Beberapa hari belakangan, saya
sungguh dilanda kegalauan tingkat tinggi yang mungkin menurut sahabat semua
biasa saja. Kegalauan yang membuat saya malah jadi tidak melakukan hal-hal yang
sekiranya berguna bagi diri ini dalam melangkah ke depan. Karena itu saya
memutuskan untuk kembali menemui mentor saya guna meningkatkan semangat kembali
dan berharap mendapat sesuatu yang bermanfaat.
Semua berawal dari curhatan saya
terhadap sang istri tercinta mengenai kondisi saya di kantor yang membuat saya
kurang merasa memiliki jiwa dalam bekerja. Air mata pun tak kuasa keluar dari
mata saya dan sang istri. Minimal apa yang saya lakukan dan yang terjadi di
kantor, istri mengetahuinya sehingga dukungan seperti apa yang diberikan dapat
optimal.
Saya tiba-tiba mengajak mentor saya
untuk bertemu dan belajar mengenai hal yang jarang dilakukan oleh orang-orang
yang berada di instansi saya bekerja. Saya ingin menjadi senang dalam menekuni
bidang kepenulisan dan dapat maksimal. Tidak hanya tulisan yang tidak
bermanfaat. Namun berharap agar apa yang saya tulis dapat berguna dan
bermanfaat untuk banyak orang.
Kemarin malam, 3 Mei 2016,
alhamdulillah kami dapat bersilaturahim kembali dengan mentor kami dan istrinya
di salah satu tempat makan favorit kami di daerah Margonda pada malam hari.
Ngalor ngidul seperti biasa kami lakukan untuk kemudian selanjutnya masuk
kepada inti permasalahan yang saya rasakan.
“Mas,
gimana sih caranya biar tulisan kita itu bisa dibaca orang tanpa kita harus
share tulisan kita kesana kesini?”
Setelah pertanyaan itu, akhirnya
obrolan kami pun menjadi panjang. Pertanyaan itu saya tanyakan agar saya
mendapat jawaban yang selama ini saya selalu bingung. Jujur, saya bukan orang
yang terlalu senang untuk menshare tulisan
secara langsung kepada orang-orang. Entah kenapa saya berpikir tidak enak
kepada orang-orang jika saya sendiri yang share
tulisan saya. Mungkin karena saya belum terlalu ahli dan masih harus
belajar dalam hal menulis.
Ternyata jawaban-jawaban yang
diberikan oleh mentor saya a.k.a Mas Arry Rahmawan benar-benar membuat saya
memiliki semangat baru dan ekstra dalam konsistensi menulis. Izinkan saya untuk
menjabarkan apa yang saya dapatkan dari Mas Arry tapi bukan bermaksud
menggurui, hehe.
Dalam menulis itu terdapat dua jenis
gaya dalam menulis,
Menulis
untuk berbagi berdasarkan ilmu yang dimilikinya
Untuk tipe seperti ini, gaya dalam
menulisnya karena memang berdasarkan fakta-fakta, dan juga berdasarkan ilmu
yang dimiliki si penulis sendiri. Dan untuk tipe seperti ini, biasanya si
penulis tidak terlalu dikenal pada awalnya, sampai akhirnya orang-orang yang
membacalah yang menyebarkan apa yang dituliskan oleh si penulis merasa berguna
baginya.
Menulis
dengan gaya cerita sesuai dirinya. Lebih seperti bercerita yang mana tulisannya mengangkat
diri si penulis
Pembaca pasti mengenal sosok Raditya
Dika? Sosok pria yang namanya melejit karena buku-buku yang dituliskannya
dengan judul aneh tapi menyenangkan bagi banyak orang. Itulah contoh dari satu
tipe penulis yang akhirnya mengangkat dirinya sehingga dapat dikenali banyak
orang. Mungkin bagi sebagian orang yang bertipe pemikir, buku karyanya sulit
diterima, tapi tidak bagi sebagian orang yang lain.
Saya pun baru
menyadari, ternyata memang benar. Secara umum, gaya menulis didasarkan pada dua
hal tersebut. Berdasar ilmu, dan berdasar pengalaman yang diceritakan secara
menarik. Cobalah tengok dan lihat tulisankita yang sudah sudah, termasuk dalam
golongan apakah kita??
Saya termasuk
orang yang miskin ilmu. Saya pun khawatir apa yang saya tuliskan kurang bisa
diterima oleh sahabat pembaca semua. Karena itu, mohon kiranya untuk menuliskan
komentar agar kita sama-sama dapat berdiskusi. Agar ilmu saya bertambah, dan
agar sahabat pembaca mendapat keberkahan dengan membagi ilmunya.
Salam Bahagia :)
0 komentar:
Posting Komentar