Sabtu, 24 September 2016

Ucapan Itu Doa



Belum lama ini, saya diberi kesempatan untuk bisa memandu sebuah acara di kampus istri saya tercinta di Semarang. Acara Grand Mentoring Fakultas Kesehatan Udinus 2016. Tentu saja dalam acara itu, saya ditemani oleh istri tercinta.

Sebelum acara itu dimulai, ada hal menarik yang menjadi pembelajaran bagi saya, terutama pada dini hari setelah kami berdua tiba di Stasiun Semarang Tawang pada jam setengah 3 pagi. Entah angin apa atau siapa yang membisiki telinga saya, saya mengajak istri saya untuk menuju tempat kami istirahat dengan becak.

Pada saat itu saya merasa jika menggunakan becak, akan sangat menyenangkan. Udara masih sejuk, jalanan sepi. Tentu hal itu jarang saya rasakan ketika saya berada di tempat tinggal saya, di Tangerang. Jalanan macet, polusi luar biasa. Aaah senangnyaa.

Tanpa harus tawar menawar harga dengan bapak yang membawa kami, langsung kami setuju untuk selanjutnya menuju tempat istirahat dengan becak. Setengah jam perjalanan kami sangat senang. Karena jalanan benar-benar sepi dan sejuk sekali udara dihirup. Bahkan istri saya sampai mengabadikan momen dimana kami berada di becak dengan setumpuk tas yang kami bawa untuk selanjutnya diposting di media sosial milik istri saya.

Tapi Allah berkata lain. Pada saat kami sudah hampir tiba di tempat kami akan istirahat, tiba-tiba saja HP yang saat itu ada di genggaman istri saya sudah berpindah tangan ke orang lain, alias diambil oleh orang lain (maling) yang saat itu mengendarai sepeda motor dengan knalpot berisik. Saya shock luar biasa, tapi lebih shock lagi istri saya yang benar-benar dalam hitungan detik HPnya sudah tidak ada di genggamannya. Dengan kecepatan tinggi, sang maling meninggalkan kami jauh di belakang dengan becak yang kami tumpangi.

Sang bapak yang membawa kami merasa emosi dengan si maling, tapi apa daya kami tidak sanggup untuk mengejarnya. Selama perjalanan, saya hanya diam, istri saya lebih diam. Selepas subuh, saya istirahat sebentar, istri saya sama sekali tidak bisa tidur, hihi. Mungkin karena merasa bersalah kali 
ya.

Kemudian saya berpikir kembali apa yang sudah saya lakukan sehingga kami ditimpa kenikmatan tersebut. Istri saya mengingatkan pada saya bahwa saya pernah mengucapkan kata-kata yang mungkin itu berperan dalam hilangnya HP istri saya itu.

“Ih Nay, hapenya lemot. Ga kayak hape bay. Ganti giiih, hahaha”.

Ternyata Allah menjawab doa saya. HP istri hilang dalam sekejap mata malah. Pembelajaran yang luar biasa yang Allah berikan kepada saya dan juga istri saya. Bahwa ucapan mengandung doa. Ucapan juga mengandung harapan.

Jika ucapan yang kita keluarkan baik, insya Allah hasilnya baik. Jika ucapan yang kita keluarkan buruk, hasilnya pun akan buruk. Aaah. Senangnya diri ini diingatkan akan hal itu. Langsung oleh Allah diberikan dalam jangka waktu yang tidak lama. Semoga saja diri ini, dan diri sahabat semua selalu bisa mengucapkan kalimat-kalimat baik sehingga bernilai ibadah. Aamiin.

Nb: Alhamdulillah kami diberi rezeki sehingga istri saya dapat HP yang insya Allah lebih baik bagi dirinya

0 komentar:

Posting Komentar