Minggu, 09 November 2014

Dosa dianggap biasa




Assalamu'alaikum wr.wb

Apa kabar semua pembaca tulisan saya ini? Insya Allah dalam keadaan sehat wal'afiat dan juga selalu dalam perlindungan Allah SWT yaa, aamin. Saya mohon doa dari pembaca ya supaya saya juga selalu dalam perlindungan Allah dan bisa tetap produktif untuk menulis. Karena jujur, menulis itu sulit ya kalau bukan karena hobi. Dan hobi saya bukanlah menulis, tapi insya Allah saya istiqomahkan diri ini untuk menulis dan mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk kita semua :) . . .

Bismillah . . .

Sewaktu solat Jum'at di Bulan November 2014, saya mendapat ilmu yang sangat bermanfaat untuk saya pribadi, dan saya akan berbagi ilmu yang saya dapatkan tersebut melalui tulisan ini. Sebelumnya, saya sangat bersyukur karena pada solat Jum'at tersebut saya tidak merasa ngantuk. Karena biasanya ketika solat Jum'at itu pasti hampir semuanya menjadi "generasi merunduk", yang artinya hampir semuanya ketika ceramah sedang disampaikan khotib pasti rata-rata tertidur, ngantuk, lucu lah kalau melihat kondisi seperti itu.

Kembali ke topik ceramah. Khotib menyampaikan ceramah seputar kejadian penting di Bulan Muharram. Salah satunya adalah ketika Nabi Adam (manusia pertama di semesta dalam ajaran Islam) dan Siti Hawa dikeluarkan oleh Allah dari surga dan diturunkan menuju dunia. Mungkin bagi yang beragama Islam mengetahui alasan kenapa Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluakan dari surga. Ya, karena melanggar satu perintah Allah.

Sesungguhnya manusia pertama yang Allah ciptakan ini sudah sangat dimanja oleh Allah di dalam surga. Bagaimana tidak, apapun boleh dimakan, boleh diminum, asal tidak mendekati satu pohon yang terdapat buah "Khuldi". Hanya itu saja!! Tapi iblis yang memang sudah bersumpah dan berjanji akan menjauhkan manusia dari Allah untuk menemaninya di neraka kelak dan Allah menyetujuinya, memiliki ide licik untuk mengajak manusia pertama ini mengikuti ajakannya. Dan tercatat, inilah dendam pertama yang iblim lakukan untuk membujuk manusia tidak patuh akan ajaran-Nya.

Setelah berusaha tidak tergoda, akhirnya Nabi Adam dan Siti Hawa ternyata tergoda juga. Mendekat, kemudian memakan buah yang dilarang oleh Allah itupun akhirnya dilakukannya. Akibat perbuatan itu, Allah murka "mungkin" untuk kedua kalinya setelah sebelumnya iblis tidak mau menyembah kepada Nabi Adam karena merasa api lebih baik daripada tanah.

Allah akhirnya menurunkan Nabi Adam dan Siti Hawa ke dunia dan menanggalkan pakaian surga yang dahulu dikenakannya untuk menjalani hukuman. Selama beratus-ratus tahun, mereka dipisahkan oleh jarak. Yang satu berada di bagian utara, dan yang satunya lagi berada di bagian selatan. Dalam kisah ini, mereka sama-sama merasakan kesengsaraan akibat perbuatannya yang mungkin sepele untuk kita, hanya karena memakan buah "khuldi".

Lalu apakah Nabi Adam merasa biasa-biasa saja di atas kesengsaraan yang didapatnya? Dan apakah Nabi Adam memohon ampunan kepada Allah? Ternyata dalam salah satu hadits yang sang khotib beritahu bahwa ketika Nabi Adam dihukum oleh Allah ini, ternyata manusia pertama ini menangis dan memohon taubat kepada Allah selama 40 tahun. Yaa, 40 tahun. Bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia pertama ini menangis dan memohon ampunan Allah sampai 200 tahun lamanya. WAW sekali, 40 tahun, bahkan ada yang mengatakan 200 tahun.

Setelah khotib mengatakan hal itu, saya merasa terkejut dan merasa sangat sombong, bodoh, sekaligus merasa seperti manusia yang tidak pantas untuk hidup lagi. Kenapa? Mari kita berpikir bersama. Sangat berbeda sekali apa yang dilakukan Nabi Adam dengan manusia zaman sekarang, khususnya yang beragama Islam. Sebagai contoh misalnya ketika kita ditanya apakah kita selalu melaksanakan solat tepat pada waktunya? Jangankan solat tepat waktu, bahkan mungkin ketika diberikan pertanyaan lebih dalam, apakah kita solat? Dari dua hal itu saja, saya ingin melanjutkan pertanyaan, apakah ketika kita telat melaksanakan solat atau bahkan tidak solat, kita merasa berdosa? Coba dipikir dan dijawab sendiri yaa.

Mungkin saya bisa bilang kalau banyak dari kita yang melakukan hal di atas merasa biasa saja, bahkan tidak merasa berdosa sama sekali. Bahaya sekali bukan? Padahal kalau dipikir-pikir, Nabi Adam hanya karena satu kesalahan saja menangisi dosanya selama bertahun-tahun sebelum akhirnya Allah benar-benar mengampuninya, sementara kita manusia mungkin menganggap itu hal yang sepele. Padahal saya pernah mendengar bahwa sifat dan perilaku manusia (yang beragama Islam) itu bisa dilihat dari bagaimana dia melaksanakan solat.

Kemudian di lain ceramah disebutkan bahwa ketika Sunan Maulana Malik Ibrahim mencabut rumput secara tidak sengaja, langsung memohon ampun dan menangis kepada Allah karena sudah membunuh makhluk Allah (RUMPUT). Saya kembali berpikir, kelakuan manusia zaman sekarang yang katanya merupakan makhluk hidup ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan yang lain tega membunuh sesama manusia. Membunuh! Bahkan tidak sedikit yang setelah membunuh, tidak merasa berdosa sama sekali dan merasa sangat santai kemudian tidak peduli akan hal yang telah dilakukannya.

Dari dua cerita di atas ini, bisa kita lihat bagaimana perbedaan sifat merasa bersalah yang dimiliki oleh Nabi Adam beserta turunannya yang dipilih oleh Allah SWT, dengan kita manusia biasa. Dan dari cerita ini saya berkesimpulan kenapa kita sebagai manusia merasa tidak berdosa dan bahkan merasa sangat biasa akan hal yang dilakukannya padahal itu merupakan suatu perbuatan dosa, yaitu karena hati kita yang sudah penuh dengan karat-karat dunia. Yang saya maksudkan disini manusia ini sudah sangat terlena akan kehidupan dunia. Entah untuk mencari uang, entah untuk urusan pria ataupun wanita, entah untuk yang lain, namun yang pasti banyak manusia yang sudah lupa bahwa kehidupan kita di dunia ini adalah untuk menabung bekal kehidupan akhirat dengan beribadah kepada Allah.

Kalau hati ini sudah berkarat, akan sulit sekali rasanya untuk membuatnya menjadi kinclong lagi. Tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, kun fayakun. Ada pepatah juga yang mengatakan, better late than never. Selagi Allah masih memberikan kita kesempatan untuk menangisi dosa yang kitea perbuat, selagi Allah masih memberi kita kesempatan untuk hijrah ke kehidupan lebih baik, lakukan. Jangan ditunda.

Sebagai penutup, penulis menyampaikan bahwa apa yang saya tuliskan disini bukan untuk menggurui, tapi hanya bermaksud membuat tulisan yang bisa bermanfaat untuk sesama manusia. Karena penulis merupakan makhluk sosial yang bertugas saling membantu, saling menasihati ke arah kebaikan. Jika ada kata-kata yang salah dan membuat semua menjadi tersinggung, penulis minta maaf. Penulis hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan, hehe.

Wassalamu'alaikum wr.wb

0 komentar:

Posting Komentar