Minggu, 14 Februari 2016

Setahun Kemarin

 Selama dua hari terakhir, saya sengaja tidak menulis. Saya fokus untuk menikmati kehidupan yang saya lakukan. Walaupun sebenarnya tangan ini gatal karena tidak menulis, tapi saya berusaha untuk bertahan dengan kondisi saya tidak menulis. Berat memang, karena menulis sudah menjadi salah satu kesenangan yang saya jalani saat ini, tapi apa mau dikata.  

Oleh karenanya, saya merasa sangat gembira ketika saya kembali lagi menulis setelah berlibur. Berlibur yang menurut saya berkualitas, bersama istri tercinta dan sahabat baik saya. Yak, selama dua hari saya melalangbuana ke daerah yang saya belum pernah datangi untuk melakukan satu misi mulia yang insya Allah akan menjadi amalan.


Sabtu, 13 Februari 2016 merupakan tanggal dimana tepat setahun saya dan istri saya dipertemukan oleh Allah di kota yang sangat saya cinta, Jogja. Ya, ketika itu saya bersama dirinya hendak ambil bagian dalam satu tim pelatihan public speaking yang diselenggarakan oleh CerdasMulia Institute. Saya mengenal istri saya pada awalnya hanya melalui media social, karena kami bergabung dalam satu grup yang berisi dari beberapa orang.


Ketika pertemuan pertama, saat pertama kalinya saya melihatnya secara langsung istri tercinta saya berkata, “Mas, kamu yang tadi naik motor xxx bukan sih? Aku kayaknya liat kamu deh tadi, cuma ga manggil””. Batinku, “ini anak kok bisa tau gua yak, padahal gua kan ketutupan helm”. Kujawab saja dengan percaya diri, “iya betul, kok kamu ga manggil aja aja. Terus ini kamu jalan dari jalan Adisucipto kan jauh, tau gitu tadi kujemput aja”.


Ternyata eh ternyata, setelah beberapa saat kami mengobrol saya baru mengetahui istri saya adalah model perempuan yang tidak mau dibonceng oleh pria yang bukan mahromnya. Huehehe, saya ternyata nekat sekali, tapi alhamdulillah dia tidak merasa bagaimana terhadap saya. *Semoga dugaan saya ini tepat.


Kembali ke tanggal 13 Februari 2016, alhamdulillah saya diberi kesempatan bersama istri tercinta untuk menemani seorang sahabat melakukan misi mulia untuk menjalani kehidupan masa depan yang lebih baik. Melakukan pertemuan awal dengan wanita/akhwat yang selama ini dikenalkan padanya oleh seorang ustadz untuk kelak jika Allah meridhoi akan menjadi pasangan hidup yang menemaninya menjalani kehidupan yang sangat menyenangkan ini.


Kami menyusuri jalanan yang sebelumnya saya merasa belum pernah lewati. Tapi di zaman yang serba modern ini, sayang sekali jika GPS tidak digunakan. Dengan bermodal GPS, akhirnya alamat yang dituju dapat kami capai walaupun harus macet dan bertanya kepada orang-orang yang kami lewati.


Ketika sampai di lokasi, saya begitu melihat kesederhanaan yang tampak. Bukan kemewahan. Duduk lesehan, minum seadanya bersama buah dan makanan ringan menjadi menu yang kami santap. Teh manis hangat pun kami dapat nikmati dengan begitu santainya dalam suasana tidak kaku.


Pembicaraan yang dimulai oleh sang ustadz yang menceritakan maksud dan tujuan kedatangan kami kepada keluarga sang wanita yang belum pernah dilihat oleh sahabat saya ini. Begitu jelas terlihat bahwa jalan menuju pernikahan itu tidak mudah, tapi tidak sulit. Tergantung ingin seperti apa kita membawanya.


Niat menikah secara sederhana, hidup secara sederhana semampunya, semuanya alhamdulillah diterima oleh keluarga sang wanita. Senyum sumringah sembari malu-malu terlihat jelas dari sahabat saya ketika prosesi melihat wajah sang wanita yang memang tertutup cadar dalam waktu singkat. Kami (saya dan pak ustadz) hanya menunduk tidak melihat, namun memang dalam Islam diperbolehkan seorang yang berniat mengkhitbah untuk dapat melihat wajah akhwat terlebih dahulu.


Ketika di perjalanan kembali ke rumah, saya mendapat informasi bahwa sang wanita ini ternyata berusia sama seperti istri saya. Lahir pada tahun 1996, yang itu berarti saat kami mendatangi rumahnya, usianya baru 19. Usia yang pada zaman saat ini, mungkin kebanyakan berpikir masih muda, masih ingin bermain-main dulu. Tapi apa yang dilakukan wanita ini benar-benar luar biasa, sama halnya dengan istri saya, hehe.


Darisitu, saya begitu banyak mendapat pelajaran yang sebelumnya saya tidak pernah melihatnya. Prosesi yang tidak sulit, tidak mewah, tidak macem-macem, dan insya Allah sesuai dengan ajaran Islam yang mencegah dari perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah.


Satu tahun pertemuan awal saya dengan istri saya ditandai dengan melihat dan belajar sesuatu mengenai rencana pernikahan yang syar’i. Alhamdulillah. Saya dan istri saya selalu berdoa agar semua yang belum menikah disegerakan menikah jika sudah siap. Kesiapan tidak bisa ditunggu, tapi diciptakan. Hal selanjutnya yang saya dan istri lakukan adalah mendoakan agar jalan sahabat saya yang luar biasa ini selalu mendapat ridho dari Allah, dan keinginan untuk menikah segera tercapai. Semoga wanita yang kemarin kami temui, benar-benar menjadi wanita yang ditunjukkan oleh Allah untuknya. Aamiin.


Menikah muda? Kenapa tidak

Masih ingin main-main dulu? Kalau bisa main berdua bersama istri atau suami, kenapa harus beralasan ingin main-main dulu

2 komentar: