Rabu, 08 Juni 2016

Balada Cerita Romadhon #4 Ngantuk Berat


Ternyata yang namanya manusia, ketika ada waktu kosong pasti tetap saja ingin melakukan sesuatu yang membuatnya senang. Salah satunya adalah dengan bermain. Tidak peduli ada teman ada tidak, kalau yang namanya sudah bermain demi kesenangan pribadi pasti akan dilakukannya.

Tidak terkecuali dengan saya. Tepatnya pada saat menjalani ibadah puasa di hari ketiga, kerjaan di kantor kebetulan sedang tidak ramai. Dan hal itu saya manfaatkan untuk sekedar bermain dan tidak lama karena memang niatnya hanya untuk refreshing sejenak.

Karena teman di kantor ada yang memiliki permainan sepak bola di laptopnya, saya tertarik untuk bermain. Tentunya setelah melakukan aktivitas yang lainnya. Saya bermain bersama dengan teman-teman satu kantor yang memang jika ingin mengistirahatkan tubuh sejenak biasanya bermain game tersebut.

Saya merasa tidak tenang ketika bermain. Kenapa? Karena saya merasa saat ini adalah Bulan Romadhon, bulan yang harusnya saya manfaatkan benar-benar untuk beribadah kepada Allah dengan maksimal, tapi kenapa saya malah bermain. Kurang lebih hal itulah yang ada dalam benak saya saat itu.

Selain saya dan beberapa teman bermain game tersebut, teman saya yang lainnya menonton tayangan film layar lebar di laptop. Batin saya saat itu, “aaah ini kantor kenapa begini amat yak. Ga mendukung buat beribadah”.

Ketika saya sedang bermain dan saya memiliki penyesalan setelahnya karena saya melakukan hal yang menurut saya tidak terlalu bermanfaat, Allah kemudian menegur saya. Menegur dengan caranya yang karena hal itu menjadi sangat mengantuk cukup berat.

Terbukti, ketika saya pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motor, saya merasa sangat ngantuk. Padahal biasanya saya tidak merasakan kantuk yang amat sangat pada Bulan Romadhon. Tapi saat itu saya merasa sangat ngantuk. Bahkan karena saya ingin cepat-cepat berada di rumah, saya merasa bahwa di perjalanan pun saya sempat tertidur, hampir menabrak kendaraan lain, dan yang lainnya yang dapat membahayakan diri saya sendiri.

Sesampainya di rumah kurang lebih pukul 16.30 WIB, saya tidak kuat untuk bergerak lagi. Kamar tidurlah yang menjadi tujuan saya selanjutnya. Dan benar saja, saya tertidur hingga 10 menit menjelang waktu berbuka puasa.

Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut merupakan kenikmatan. Tapi bagi saya pribadi hal tersebut merupakan teguran yang Allah berikan kepada saya yang mana sebelumnya saya terlena dengan permainan yang kurang bermanfaat, padahal bisa dimanfaatkan untuk melakukan ibadah-ibadah yang lebih bernilai pahala.


Yak, itulah sekelumit kisah di hari ketiga puasa. Semoga kita semua dapat mengambil nilai-nilai dari kisah pribadi saya di atas ini. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar