Siang ini, saya benar-benar
merasa seperti tertampar. Antara emosi bercampur sedih dan kecewa. Saya yang
notabene sudah bukan lagi sebagai seorang mahasiswa, siang ini saya merasa
terkejut dengan seorang pekerja kontrak (outsourching)
yang bekerja di lapangan yang sedang dilakukan pemboran di daerah Musi
Banyuasin.
Saat saya sedang
keliling-keliling untuk melihat fasilitas pemboran yang terdapat di lokasi
sekaligus foto-foto untuk dokumentasi saya nantinya, saya dipanggil oleh salah
seorang bapak yang saya ketahui beliau merupakan pekerja kontrak disitu.
“Kamu kenal sama siapa bisa masuk sini?” , katanya pada saya yang
sedang asik mengambil gambar di dekatnya.
“Maaf pak, saya ga ada kenalan orang dalem pak. Saya juga bukan
mahasiswa, saya udah kerja di kementrian ESDM pak. Baju yang saya pakai emang
mahasiswa, karena saya dikasihnya ini, tapi saya udah kerja pak, jadi saya
bukan orang sini. Saya kesini hanya ingin belajar dan melihat-lihat saja pak” ,
balas saya menjawab pertanyaan darinya.
“Itu kasus gimana sih? Transkrip percakapan bener itu ya? Kalo emang
bener, berarti emang presiden selalu dapat ya. Itu juga, pejabat kena kasus
tapi nikahin anaknya pake pesta mewah. Harusnya udah tau lagi kena kasus ga
usah pake pesta ya. Aku juga mau nkahin anakku, tapi juga kayaknya ga pake
pesta” , sahutnya lagi pada saya.
Itulah sedikit gambaran kisah
yang membuat saya terinspirasi untuk membuat tulisan ini di siang hari yang
karena hal tersebut membuat saya akhirnya langsung meninggalkan lapangan untuk
kembali ke ruangan yang disediakan, menceritakan apa yang terjadi kepada istri
tercinta. Karena sejujurnya dada ini merasa sesak saat berada di ruangan.
Namun sebelum saya kembali ke
ruangan, saya asik mengobrol dengan bapak tersebut sampai tertawa tawa kami
bercerita. Jadi jangan pikir saya kembalui karena saya sebal secara individu
dengannya. Tidak, hoho.
Pertanyaan kemudian menghampiri
saya, apakah untuk kita dapat diterima bekerja di satu instansi baik itu swasta
atau pemerintahan pasti menggunakan bantuan orang dalam? Mungkin memang ada
yang iya, dan mungkin lebih banyak yang tidaknya.
Sungguh mengerikannya negeri ini
ketika pekerjaan yang kita dapatkan karena bantuan orang lain. Mungkin memang
akan lebih mudah untuk dibentuknya, tapi jika kita mengingat bahwa hidup ini
adalah persaingan, dan persaingan itu haruslah secara sehat, masih layakkah
persaingan sehat itu adalah sesuatu yang didapat karena ada seseorang yang kita
kenal? Terutama di sector strategis? -_-
Aaah, terlalu pelik membahas
masalah itu di zaman sekarang ini rasanya. Zaman dimana semua terasa serba
karena factor pertemanan, karena bersahabat lama. Sungguh saya merindukan masa
dimana ketika kita melakukan persaingan, yang dilakukan adalah secara jujur
karena kemampuan yang kita miliki.
Sangat tidak adil rasanya ketika
ada orang pintar, rajin berkarya, tapi gagal dan tidak dapat melanjutkan
karyanya karena memang masalah dia bukan orang dekat, dia bukan teman kita,
masih adilkah? Atau mungkin ketika ada orang yang benar-benar dapat diterima
bekerja di suatu instansi karena kemampuan yang dimilikinya tapi kemudian
ditanyakan seperti yang saya dapatkan, bagaimana rasanya? Kalau saya jujur
sedikit sedih. Kalau kamu? Hehe.
Sahabat, sesungguhnya yang ingin
saya sampaikan disini bukanlah sekedar share
apa yang saya dapatkan, tapi saya berharap kita semua dapat mengambil
nilai-nilai positif agar kita semua dapat menjadi orang yang hebat, menjadi
orang yang berpikir beda dengan orang-orang lain di sekitar kita ataupun di
luar sana.
Mengakhiri tulisan ini, saya berharap semoga sahabat semua dapat menjadi
pribadi yang lebih luar biasa dalam menjalani kehidupan ke depannya. Dan juga
dapat menjadi pribadi yang lebih CerdasMulia lagi.
0 komentar:
Posting Komentar