Minggu, 24 April 2016

Jangan Lebay


Pagi ini saya dikejutkan dengan kejadian yang cukup aneh menurut saya. Kejadian yang sebenarnya tidak perlu untuk dibesar-besarkan namun entah karena ‘lebay’ atau memang karena sangat penting, sehingga hal yang saya lihat itu sungguh tidak layak untuk ditiru.

Seperti biasa saya berangkat ke kantor dengan sepeda motor, namun hari ini saya menggunakan motor adik saya karena motor yang biasa saya gunakan ternyata dipakai olehnya untuk ke kampusnya. Perjalanan menuju kantor saya sungguh luar biasa, dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Mungkin bukan hanya ke kantor saya saja, tapi sepertinya ke daerah manapun di Jakarta dibutuhkan kesabaran ekstra tinggi.

Macet luar biasa, polusi makin menggila, panas terik matahari yang terkadang membuat mata sulit untuk melek. Yak, itulah sekelumit keadaan jika kita tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya, ibukota Negara Indonesia tercinta.

Kembali lagi hal yang ingin saya bahas. Di tengah perjalanan, saya melihat 2 motor di depan saya saling bersenggolan. Memang karena kondisi jalan yang rusak, sehingga motor yang terlihat menyenggol kendaraan di depannya seperti sulit untuk mengendalikan motornya.

Yang jadi permasalahan bukanlah menyenggol motornya, tapi ban depan si bapak itu mengenai wilayah tulang kering dari si mas yang disenggolnya. Tidak kencang, hanya terlihat menyenggol pelan wilayah tulang kering sehingga ban depan yang dikendarai si mas mengenai celana biru tua dari si mas.

Terlihat sangat kesal si mas itu, karena dia eperti marah-marah kepada si bapak yang sepertinya sudah minta maaf. Sembari kemudian berjalan kembali kedua motor itu, saya sengaja mengikuti dari belakang karena penasaran apa yang akan dilakukan oleh kedua orang itu. Si bapak terlihat santai saja karena  memang sudah minta maaf dan memang tidak ada yang terluka. Namun yang unik adalah si mas yang terlihat sangat sebal luar biasa.

Sekalian menarik gas motornya, sesekali si mas itu membersihkan celana sebelah kiri yang terkena ban motor si bapak. Sambil membersihkan, mas itu melihat bapaknya yang memang masih berada di belakangnya. Membersihkan lagi, melihat-lihat lagi seperti belum menerima. Membersihkan lagi, kemudian sambil mengepalkan tangan dan sangat terlihat seperti orang yang sangat kesal membuang kepalan tangannya itu ke depan seperti orang yang ingin meninju orang lain.

Mengeleng-gelengkan kepala seperti tidak percaya. Membersihkan lagi, melihat lagi. Seperti itu terus yang dilakukan sampai kelihatannya dia yakin bahwa celananya telah bersih kemudian saya yang bosan dan sebal juga sebenarnya melihat hal itu, menyalipnya dengan menggeleng-gelengkan kepala saya saja.

Saya kemudian berpikir dan heran, mengapa bisa si mas tersebut menjadi sedemikian sebalnya dengan si bapak. Saya hanya bisa mengatakan bahwa inilah kehidupan. Apalagi kehidupan di Jakarta yang sungguh berbeda jika kita melihat kehidupan di daerah Pulau Jawa yang memang sangat lembut.

Saya kemudian teringat oleh pesan yang disampaikan guru saya, “ketika kita pergi ke kantor, ke sekolah, ke tempat dimana kita berusaha untuk beribadah kepada Allah, janganlah memulainya dengan hati yang kotor. Karena jika kita sudah memulai dengan hati yang kotor, bisa dipastikan apa yang akan kita dapatkan, sulit untuk kita terima”.

Dalam hidup ini, kesabaran itu sangatlah dibutuhkan. Kesabaran itu tidaklah ada batasnya. Keliru jika kita mengatakan bahwa sabra itu ada batasnya, kalau sabar itu terbatas dan ketika batas itu habis kemudian kita marah, berarti kita tidak sabar. Sungguh sangat menyenangkan ketika kita bisa tersenyum di saat kita mendapat musibah. Dengan tersenyum, hati akan menjadi tenang dan kebahagiaan akan menghampiri kita dengan sendirinya.

Sahabat, ketika musibah datang, ketika hal yang tidak harapkan menimpa diri kita, yuk tersenyum sabar. Hati senang, pikiran tenang, apa yang kita dapatkan dengan niat ibadah pasti akan kita terima dengan baik.

Semoga pembelajaran si mas dan si bapak pengendara motor dapat sahabat ambil hikmahnya. Mungkin saya bukanlah orang yang ahli dalam menafsirkan isi pikiran, tapi saya percaya sahabat pasti dapat mengerti apa yang saya maksudkan pada tulisan di atas, hehe.

0 komentar:

Posting Komentar