Jumat, 12 Februari 2016

Ingin Menjadi Apa Diri Kita, Berkumpulah Dengan Orang Yang Satu Frekuensi



Belum lama ini saya bertemu dengan beberapa sahabat saya kembali. Pertemuan kami lakukan ketika saya tepat kembali ke Jakarta dari Semarang. Begitu sampai Stasiun Pasar Senen, saya tidak langsung pulang. Perjalanan saya lanjutkan ke Masjid Al-Azhar Jakarta untuk melaksanakan solat Zuhur dan juga dijemput oleh salah satu sahabat saya untuk kemudian bersama-sama menuju lokasi pertemuan.

Sebelum pertemuan yang kami lakukan itu, saya pun melakukan pertemuan dengan salah satu sahabat saya yang pada saat itu pun hadir. Ketika itu, sahabat saya ini baru saja dilakukan pemutusan kerja dari perusahaan tempat dia bekerja saat itu. Dikarenakan kondisi harga minyak dunia yang memang tengah turun drastis, sehingga banyak perusahaan melakukan pemutusan kerja, begitupun perusahaan dia bekerja saat itu.

Tapi ketika belum lama ini saya bertemu kembali dengannya, saya melihat dirinya dengan aura yang berbeda. Terlihat lebih gaul karena celana panjang yang dikenakan dalam kondisi tidak sempurna alias robek sehingga kulit di balik celananya terkadang sedikit terlihat. Saya berpikiran positif saja karena memang sedang irit irit untuk dapat hidup di Jakarta yang membuatnya begitu sayang untuk menjahit celana jeans nya, hehe.

Obrolan terjadi diantara kami. Ohiya, saat itu kami kumpul 4 orang di salah satu kafe kopi di daerah Jakarta Selatan. Tempatnya sangat asik untuk mengobrol, sehingga tidak terasa selama hampir 5 jam kami berada disana. Mungkin salah satu pilihan tepat ketika sahabat pembaca ingin bertemu dengan teman, klien, atau siapapun yang tidak terlalu ramai, kafe kopi bisa menjadi salah satu alternatifnya.

Obrolan terjadi. Dan ketika itu saya menanyakan kepada sahabat saya yang saya tahu diputus kerja oleh perusahaannya apa yang saat ini dilakukannya. “Eh, kegiatanmu sekarang-sekarang ini apaan dah? Gua beneran gatau loh ini” , kataku padanya.

Dia pun menjelaskan dengan panjang lebar apa yang dia lakukan saat ini
“Alhamdulillah kegiatanku sekarang yaa kumpul-kumpul aja sama teman-teman. Aku sering kumpul TDA (Tangan Di Atas) untuk sharing seputar bisnis, caritau gimana sih bisnis yang baik itu. Terus juga, ada namanya pengusaha keripik, terus apalagi gitu di Bandung, namanya Mas Lintang, aku mau kenal dia. Dapet nomernya, diajak gabung di grup whatsapp untuk ikut dan pengen tau dia bisa sampe sekarang kayak gimana”.

“Woh, alhamdulilah ya Man. Kamu yang emang aku tau pengen bisnis, sekarang jalanmu udah bener. Kumpul sama pebisnis biar kecipratan. Semangat broh” , kataku lagi padanya.

Sedikit perbincangan yang saya lakukan bersama sahabat saya membuat saya teringat pesan dari salah satu mentor saya. “Kalau kamu mau jadi pengusaha, kumpul sama pengusaha. Kalau kamu mau jadi orang yang menginspirasi, kumpul sama orang yang sukanya ngasih inspirasi. Kalau kamu mau jadi penulis, kumpul sama penulis. Jangan mau jadi pengusaha, kumpul sama copet. Mau jadi orang yang menginspirasi tapi kumpulnya sama orang malas. Ya ga bisa lah”

Percaya atau tidak, mungkin sahabat pembaca sudah merasakan hal itu. Sebagai contoh, saya yang awalnya tidak suka untuk menulis, tapi karena saya dekat dengan orang yang senang menulis, saya pun menjadi malu ketika saya tidak menulis. Begitupun kasus yang terjadi dengan sahabat saya, ingin menjadi pengusaha, kumpul dengan pengusaha. Dan saya lihat, ternyata hal itu sudah dilakukan tanpa saya ketahui sebelumnya.

Dan saya yakin sahabat pun pasti sepakat akan hal ini. Lingkungan adalah hal yang paling mempengaruhi pribadi kita. Setidaknya itulah yang saya rasakan pada saat ini. Orang yang bekerja di dunia perminyakan, sudah pasti pribadinya akan menjadi pribadi yang berorientasi pada bagaimana mendapatkan minyak.

Jika sudah begitu, ingin seperti apa diri kita, berkumpullah bersama orang yang satu frekuensi. Terlalu sayang hidup ini untuk disia-siakan jika kita tidak menjadi seperti apa yang kita minta.

Semangat . . .

0 komentar:

Posting Komentar