Rabu, 27 April 2016

Pemuda Tanpa Pacaran


Jatuh cinta adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Tapi bisa juga jadi sangat menyakitkan. Tergantung dari sisi mana kita memandangnya.

Jatuh cinta itu memiliki kenikmatan bagi orang-orang yang memiliki hati. Dan sulit dirasakan oleh orang-orang yang hatinya keras dan membatu.

Dan jatuh cinta itu suci. Suci bagi yang benar-benar memaknainya dengan baik dan benar. Dia akan menjadi kotor dan tidak berarti jika kita salah memaknainya.

Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis dan banyak dari mereka yang bingung bagaimana cara memberikan rasa cintanya kepada orang yang dicintai tersebut.

Saya sering mendapat curhatan dari teman-teman, dan juga orang-orang yang mungkin baru mengenal saya perihal apa yang harus dilakukan dengan perasaan cintanya itu. Saya yang mendengar hanya bisa tesenyum sembari memberi masukan kepada mereka apa yang dapat mereka lakukan.

Sahabat, cinta itu suci. Janganlah kita nodai dengan perilaku dan perbuatan kita yang keliru. Sayang sekali jika kita melakukan hal itu. Sebagai contoh, seringkali mungkin kita menganggap memegang tangan lawan jenis merupakan hal yang biasa, padahal sebenarnya tidak tepat.

Selain itu, seringkali mungkin kita menganggap bahwa untuk memberikan rasa cinta kepada lawan jenis itu dengan mengatakan “I love you” dan mengajaknya untuk menjalani hubungan ‘terlarang’, yaitu pacaran. Padahal dalam Islam sama sekali tidak diajarkan mengenai pacaran.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah itu semua murni kita yang tidak tahu ataukan ada faktor lain sehingga sebagian dari kita menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa-biasa saja, tidak perlu dilebih-lebihkan.

Sekarang ini adalah zaman dimana media sangat berpengaruh. Apalagi dengan media elektronik. Jika kita suka menonton tayangan-tayangan yang ada di televisi, banyak sekali tayangan yang sangat tidak mendidik, apalagi bagi anak-anak dan juga remaja.

Tayangan bagaimana berpegangan tangan, berpelukan, bahkan ‘cipika-cipiki’ (cium pipi kanan cium pipi kiri) dengan lawan jenis menjadi sangat biasa. Hal ini sungguh sangat berpengaruh terhadap cara berpikir bagi mereka yang menontonnya, khususnya anak-anak dan remaja yang memang masih dalam pencarian jati diri.

Sahabat, pertanyaan saya kemudian hadir bagi pembaca yang membaca tulisan saya ini. Pertama, masih ingatkah kita dengan sesuatu yang Allah larang. Kedua, relakah tangan, wajah, dan tubuh sahabat yang indah itu dipegang oleh mereka yang bukan mahromnya, terutama jika sahabat adalah seorang wanita. Terakhir, tidakkah sahabat terpikir bahwa Allah akan memberikan jodoh yang baik kepada seseorang yang baik, begitupun sebaliknya.

Saya merasa sangat sedih, khususnya bagi seorang wanita yang seringkali menjadi korban dari sesuatu yang disebut ‘pacaran’ ini. Sedih karena seorang wanita harusnya menjaga seluruh yang ada pada dirinya yang indah untuk tidak dipegang oleh lelaki jika belum halal. Bagi seorang pria? Saya pun sering merasa sedih, mengapa ada pria yang tega melakukan hal yang dilarang oleh Allah tapi dengan begitu tenangnya.

Sungguh, Allah menjanjikan kenikmatan ketika kita mampu menahan diri kita dari segala sesuatu yang Allah larang. Janganlah kita mengotori diri dan hati kita dari hal-hal yang tidak baik dan tidak benar.

PemudaTanpaPacaran?? Siapa Takut . . .

0 komentar:

Posting Komentar