Selasa, 31 Mei 2016

Belajar Dari Guru Luar Biasa

Bulan Mei 2016 akan segera berakhir. Bulan yang khas dengan Hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional ini akan berganti denga bulan yang penuh dengan keberkahan, Bulan Juni yang merupakan bulan dimana umat Islam akan kedatangan tamu istimewa yang secara khusus dipersiapkan Allah untuk manusia meraih pahala dan ibadah serta keberkahan secara maksimal, Bulan Ramadhan.

Sebelum meninggalkan bulan yang penuh dengan kenangan ini, saya berkesempatan untuk menyaksikan sebuah tayangan di televisi yang disiarkan oleh stasiun televisi swasta nasional tentang 7 guru yang mendedikasikan hidupnya dengan luar biasa walaupun berbagai tantangan dihadapinya.

Ada seorang guru di India yang rela menempuh jarak 12 km dan juga menyebrangi sungai yang mencapai ketinggian hingga pundaknya agar demi dapat mengajar anak-anak murid yang sudah lama dia bagikan ilmunya. Rela membawa pakaian ganti untuk kemudian basah oleh tingginya sungai.

Ada lagi seorang guru di Cina yang rela mengajar walaupun sedang dalam kondisi sakit keras. Guru yang kemudian memanggil mahasiswa/i dari tempatnya mengajar untuk kemudian mengajarkan di rumah sakit untuk terakhir kalinya. Hanya sedikit yang hadir, hanya sekitar 20 orang, namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk mengajar.

Yang terakhir ada seorang guru madrasah di Indonesia yang rela mengajar dengan kondisi tubuh yang tidak lengkap. Tidak memiliki tangan. Maha Besar Allah dengan segala kebesaran-Nya, walaupun tidak memiliki tangan, tapi kemampuan menulis, mengutak-atik laptop dengan menggunakan kakinya.

Seketika air mata ini kemudian menetes membasahi pipi. Saya yang memang mudah untuk menangis terharu ketika melihat dan mengetahui hal-hal seperti ini merasa tertampar. Seperti apa yang saya rasakan belum seberat seperti yang guru-guu tersebut rasakan.

Mereka melakukan hal itu tidak pernah mengeluh sama sekali rasanya karena tertutup dengan semangat dan niatnya yang begitu tulus untuk mencerdaskan kehidupan sesama. Bukan lagi memikirkan dirinya sendiri, tapi banyak orang.

Saya merasa malu sekali. Apalagi ketika saya mendapat masalah sedikit saja seringkali kemudian mengeluh, merasa apa yang saya dapatkan kenapa harus seperti itu. Sedih rasanya. Saya yang memiliki anggota tubuh lengkap, kesehatan ada, tapi merasa sangat lemah. Seringkali hanya memikirkan diri sendiri.

Saya kemudian berpikir, ternyata di zaman sekarang ini yang mungkin banyak orang berpikir untuk mencari makan diri sendiri dan keluarga saja sudah susah, tapi masih ada yang berusaha tidak mempedulikan hal itu karena lebih mempedulikan orang banyak dibanding hanya diri sendiri.

Kalau mereka saja bisa, masa iya saya tidak bisa. Dan kalau mereka saja bisa, masa iya kita semua tidak bisa. Saya merasa mereka seperti ikan-ikan yang berenang di arus air yang deras.

#AyoGerak untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang. Sedikit tapi menghasilkan. Dibanding tidak berbuat sama sekali.


Terimakasih guru. Pendidikan yang engkau ajarkan sungguh bernilai. Semoga saya bisa mencontoh apa yang kalian lakukan. Terimakasih . . .

0 komentar:

Posting Komentar