Pagi tadi saya menyaksikan sinetron di salah satu stasiun
televisi swasta. Secara tidak sengaja saya menyaksikan sesaat karena
kebetulan bapak saya menyetelnya di saat saya baru saja menyelesaikan
olahraga pagi yang baru mulai hari ini saya lakukan, hehe. Jarang-jarang
saya dapat menyaksikan sinetron di pagi hari, tepatnya pukul 06.00 WIB,
dimana biasanya yg ramai adalah acara musik yg menurut saya kurang
berkualitas, dan juga tausiyah yg berkualitas dan cukup mengobati rasa
rindu akan siraman rohani.
Pemain yang bermain dalam sinetron tersebut merupakan artis
dan aktris ternama yang bisa dibilang untuk masalah akting tidak perlu
diragukan lagi. Menceritakan kisah seorang suami dan istri muda yg
memiliki seorang asisten rumah tangga (art), wanita, yang masih cukup
muda juga dan dengan jiwa mudanya tersebut ingin mencoba berbagai hal
baru.
Diceritakan bagaimana seorang istri yg melihat kelakuan art
nya yg berusaha utk cukup dekat dengan tuan rumahnya. Namun ternyata
hal tersebut tidak disukai oleh sang istri karena sang istri merasa
sebagai art harus berposisi sebagai seorang art. Tidak terlalu dekat
dengan majikannya. Sang istri berkali kali merasa sebagai majikan harus
dipandang memiliki status sosial yg berbeda dengan art tersebut. Sang
suami pun tidak tinggal diam melihat kelakuan istrinya seperti itu. Ia
berusaha menenangkan sang istri dengan berkata bahwa sama saja siapa art
dan dirinya, tidak ada bedanya.
Yg membuat si istri semakin merasa sebal adalah ketika
dimana art ketika sedang membersihkan salah satu ruangan, dilihatnya
majalah yang mana di dalamnya berisi baju yg bagus, mahal, dan ternyata
majikannya memilikinya. Tanpa pikir panjang, art yg memang masih muda
ini berusaha untuk membuat baju yg sama seperti yg dilihatnya di majalah
itu. Namun dengan versi yg tidak mahal.
Ketika baju itu jadi dan dipakai oleh art, kemudian sang
istri melihatnya baju yg sama dipakai juga oleh art tersebut, sang istri
merasa makin sebal dan lebih memilih memberikan baju yg dimilikinya
kepada oranglain. Dengan alasan bahwa dia tidak ingin sama dengan sang
art. Dia beranggapan bahwa status sosial majikan dan art harus berbeda.
Jiwa art, ya berperilaku seperti art, jangan berlebihan. Sang suaminya
pun tidak henti-hentinya menasihati dengan kalimat pengandaian yg cukup
menarik, "di Korea saja, banyak orang berbondong-bondong datang ke
trmpat operasi plastik dan merubah wajahnya persis seperti idolanya,
tapi tidak ada satupun idolanya yg marah-marah seperti kamu". Lantas,
setelah dikatakan seperti itu apa yg dijawab oleh sang istri?? " Ah kamu
mah ga ngerti masalah begini sih mas". Masya Allah
Apa sih yang bisa kita petik dari adegan-adegan yg kurang
lebih seperti yg saya jelaskan di atas?? Saya yakin pendapat saya dan
pembaca mungkin berbeda, no problem. Karena dengan semakin banyak
pendapat akan semakin membuat kita kaya. Tentunya disaring juga.
Apakah kita pernah berbuat seperti itu kepada orang lain
gaes?? Bukan hanya kepada art, tapi kepada semua orang?? Yah, mungkin
kita lupa. Tapi mungkin juga banyak yg secara sadar atau tidak sadar
kita melakukannya.
Apa sih yang menarik dari kisah di atas?? Sahabat, semua
manusia itu pada dasarnya memiliki hak yg sama. Semua manusia itu tidak
ada bedanya. Apalagi dalam pandangan Allah. Yg membuat manusia berbeda
adalah kadar keimanan dan ketakwaannya kepada Allah. Bukan karena status
sosial, dia , dia miskin, dia pembantu, dia majikan. Tidak ada bedanya.
Ah ya, saya yakin pembaca semua pasti sudah memahaminya. Saya hanya
mengingatkan kepada diri saya untuk selayaknya menganggap bahwa semua
manusia itu sama.
Dia pedagang, tukang bakso, tukang cukur, pembantu, kuli
bangunan, pegawai kantoran, pejabat kementrian, menteri, ulama, bahkan
presiden sendiri semua berkedudukan sama di mata Allah. Yg membuat beda
sekali lagi hanya keimanan dan ketakwaannya saja. Jadi kurang pantas
rasanya jika kita merasa tinggi jabatan, padahal tidak dibawa mati.
Kurang pantas rasanya kita merasa memiliki jasa banyak pada orang lain
sehingga pantas untuk disanjung, padahal juga tidak dibawa mati. Biasa
saja.
Kalau kata salah satu band yg saya temui, apapun
kondisinya, seperti apa yang dihadapi masalahnya, biasa saja. Jadi orang
yang merasa biasa biasa saja jauh lebih menenangkan hati, dibandingkan
fokus mementingkan status sosial, status pendidikan. Ah elah. Biasa wae.
Jika diri kita sudah dapat merasa biasa saja, ketenangan
akan kita rasakan. Hidup pun akan menjadi lebih indah. Semangat untuk
membuat diri ini menjadi biasa saja sahabat.
Salam cinta dan bahagia :)
0 komentar:
Posting Komentar