Belum lama ini saya diberi kesempatan untuk bersama
dengan istri tercinta berada dalam satu panggung di hadapan kurang lebih 300an
orang dalam acara tausiyah dan bedah film yang diadakan oleh PPPA Daarul QurĂ¡n
di Semarang. Penampilan itu merupakan penampilan kami yang kedua kalinya secara
bersama-sama setelah sebelumnya kami diberi kesempatan untuk berada dalam satu
panggung dalam acara seminar parenting di
Depok.
Sangat senang rasanya ketika saya bisa berada satu
panggung dengan istri tercinta, terlebih lagi di hadapan teman-teman yang
berusia tidak jauh dari saya, ada yang lebih muda, ada yang seumur, ada juga
yang lebih tua. Karena banyak dari teman-teman tersebut ternyata belum menikah,
jadi kesempatan saya untuk memprovokasi peserta untuk menikah muda bisa
dijalankan, hehe.
Pada awalnya istri saya sempat gugup dan terlihat
sangat panik dikarenakan belum pernah tampil secara bersama di hadapan ratusan
orang seperti itu. Berbeda dengan saya yang walaupun belum pernah tampil berdua
di hadapan ratusan orang, tapi saya tidak merasakan gugup dan panik sama
sekali, karena saya memang senang untuk bisa bicara di hadapan banyak orang
walaupun bukan sebagai pembicara utama, namun minimal sebagai jalan pembuka
sebelum tamu utama masuk mengisi acara utama.
Acara dimulai, kami berdua membuka dan melanjutkan
dengan gaya kami. Ya, gaya kami. Karena memang gaya kami yang berbeda, tapi
ketika berada di hadapan ratusan peserta kami tampil dengan sangat enjoy, seperti sudah lama menjadi MC.
Entah mengapa, tetapi hal itu benar-benar membuat saya sangat senang dan juga
terlihat istri saya tercinta sangat menikmatinya.
Sifat saya yang sangat santai, istri saya yang
sedikit kaku, jika dipikir-pikir pasti akan aneh. Santai, dan kaku. Garing
pasti. Itulah pikir kami pada awalnya. Tapi semua itu berubah ketika kami
berada di hadapan banyak orang. Alhamdulillah. Semua itu bisa kami lakukan
semata-mata karena ridho Allah dan juga niat yang tulus dari kami untuk
berbagi. Saya bersyukur karena saya bisa mengimbangi istri saya, istri saya
juga bisa mengimbangi saya.
Selesai acara, istri saya berkata kepada saya
mengucapkan terimakasih karena dirinya belajar dari saya *padahal batin saya,
sayalah yang belajar darinya, hehe*. Dan istri saya benar-benar sangat senang
karena melihat saya benar-benar enjoy menjalaninya.
Sangat berbeda ketika saya pulang dari kantor yang biasanya lemas, malas. Tapi
pada saat itu, istri saya melihat saya benar-benar seperti *Adit yang
seutuhnya*.
Saya bersyukur memiliki istri yang luar biasa
mendukung apa yang saya ingin lakukan. Yang benar-benar mendukung keinginan
saya. Dan yang menyemangati saya ketika saya merasa bahwa apa yang saya lakukan
bukanlah hal yang saya mampu untuk melakukannya, sehingga mendukung saya untuk
melakukan hal yang saya rasa saya benar-benar memiliki kemampuan di bidang
lain.
Sungguh tidak enak rasanya ketika harus menjalankan
apa yang sesungguhnya tidak kita nikmati. Lelah. Dan saya menganggap bahwa apa
yang saya lakukan di luar pekerjaan saya sekarang ini adalah profesi yang
benar-benar akan saya lakukan dan kembangkan.
Menjadi seorang yang hanya meratapi nasib, bukanlah
seseorang yang hebat. Menjadi seorang yang hanya mengikuti hal yang itu-itu
saja dan tidak berkembang, bukanlah seseorang yang hebat. Sejatinya, seseorang
yang hebat adalah orang yang mampu melakukan hal-hal yang membuat dirinya
menjadi berkembang tanpa ada rasa keterpaksaan yang mana hal itu membuat
dirinya hanya murung.
Itulah yang saya lakukan. Saya berusaha melakukan apa
yang saya cintai. Beratkah menjalani dua hal yang berlainan dengan diri kita?
Sungguh berat sahabat. Tapi saya tidak mau hanya merenung saja tanpa bergerak.
Saya yakin sahabat pembaca pasti sudah jauh lebih
hebat dari saya. Marilah kita sama-sama bersyukur atas semua yang diberikan Allah
pada kita agar kita senantiasa selalu diberikan kekuatan untuk memberikan
manfaat kepada banyak orang. Ingatkan saya jika memang saya keliru, karena saya hanya
manusia biasa yang kadang suka berbuat kesalahan :) . . .
#kemudianbahagia
0 komentar:
Posting Komentar