Jumat kemarin pada saat saya
menulis tulisan ini, istri saya begitu bersemangat mengajak saya untuk menonton
salah satu film yang belum lama tayang di bioskop kesayangan anda semua, Bulan
Terbelah Di Langit Amerika. Setelah melihat jadwal tayang dan situasi awan yang
cenderung tidak menentu, akhirnya diputuskan kami menonton film tersebut pada
sore hari di salah satu bioskop di daerah Bintaro.
Saya yang sebelumnya sudah merasa
malas untuk menonton karena jenis film seperti itu, alias drama, sudah sejak
awal seperti menahan agar kami tidak berangkat. Namun karena keinginan istri
saya yang begitu kuat, akhirnya saya mengalah demi kemaslahatan keluarga, hehe.
Kami akhirnya berangkat dari
rumah pun dengan waktu yang sangat mepet dengan jam tayang. Dengan sekuat
tenaga, bahkan mungkin jika saya mengingat ingat, saya sangat jarang mengobrol di
motor bersama istri saya karena memang kami yang fokus. Saya fokus menatap
jalanan apakah berlubang, ataukan ada polisi tidur sehingga harus menghindar.
Dan istri saya yang fokus berdoa agar kami selamat sampai di tempat tujuan.
Alhamdulillah kami sampai di
lokasi tujuan dengan selamat. Walaupun ketika sudah meletakkan motor di
parkiran, kami berjalan secepat orang-orang sedang mengikuti perlombaan jalan
cepat. Dan akhirnya masih dapat izin untuk membeli tiket dan kemudian masuk ke
dalam studio yang dilanjutkan duduk di kursi bagian kiri atas dengan napas yang
cukup terengah-engah.
Istri saya mengatakan pada saya, “pokoknya abi jangan tiduur, ini film
baguus. Liat aja nanti”. Karena saya sudah diwanti-wanti seperti itu,
akhirnya saya menguatkan hati untuk tidak mengantuk, apalagi tertidur. Namun
memang, ketika sugesti awal mengatakan sudah malas karena menurut saya jelek,
saya tidak kuasa menahan mulut ini untuk terbuka dan menguap. Karena istri saya
menatap dengan tatapan tajam dan membuat saya sedikit takut, akhirnya rasa
kantuk itu bisa hilang dengan sendirinya.
Ternyata saya salah besar. Film
yang saya saksikan benar-benar luar biasa bagi saya yang sebenarnya tidak
terlalu menyukai film jenis drama, apalagi Indonesia. Tapi semua itu dipatahkan
oleh film ini. Begitu selesai film ini, istri saya kemudian mengatakan “tuhkan bii, filmnya baguus. Ga bikin
ngantuk kan, abi siih udah nilai jelek duluan film drama” .
Batinku berkata, “mungkin ni istri gua ngeliat gua nangis
kali yak makanya dia ngomong gitu”. Maklum sahabat, saya termasuk orang
yang mudah tersentuh hatinya sehingga mudah menangis. Bahayanya, istri saya pun
sama demikian. Jadilah kami berdua di bioskop tidak kuasa menahan haru ketika
beberapa adegan yang memang layak untuk air mata ini keluar.
Apa yang saya lakukan ini membuat
saya tersadar bahwa apa yang ada di benak kita belum tentu benar. Belum tentu
satu hal kita nilai jelek, semuanya ikut menjadi jelek. Aaah, betapa bodohnya
saya pada hari itu. Diberi kesempatan untuk berduaan dengan istri tercinta,
namun saya menilai jelek duluan mengenai konten yang saya belum tahu.
Beruntung, saya bisa tersenyum bersamanya ketika semuanya berakhir.
Sahabat, nilailah sesuatu jangan
hanya karena satu hal sehingga hal itu membuat kita menjadi menilai jelek pada
semuanya. Karena belum tentu apa yang kita nilai jelek, aslinya jelek. Dan
belum tentu apa yang kita nilai bagus pada awalnya, akhirnya akan bagus juga.
Belum tentu. Nikmati prosesnya, ikut jalannya, dan rasakan hasilnya. Hehe.
Salam CerdasMulia J
Hihihii,, ninggal tulisan Ah..
BalasHapusdibaca yaah..
http://ceritananana.blogspot.co.id/2016/01/hey-kamuu-kemana-ajaa.html