Ada yang menarik pada Jum’at ini.
Menariknya adalah saya yang sedang berada di site pemboran harus berjuang untuk mencari kendaraan untuk dapat
mengikuti solat Jum’at yang jaraknya cukup jauh dari site.
Malam sebelumnya saya berpikir,
apakah saya harus berangkat ke site untuk
berkunjung dan melihat-lihat situasi pemboran yang sedang dilakukan ataukah
saya tidak perlu untuk dating kesana untuk belajar. Karena saya khawatir tidak
bisa melaksanakan solat Jum’at. Salah satu yang menjadi teman saya di site mengatakan bahwa jika waktu solat
Jum’at belum tentu mendapat izin untuk keluar lokasi.
Pikiran saya berkecamuk mana yang
harus saya lakukan. Jika saya tidak berangkat, saya takut dinilai kurang baik oleh
mentor dan rekan mentor yang lain. Dengan modal niat dan berdoa, akhirnya
sayapun memutuskan untuk berangkat walaupun saat keluar dari mess pikiran saya melayang-layang
mengenai cara bisa melaksanakan solat Jum’at.
Bukan karena alasan saya
memikirkan hal tersebut. Karena selama ini ketika akan berangkat menuju lokasi
pemboran saja saya selalu menumpang mobil kru pemboran, dan mendapat jatah yang
susulan karena tidak cukup. Dan pada saat jam pulang pun saya biasanya menumpang
mobil catering sekitar jam 6an demi
dapat kembali ke mess tidak terlalu
larut dan tidak perlu menumpang di mobil kru pemboran.
Kira-kira waktu di jam tangan
saya sudah menunjukkan pukul 11 siang, saya belum melihat ada pergerakan akan
adanya kendaraan yang berangkat ke masjid. Tanpa pikir panjang, saya pun
mencari tahu apakah ada kendaraan yang akan pergi untuk melaksanakan solat.
Saat sedang mencari, saya melihat satu mobil berjalan dan ketika saya ingin
menumpang ternyata mobil sudah penuh dan saya dipersilakan untuk menumpang kendaraan
lain.
Saya bingung. Akhirnya setelah
berdiskusi dan dibantu, saya mendapat tumpangan mobil untuk menuju ke masjid
yang berada di area mess. Namun
betapa kagetnya saya ketika dalam mobil hanya saya saja penumpangnya. Sementara
yang lain tidak ada yang ikut bersama saya di mobil tersebut.
Hal ini membuat hati saya merasa
sedih, merasa seperti diiris-iris pisau. Bagaimana tidak, solat yang hanya
seminggu sekali ini ternyata ada yang tidak melaksanakannya dengan berbagai
alasan. Yang paling utama adalah alasan bahwa alat yang digunakan untuk
melakukan pemboran tidak boleh berhenti bekerja karena biaya yang dikeluarkan
pun akan meningkat seiring pertambahan waktu.
Oh My Allah. Apa yang ada di pikiran orang-orang ini. Saya
mengetahui bahwa mereka banyak yang beragama Islam. Memang ada beberapa orang
yang izin untuk melaksanakan solat Jum’at namun tetap tidak mendapat izin
dengan alasan sedang beroperasi sehingga tidak ada yang boleh meninggalkan
lokasi.
Saya tidak habis pikir apa yang
ada di benak orang yang bekerja itu. Tapi saya selalu berpikir bahwa mereka pun
sebenarnya sangat ingin mengikuti solat Jum’at namun ada kendala ini, kendala
itu. Ah ya, saya pikir itu hanyalah alasan yang dibuat.
Saya merasa sedih.. Karena saya
juga berkecimpung di dunia yang mereka jalankan, tapi saya diberi kesempatan
untuk dapat solat oleh Allah. Tapi kenapa banyak yang tidak bisa? Kenapa?
Padahal kalau diingat-ingat,
rezeki Allah yang mengatur. Segala sesuatu yang tidak pasti akan menjadi pasti
ketika yang dilakukan adalah mendekat yang Maha Memberi Kepastian. Bukan
sebaliknya menjauhi dengan berbagai alasan.
Sahabat, cerita di atas ini
hanyalah sepenggal kisah yang mungkin banyak terjadi di sekitar kita semua.
Banyak orang yang sebenarnya memiliki kesempatan untuk menerima panggilan Allah
yang hanya seminggu sekali saja, tapi tidak berusaha untuk mendekatinya.
Karyawan kantoran, pengusaha,
pedagang, mahasiswa, guru, atlit, bahkan orang yang sedang bermain sekalipun,
sudah sepantasnya ketika Allah mengundang kita untuk hadir memenuhi
undangannya, hentikan kegiatan kita. Karena belum tentu Allah akan mengundang
kita di kemudian hari.
Hidup kita hanya untuk Allah.
Ketika hati kita sudah begitu mencintai Allah, maka hal-hal di atas tidak akan berani
kita lakukan, khususnya bagi kaum laki-laki yang memang memiliki kewajiban
untuk melaksanakannya. Bukan sunah, makruh, mubah, apalagi haram. Wajib.
Sungguh, saya selalu berharap
bahwa kita selalu ingat bahwa kita ini hanya makhluk Allah yang tidak ada
apa-apanya. Jika saja kita mengingat kita ini dibuat dari apa, pasti malu
ketika kita tidak taat akan perintah-Nya.
Semoga kita semua senantiasa
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicintai Allah. Aamiin.
pernah juga rasain saat TA di site panasbumi Wayang W*ndu.
BalasHapusUntung masih diberi kesempatan, walaupun sampe masjid khatib udah di mimbar.
:(
Keep istiqamah.
hal ini pernah ku tanyakan ke ustadz,
namun sayang, jawabannya ku lupa. :( :( :(