Menikah
adalah sebuah pilihan. Pilihan untuk menggenapkan separuh agama yang tersisa.
Pilihan untuk membuat diri ini tidak lagi hanya berpikir tentang aku, aku, dan
aku, tapi kemudian menjadi kita. Tentu saja diri sendiri dan pasangan yang kita
pilih.
Banyak yang
merasa bahwa dengan menikah hidup ini menjadi seperti dijaga dan terkekang. Karena
akan menjadi sulit untuk main, sulit untuk jajan lagi atau belum siap padahal
sudah mampu secara finansial, sehingga hal itu dijadikan alasan untuk kemudian
tidak melakukan pernikahan.
Tapi banyak
juga yang mengatakan bahwa dengan menikah hidup ini menjadi lebih menyenangkan. Bisa jalan berdua, naik motor atau mobil atau angkutan umum tidak lagi sendiri,
masak ada yang bantuin, wah luar biasa lah pokoknya.
Nah, kalau
saya pribadi alhamdulillah menganut sistem yang kedua. Yang akhirnya membuat
saya menikah di kondisi yang belum bisa dibilang mapan sekali, namun saya
merasa cukup. Rasanya bagaimana? Menyenangkan sekali.
Dulu saya
berpikir seperti kebanyakan orang yang dengan menikah bisa ini lah, sulit
itulah. Tapi kemudian mindset saya
berubah menjadi positif. Karena saya merasa ketakutan hanyalah sesuatu yang
sebenarnya tidak ada dan hanya kita buat-buat.
Belum mencoba?
Karena belum bertemu jodoh atau karena terkekang dengan pikiran-pikiran yang
salah? Hehe
Bagi yang
belum bertemu jodohnya, semoga cepat bertemu jodohnya dan tidaklah perlu
berlama-lama, janji Allah bagi yang memutuskan menikah dan berumahtangga
sungguh jelas sekali.
Jika bisa
memilih jalur baik, benar, dan nikmat, kenapa harus memilih yang tidak baik,
tidak benar, dan nikmat hanya sesaat?
0 komentar:
Posting Komentar