Hari-hari yang saya jalani di
tempat saya saat ini berada, Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan,
sungguh membuat saya merasa seperti orang yang tidak tahu harus melakukan apa.
Saya disini sedang ditugaskan untuk melihat bagaimana pemboran minyak dan gas
bumi berlangsung.
Sejauh mata memandang ketika
berada di lokasi (site) hanyalah
sekumpulan alat-alat berat yang menunjang pelaksaan pekerjaan ini bersama
dengan orang-orang yang melaksanakannya. Sungguh membosankan rasanya berada di
lingkungan seperti ini. Bagaimana tidak, lokasi yang berada di tengah hutan,
sulit sinyal, dan jauh dari kehidupan ramai sudah menjadi pemandangan biasa
selama berada disini.
Alat yang harganya tidak ada yang
murah. Pekerjanya yang juga dibayar dengan harga yang tidak murah. Ditambah
lagi dengan risiko pekerjaan yang dilakukan jika gagal mendapatkan apa yang
diharapkan dan juga risiko dari pemakaian alat itu sendiri. Yaa, investasi
untuk melaksakan pekerjaan semacam ini tidaklah murah.
Orang-orang yang sudah menikah
harus jauh dari keluarganya. Rasa rindu akan kehangatan keluarga sudah biasa
mereka rasakan. Yang belum menikah harus fokus untuk modal menikah sehingga
nantinya ketika akan melamar anak orang sudah memiliki modal keuangan untuk
menunjang kehidupan rumah tangga di masa depannya.
Hanya satu yang dapat saya
ucapkan untuk mereka semua. LUAR BIASA.
Saya yang sudah berada disini
selama seminggu lebih benar-benar merasakan kejenuhan yang luar biasa dan tidak
jarang saya menangis ingin kembali berkumpul bersama keluarga. Padahal saya
harus melaksanakan tugas ini hanya 12 hari. Sementara orang-orang yang berada
disini khususnya yang memiliki jadwal bekerja selama 14 atau 21 hari.
Saya tidak tahu mengapa saya bisa
merasa sangat bosan dan jenuh disini. Mungkin karena saya memang bukan tipikal
orang yang senang bermain dengan alat-alat berat yang tidak bisa diajak
berkomunikasi, tapi lebih senang dengan orang-orang yang dapat diajak
berkomunikasi. Namun yang saya syukuri adalah bertemu dengan orang yang belum
pernah saya temui. Mengenal karakter masyarakat Sumatera yang mungkin berbeda
dengan Jawa.
Ya, pekerjaan mencari minyak dan
gas bumi untuk selanjutnya diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang selama
ini kita gunakan sehari-hari tidaklah mudah. Keringat pekerja yang bekerja
selama 12 jam sekali, dari pagi sampai malam, malam sampai pagi, jauh dari
hingar bingar ibukota.Mungkin tidak sedikit dari kita mengatakan, “ya itu emang tugas mereka, pekerjaan mereka, beda sama kita” , sehingga membuat kita akhirnya biasa saja menggunakan BBM walaupun sebenarnya hal itu tidak perlu kita gunakan alias membuang-buang BBM.
Sahabat, cadangan minyak terbukti kita tidaklah banyak. Produksi minyak yang dapat diolah oleh Negara ini hanya berkisar 700.000 barrel. Padahal kita membutuhkan setidaknya per harinya sekitar 1,6 juta barrel. Lantas darimana setengah lebih tersebut dapat kita peroleh? Impor.
Sahabat, memang kita dahulu dikenal sebagai negara yang kaya akan minyak bumi.. Tapi itu dulu. Sekarang sudah tidak lagi. Karena itu, sebagai orang yang mencintai tanah air saya mengajak kepada sahabat semua, mari kita berhemat akan BBM. Jika memang tidak perlu, tidak perlu memaksakan diri untuk membeli dan menggunakannya.
Sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang menyia-nyiakan sesuatu. Yang perlu kita ingat, kerja keras orang-orang yang bekerja mencari minyak dan gas bumi tersebut, nyawa pun dipertaruhkan untuk kepentingan orang banyak.
Yuk sama-sama mulai berhemat.
0 komentar:
Posting Komentar