Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillah
Halo sahabat, apa kabar? Semoga semua dalam
keadaan sehat wal’afiat dan selalu dalam lindungan Allah yaa. Aamiin.
Alhamdulillah diberi kesempatan oleh Allah untuk menulis lagi, hehe.
Menjadi seorang pemimpin itu sebenarnya sangat
berat tugasnya. Karena pertanggungjawabannya bukan hanya di dunia, melainkan
sampai akhirat.
Bahkan ketika salah satu sahabat Rasulullah
diberikan amanah untuk memimpin rakyatnya pada saat itu, beliau langsung
menangis karena memikirkan amanah yang harus dipegang sangatlah berat.
Namun, semua itu berbanding terbalik dengan kondisi
sekarang. Akhir-akhir ini, saya menemukan fenomena yang sangat aneh dan ajaib. Banyak
orang yang ingin sekali menjadi pemimpin dengan tujuannya masing-masing.
Bersyukur kalau orang yang ingin menjadi pemimpin
murni dengan tujuan membantu warganya. Lah gimana kalau ingin menjadi pemimpin
tapi dengan tujuan sedikit berbelok, atau bahkan benar-benar berbelok?
Gawaaattt.
Setiap calon pemimpin yang bersaing, bukan rahasia lagi
jika banyak yang saling menjatuhkan, bukan malah sebaliknya. Padahal sebenarnya
sangat indah dan sangat menyenangkan ketika calon pemimpin saling membantu,
saling memuji dengan “ikhlas”, bisa dipastikan jalannya roda kepemimpinan akan
lancar.
Kenapa seperti itu? Karena Allah ikut bermain dan
mengawal secara langsung. Tapi apakah Allah mau ikut mengawal ketika apa yang
dilakukan calon pemimpin sudah tidak baik? Mungkin Allah sudah malas untuk
mengawal, karena sudah tidak mengikuti aturan-aturan nilai kebaikan, hehe.
Semua bisa baik ketika Allah sudah meridhoi, dan
semua tidak akan baik kalau Allah belum bahkan tidak meridhoi. Pemimpin lah
ujung tombak dari semuanya itu. Ketika seorang pemimpin benar-benar amanah,
ridho akan didapat. Namun jika pemimpin tidak amanah dan ingkar, maka ridho
tidak akan didapat.
"Menjadi pemimpin
bukanlah untuk gaya-gayaan, tapi ikhlaslah karena ingin memperbaiki kondisi
yang ada. Allah senantiasa akan mendampingi . . . "
0 komentar:
Posting Komentar