadi seperti dijaga dan terkekang. Karena akan menjadi sulit untuk main, sulit untuk jajan lagi atau belum siap padahal sudah mampu secara finansial, sehingga hal itu dijadikan alasan untuk kemudian tidak melakukan pernikahan.

Tapi banyak juga yang mengatakan bahwa dengan menikah hidup ini menjadi lebih menyenangkan. Bisa jalan berdua, naik motor atau mobil atau angkutan umum tidak lagi sendiri, masak ada yang bantuin, wah luar biasa lah pokoknya.

Nah, kalau saya pribadi alhamdulillah menganut sistem yang kedua. Yang akhirnya membuat saya menikah di kondisi yang belum bisa dibilang mapan sekali, namun saya merasa cukup. Rasanya bagaimana? Menyenangkan sekali.

Dulu saya berpikir seperti kebanyakan orang yang dengan menikah bisa ini lah, sulit itulah. Tapi kemudian mindset saya berubah menjadi positif. Karena saya merasa ketakutan hanyalah sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan hanya kita buat-buat.

Belum mencoba? Karena belum bertemu jodoh atau karena terkekang dengan pikiran-pikiran yang salah? Hehe

Bagi yang belum bertemu jodohnya, semoga cepat bertemu jodohnya dan tidaklah perlu berlama-lama, janji Allah bagi yang memutuskan menikah dan berumahtangga sungguh jelas sekali.

Jika bisa memilih jalur baik, benar, dan nikmat, kenapa harus memilih yang tidak baik, tidak benar, dan nikmat hanya sesaat?

Minggu, 15 Mei 2016

Menjadi Luar Biasa

Untuk menjadi seorang yang luar biasa, dibutuhkan pengorbanan yang luar biasa juga. Seorang luar biasa tidak akan pernah dilahirkan dari usaha yang biasa-biasa saja. Setidaknya hal itulah yang saya dapatkan dari beberapa orang yang saya kenal dan saya ketahui.

Sebut saja Bill Gates yang tidak akan bisa menjadi orang terkaya di dunia jika saja hanya berlatih selama 2 atau 3 jam setiap harinya. Atau mungkin Ustadz Yusuf Mansur yang tidak akan bisa dikenal oleh orang banyak dengan berbagai lini usaha yang dijalaninya jika saja ketika beliau berada di dalam jeruji besi hanya melamun dan tidak berusaha untuk berubah seperti yang diceritakan dalam berbagai bukunya.

Terdapat kesamaan dari dua orang yang saya ceritakan di atas ini. Sebelum mereka berhasil menjadi orang luar biasa seperti sekarang tentu saja ada sesuatu yang harus mereka lakukan. Apa itu? Yang harus mereka lakukan adalah menemukan potensi emas yang ada dalam dirinya.


Ya, saya percaya bahwa mereka berdua sudah pasti terlebih dahulu mencaritahu terlebih dahulu potensi apa yang mereka miliki. Bahkan bisa jadi hampir semua orang hebat di dunia ini pasti menemukan terlebih dahulu potensi apa yang dimilikinya.
Untuk dapat mengetahui potensi diri, dibutuhkan usaha yang tidak biasa juga. Biasanya mereka-mereka akan melakukan banyak hal sampai mereka akhirnya benar-benar menemukan dan berkata, “oke, ini potensi gua”.

Tapi apakah setelah mengetahui potensi diri lantas diapakan agar kita menjadi orang luar biasa? Dari ilmu yang saya dapatkan dari berbagai guru kehidupan, seseorang tidak akan bisa menjadi luar biasa jika tidak diasah sehingga menjadi berlian yang siap berjuang dan berhasil.


Alasan tidak akan menjadi penting bagi mereka yang sudah mengetahui potensi dirinya dan ingin menjadi orang yang hebat untuk kemudian mengasahnya sehingga siap menjadi berlian yang dapat menerangi banyak orang.

Yuk kita semua berusaha menemukan potensi yang ada dalam diri kita yang sesungguhnya sudah Allah berikan pada kita untuk kemudian kita sama-sama berjuang untuk mengasahnya. Karena sebai-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesama manusia lainnya.

Senin, 09 Mei 2016

Sudahkah Kita Berbeda?

Dalam hidup ini, kita dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan untuk menjadi orang yang biasa saja dan mengikuti arus seperti kebanyakan orang, ataukah pilihan untuk menjadi orang hebat dan berbeda dengan orang lain.

Ketika kita ingin menjadi orang yang mengikuti arus seperti kebanyakan orang itu sangatlah mudah dan menyenangkan. Tapi apakah dengan kita melakukan pilihan pertama tersebut kehidupan kita di depan akan hebat? Mungkin iya bisa menjadi orang yang hebat, namun biasanya tidaklah maksimal.

Lalu ketika kita ingin menjadi seseorang seperti pilihan kedua yaitu menjadi orang hebat dan berbeda dari orang lain apakah jalannya mudah? Tidak juga. Bahkan untuk hal ini bisa dibilang sangat sulit. Tapi itulah tantangan ketika kita ingin menjadi beda dari yang lain.

Setidaknya itulah ilmu yang saya dapatkan dari mentor saya yang berkesempatan untuk mengisi pelatihan di salah satu universitas yang terikat dengan kementrian. Untuk dapat menempuh studi di universitas yang ketika lulus akan terikat kedinasan dengan kementrian dan akan bekerja disana, dapat dipastikan bahwa usaha untuk meraih nilai tinggi pun dibutuhkan.

Tapi yang kasihan adalah jika kita hanya terfokus untuk meraih nilai yang baik namun kegiatan sosial atau organisasi kemahasiswaan menjadi tidak peduli. Padahal ketika masih kuliah, kalau bisa diusahakan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang ilmu softskill.

Ketika pertanyaan dilontarkan, "Apakah semua yang disini benar-benar masuk kampus sini karena keinginan sendiri ataukah keinginan orangtua? Jika keinginan orangtua, apakah teman-teman sudah benar-benar menikmatinya berada disini? Dan apakah nanti semuanya siap untuk terikat kedinasan dengan kementrian xxx setelah lulus yang mana penempatannya tergantung pada nilai IPK?" . Semuanya diam tanpa kata.

Sungguh menyedihkan rasanya melihat fenomena itu. Setidaknya itulah yang pernah saya rasakan. Saya merasakan menjalani kuliah tidak sesuai dengan keinginan saya dan terkesan hanya mengikuti keinginan orangtua. Tapi untuk menanggulangi rasa bosan selama kuliah tersebut saya mencoba untuk melakukan aktivitas di luar, dengan berorganisasi. Karena saya percaya dengan berorganisasi, kemampuan softskill saya akan terasah. Dan itu yang akhirnya saya rasakan saat ini.

Namun mirisnya banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara agar kita menjadi orang yang berbeda di tengah situasi yang mungkin tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita sehingga yang ada malah membuat kita lesu. 3 prinsip untuk menjadi orang yang berbeda dan luar biasa ini akan saya bagikan berdasarkan ilmu yang saya dapat dari mentor saya.

MENCINTAI APA YANG DIKERJAKAN
DO YOU LOVE WHAT ARE YOU DOING?

Coba tanyakan pada diri kita sendiri sahabat, apakah kita sudah mencintai apa yang kita kerjakan. Sayang sekali jika yang kita lakukan selama beberapa tahun tapi ternyata kita tidak menikmati dan mencintainya.

Orang biasa ketika menjalani aktivitas yang tidak disukainya, mereka akan terus menyesalinya apa yang didapatkan, sehingga menjalaninya sungguh merana dan terlunta-lunta. Tetapi mereka tetap berada di jalur itu dan sama sekali tidak berusaha untuk merubahnya.

Orang hebat ketika menjalani aktivitas yang tidak disukainya, mereka akan berusaha untuk mengubah paradigma untuk berusaha mulai mencintai apa yang didapatkan serta mensyukurinya. Karena masih banyak orang di luar sana tidak mendapat apa yang mereka dapatkan.

Sementara itu pilihan ketiga ketika sudah tidak bisa menikmati sama sekali, dan sama sekali tidak dapat mengubah paradigmanya, pilihan quit menjadi pilihan yang tepat. Tapi sesungguhnya hal ini tidak diharapkan sama sekali ketika masih dapat mengubah paradigma dan berusaha mencintainya.

MENETAPKAN GOAL YANG SPESIFIK

Andai sahabat pernah mendengar kisah pesawat yang pada awalnya ingin menuju Los Angeles dari New York City, namun karena kesalahan sistem autopilot yang membuat arah jalur bergeser 1 derajat. Apa yang terjadi sahabat? Pesawat yang awalnya ingin menuju Los Angeles, namun ketika mendarat ternyata jauh berbeda dengan harapan, jarak dari Los Angeles sampai tempat pesawat tersebut mendarat yaitu sejauh 127 mil.

Bayangkan, pesawat yang sudah otomatis saja ketika dia difungsikan dan tidak sengaja tergeser walaupun hanya sejauh 1 derajat, tapi jarak dari tujuan awal sampai lokasi sebenarnya menjadi sangat jauh. Bayangkan  sahabat, bayangkan. Bagaimana jika hidup kita ini tidak menetapkan goals yang spesifik sama sekali, bahkan belum pernah sama sekali menentukan apa goals dari hidup ini. Sejauh apakah kita pada tujuan kita? Mengerikan.

Hidup itu harus diatur. Ibarat kata, hidup ini harus memiliki proposal hidup. Jika tidak? Hidup tidak jelas, bisa jadi urakan dan tidak teratur. Karena air yang mengalir tidak selamanya mengalir dan bermuara ke laut yang indah, air bisa saja mengalir menuju septingtank.


MEMILIKI NILAI TAMBAH YANG JELAS

Hidup di zaman sekarang ini, kita sangat dianjurkan untuk memiliki nilai yang berbeda dengan orang lain. Kalaupun tidak bisa berbeda, minimal kita memiliki nilai tambah yang lebih dengan bidang yang kita jalan.

Berikut 10 kemampuan yang menjadi nilai tambah yang sewajibnya kita miliki dalam menjalani kehidupan ini,
a. Komunikasi
b. Kejujuran / integritas
c. Kemampuan bekerjasama
d. Kemampuan interpersonal
e. Beretika
f. Motivasi inisiatif
g. Kemampuan adaptasi
h. Daya analitik
i. Kemampuan memimpin
j. Kemampuan berorganisasi

Sahabat pembaca yang luar biasa hebat, sudahkah kita menerapkan 3 prinsip di atas sehingga kita dapat menjadi orang yang hebat dan luar biasa sehingga memiliki nilai yang berbeda dibanding orang lain?? Mari kita sama-sama berubah untuk menuju pribadi yang lebih baik lagi :)

Selasa, 03 Mei 2016

Setahun Berlalu Siap Menginspirasi


4 Mei 2016 merupakan satu tahun saya diberi kesempatan oleh Allah tergabung untuk memajukan energi di Indonesia bersama dengan Kementrian ESDM. Ya, tepat satu tahun yang lalu saya bertemu dengan kurang lebih 700an orang untuk sama-sama mengikuti pengarahan dari Pak Menteri mengenai kehidupan di ESDM.

Banyak sekali suka duka selama saya berada di kementrian ini. Tapi saya tidak ingin bercerita mengenai hal itu, karena kehidupan tidak akan berkembang jika kita selamanya mendapatkan asiknya. Ibarat kata roda, kadang di atas, kadang di bawah.

Dulu, orang-orang yang bekerja di kementrian dinamakan sebagai PNS atau Pegawai Negeri Sipil, namun kali ini sudah berbeda sebutan menjadi ASN atau Aparatur Sipil Negara. Menjadi seorang ASN, mungkin banyak sekali omongan-omongan negatif mengenai ASN, ya kerjanya malas lah, ya hobinya buang-buang uang lah.

Sejujurnya saya kaget ketika saya bergabung, ternyata memang ada orang-orang yang seperti itu, tapi hanya segelintir orang. Kebanyakan jauh lebih baik, benar-benar berusaha untuk membantu pemerintah. Terutama di tempat saya bekerja yang memang benar-benar membantu pemerintah untuk meningkatkan laju produksi migas, dan energi alternative lainnya sangat banyak.

Berbagai kendala pastinya didapatkan oleh saya dan juga orang-orang yang bekerja di dalamnya, tapi selalu ada solusi yang dihasilkan dari kendala tersebut.

Dulu saya berpikir orang yang bekerja sebagai karyawan pasti teman-temannya hanya itu-itu saja, bahkan sampai sekarang saya masih berpikir seperti itu. Pemikiran saya tersebut ternyata tidak salah, dan tidak sepenuhnya benar. Banyak juga orang-orang yang temannya tidak hanya berkisar di lingkungan kerjanya itu saja.

Tapi bagi saya pribadi, saya merasa takut dan khawatir jika saya hanya terfokus bekerja di kantor sebagai karyawan, maka dari itu saya berusaha untuk melakukan kegiatan di luar jam kerja yang sekiranya kehadiran saya dapat dirasakan oleh orang lain secara luas.

Menulis menjadi salah satu kegiatan yang saya lakukan di luar jam kerja. Karena dengan menulis, kita dapat dikenal oleh orang lain. Sesuai dengan quote dari guru saya, “jika kamu ingin mengenal dunia maka menulislah, tapi jika kamu ingin dikenal dunia maka menulislah”. Karena saya menyadari keahlian saya bukanlah di menulis ilmiah, maka saat ini saya berusaha untuk membuat tulisan modern/blog, dan saya berharap tulisan yang saya buat dapat menginspirasi.

Sangat disayangkan ketika kita memiliki kemampuan lain di luar bidang pekerjaan kita tapi tidak kita maksimalkan. Maka dari itu saya mengajak sahabat pembaca semua untuk sama-sama kita mencoba mengembangkan potensi yang  kita miliki agar kita bisa makin berkembang, terutama dalam bidang sosial dan bernilai manfaat untuk orang lain.


Siap?? . . .

Jangan Pelit


Sama Allah mah jangan pelit
Buka hape tiap menit aja bisa, masa buka Al-Qur’an berapa jam sekali ga bisa . . .
Buka hape tiap bunyi dering media sosial aja langsung dibaca, masa buka Al-Qur’an ketika dia rindu untuk dibaca aja ga bisa . . .
Bangun tidur aja seringnya liat hape duluan, masa buka Al-Qur’an abis subuhan ga bisa . . .

Sama Allah mah jangan pelit
Ga kasihan emang sama Al-Qur’an itu didiemin aja? Jarang dibaca? Atau mungkin ga dibaca tiap hari? Atau bahkan malah ga pernah baca Al-Qur’an sama sekali? Hiks hiks . . .

Sama Allah mah jangan pelit
Kita tiap hari minta maunya hidup enak, penuh dengan keberkahan, penuh dengan kenikmatan, rezeki lancar, badan sehat, keluarga sehat, umur panjang, tapi sudahkah kita membaca Al-Qur’an itu gaes??

Sekali lagi, SAMA ALLAH MAH JANGAN PELIT . . .

#reminderforme #iloveAllah #ANDYOU?? :)