Belum lama
ini, saya diberi kesempatan untuk bisa memandu sebuah acara di kampus istri
saya tercinta di Semarang. Acara Grand Mentoring Fakultas Kesehatan Udinus 2016.
Tentu saja dalam acara itu, saya ditemani oleh istri tercinta.
Sebelum
acara itu dimulai, ada hal menarik yang menjadi pembelajaran bagi saya,
terutama pada dini hari setelah kami berdua tiba di Stasiun Semarang Tawang
pada jam setengah 3 pagi. Entah angin apa atau siapa yang membisiki telinga
saya, saya mengajak istri saya untuk menuju tempat kami istirahat dengan becak.
Pada saat
itu saya merasa jika menggunakan becak, akan sangat menyenangkan. Udara masih
sejuk, jalanan sepi. Tentu hal itu jarang saya rasakan ketika saya berada di tempat
tinggal saya, di Tangerang. Jalanan macet, polusi luar biasa. Aaah senangnyaa.
Tanpa
harus tawar menawar harga dengan bapak yang membawa kami, langsung kami setuju untuk
selanjutnya menuju tempat istirahat dengan becak. Setengah jam perjalanan kami
sangat senang. Karena jalanan benar-benar sepi dan sejuk sekali udara dihirup.
Bahkan istri saya sampai mengabadikan momen dimana kami berada di becak dengan
setumpuk tas yang kami bawa untuk selanjutnya diposting di media sosial milik
istri saya.
Tapi Allah
berkata lain. Pada saat kami sudah hampir tiba di tempat kami akan istirahat,
tiba-tiba saja HP yang saat itu ada di genggaman istri saya sudah berpindah
tangan ke orang lain, alias diambil oleh orang lain (maling) yang saat itu
mengendarai sepeda motor dengan knalpot berisik. Saya shock luar biasa, tapi
lebih shock lagi istri saya yang benar-benar dalam hitungan detik HPnya sudah
tidak ada di genggamannya. Dengan kecepatan tinggi, sang maling meninggalkan
kami jauh di belakang dengan becak yang kami tumpangi.
Sang bapak
yang membawa kami merasa emosi dengan si maling, tapi apa daya kami tidak
sanggup untuk mengejarnya. Selama perjalanan, saya hanya diam, istri saya lebih
diam. Selepas subuh, saya istirahat sebentar, istri saya sama sekali tidak bisa
tidur, hihi. Mungkin karena merasa bersalah kali
ya.
Kemudian
saya berpikir kembali apa yang sudah saya lakukan sehingga kami ditimpa
kenikmatan tersebut. Istri saya mengingatkan pada saya bahwa saya pernah
mengucapkan kata-kata yang mungkin itu berperan dalam hilangnya HP istri saya
itu.
“Ih Nay, hapenya lemot. Ga kayak hape bay. Ganti giiih, hahaha”.
Ternyata Allah
menjawab doa saya. HP istri hilang dalam sekejap mata malah. Pembelajaran yang
luar biasa yang Allah berikan kepada saya dan juga istri saya. Bahwa ucapan
mengandung doa. Ucapan juga mengandung harapan.
Jika ucapan
yang kita keluarkan baik, insya Allah hasilnya baik. Jika ucapan yang kita
keluarkan buruk, hasilnya pun akan buruk. Aaah. Senangnya diri ini diingatkan
akan hal itu. Langsung oleh Allah diberikan dalam jangka waktu yang tidak lama.
Semoga saja diri ini, dan diri sahabat semua selalu bisa mengucapkan
kalimat-kalimat baik sehingga bernilai ibadah. Aamiin.
Nb: Alhamdulillah
kami diberi rezeki sehingga istri saya dapat HP yang insya Allah lebih baik
bagi dirinya
0 komentar:
Posting Komentar