Minggu, 06 Desember 2015

Manfaat Kesesuaian


Siang ini, saya benar-benar merasa seperti tertampar. Antara emosi bercampur sedih dan kecewa. Saya yang notabene sudah bukan lagi sebagai seorang mahasiswa, siang ini saya merasa terkejut dengan seorang pekerja kontrak (outsourching) yang bekerja di lapangan yang sedang dilakukan pemboran di daerah Musi Banyuasin.

Saat saya sedang keliling-keliling untuk melihat fasilitas pemboran yang terdapat di lokasi sekaligus foto-foto untuk dokumentasi saya nantinya, saya dipanggil oleh salah seorang bapak yang saya ketahui beliau merupakan pekerja kontrak disitu.

“Kamu kenal sama siapa bisa masuk sini?” , katanya pada saya yang sedang asik mengambil gambar di dekatnya.

“Maaf pak, saya ga ada kenalan orang dalem pak. Saya juga bukan mahasiswa, saya udah kerja di kementrian ESDM pak. Baju yang saya pakai emang mahasiswa, karena saya dikasihnya ini, tapi saya udah kerja pak, jadi saya bukan orang sini. Saya kesini hanya ingin belajar dan melihat-lihat saja pak” , balas saya menjawab pertanyaan darinya.

“Itu kasus gimana sih? Transkrip percakapan bener itu ya? Kalo emang bener, berarti emang presiden selalu dapat ya. Itu juga, pejabat kena kasus tapi nikahin anaknya pake pesta mewah. Harusnya udah tau lagi kena kasus ga usah pake pesta ya. Aku juga mau nkahin anakku, tapi juga kayaknya ga pake pesta” , sahutnya lagi pada saya.

Itulah sedikit gambaran kisah yang membuat saya terinspirasi untuk membuat tulisan ini di siang hari yang karena hal tersebut membuat saya akhirnya langsung meninggalkan lapangan untuk kembali ke ruangan yang disediakan, menceritakan apa yang terjadi kepada istri tercinta. Karena sejujurnya dada ini merasa sesak saat berada di ruangan.

Namun sebelum saya kembali ke ruangan, saya asik mengobrol dengan bapak tersebut sampai tertawa tawa kami bercerita. Jadi jangan pikir saya kembalui karena saya sebal secara individu dengannya. Tidak, hoho.

Pertanyaan kemudian menghampiri saya, apakah untuk kita dapat diterima bekerja di satu instansi baik itu swasta atau pemerintahan pasti menggunakan bantuan orang dalam? Mungkin memang ada yang iya, dan mungkin lebih banyak yang tidaknya.

Sungguh mengerikannya negeri ini ketika pekerjaan yang kita dapatkan karena bantuan orang lain. Mungkin memang akan lebih mudah untuk dibentuknya, tapi jika kita mengingat bahwa hidup ini adalah persaingan, dan persaingan itu haruslah secara sehat, masih layakkah persaingan sehat itu adalah sesuatu yang didapat karena ada seseorang yang kita kenal? Terutama di sector strategis? -_-

Aaah, terlalu pelik membahas masalah itu di zaman sekarang ini rasanya. Zaman dimana semua terasa serba karena factor pertemanan, karena bersahabat lama. Sungguh saya merindukan masa dimana ketika kita melakukan persaingan, yang dilakukan adalah secara jujur karena kemampuan yang kita miliki.

Sangat tidak adil rasanya ketika ada orang pintar, rajin berkarya, tapi gagal dan tidak dapat melanjutkan karyanya karena memang masalah dia bukan orang dekat, dia bukan teman kita, masih adilkah? Atau mungkin ketika ada orang yang benar-benar dapat diterima bekerja di suatu instansi karena kemampuan yang dimilikinya tapi kemudian ditanyakan seperti yang saya dapatkan, bagaimana rasanya? Kalau saya jujur sedikit sedih. Kalau kamu? Hehe.

Sahabat, sesungguhnya yang ingin saya sampaikan disini bukanlah sekedar share apa yang saya dapatkan, tapi saya berharap kita semua dapat mengambil nilai-nilai positif agar kita semua dapat menjadi orang yang hebat, menjadi orang yang berpikir beda dengan orang-orang lain di sekitar kita ataupun di luar sana.

Mengakhiri tulisan ini, saya berharap semoga sahabat semua dapat menjadi pribadi yang lebih luar biasa dalam menjalani kehidupan ke depannya. Dan juga dapat menjadi pribadi yang lebih CerdasMulia lagi.

0 komentar:

Posting Komentar