Minggu, 21 Februari 2016

Ujian Allah Menyerang Kelemahan Diri Kita


Semangat saya untuk menjalani kehidupan saat ini terasa sangat berbeda jika dibandingkan sebelumnya. Saya pun berharap semangat ini selalu ada selama saya masih hidup. Dan saya pun berharap sahabat pembaca pun memiliki semangat yang menggebu-gebu dalam menjalani hidup ini, karena hidup hanya sekali maka tidak pantas rasanya jika kita semua berleha-leha, sedikit-sedikit mengeluh. Hehe.


Semangat ini saya dapatkan ketika saya mendapatkan pesan dari istri tercinta melalui media social. Pesan yang berisi ilmu yang di share kepada saya, yang sebelumnya didapatkan dari teman-teman istri saya. Karena kami memang senang untuk berbagi, apalagi dalam hal kebaikan yang memang menunjang untuk kehidupan ke depan kelak.


Bahwasanya tiap prinadi manusia pasti memiliki kelemahan. Tidak bisa dipungkiri. Ada yang lemah terhadap urusan uang, ada yang lemah terhadap wanita, apa pula yang mudah tersinggung dan mudah marah jika dirasa orang lain melakukan satu kesalahan saja. Dijelaskan, sejatinya manusia itu adalah tempat untuk menerima ujian dari Allah, dan percaya atau tidak bahwa Allah akan menguji kita pada titik kelamahan kita tersebut.


Orang yang lemah terhadap urusan uang, namun kuat terhadap fitnah jabatan tidak akan pernah diuji terhadap fitnah jabatan. Sebaliknya, orang yang lemah terhadap urusan fitnah jabatan dan kuat terhadap uang, maka tidak akan pernah diuji terhadap uang.


Orang yang setengah-setengah dalam perjuangan mencari ilmu yang sudah Allah tebar dimana-mana, dengan alasan orangtua datang, mertua datang, maka Allah akan senantiasa membuat klita benar-benar sulit untuk mencari ilmu dikarenakan orangtua yang datang, mertua yang mampir, dan akan selamanya begitu selama kita tidak memprioritaskan aktivitas yang lebih penting menimba ilmu untuk berdakwah atau keperluan yang lainnya.


Kejadian itupun saya rasakan sendiri. Tepatnya Minggu, 21 Februari 2016, saya ada jadwal untuk melaksanakan liqo di daerah Margonda pada jam 9 malam. Kalau dipikir, Tangerang – Margonda sungguh jarak yang tidak dekat. Apalagi pada saat malam hari yang mana sangat rawan mata ini untuk mengantuk.


Saya yang merasa pada hari itu merasa malas, mencoba untuk mencari alasa. Alasan apapun saya coba keluarkan, saya coba beritahukan kepada istri saya. “Jauuuh, capek. Abi mau nyari yang deket sini aja ah”, ucap saya pada istri yang tidak dijawab apa-apa olehnya. Tapi sungguh, saya merasa bahwa saya merasa sangat membutuhkan siraman rohani, walaupun malam tetap akan saya perjuangkan.


Benar saja, pada saat perjalanan suasana sangat mendukung untuk saya kembali ke rumah. Berangkat 2 jam sebelum waktu belajar, ternyata saya seperti orang kebingungan yang tidak tahu jalan mana yang harus saya pilih agar cepat sampai. Yang terjadi malah sebaliknya, saya merasa berputar-putar dan malah membuat waktu menjadi lebih panjang.


Jalan macet. Macet yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. “Haaan, maceeet” , ucap saya kembali kepada istri tercinta dengan maksud istri mendukung agar saya kembali pulang. Tapi tidak ada jawaban apa-apa darinya, sehingga saya sadar bahwa saya benar-benar harus pergi dan menuntut ilmu walaupun perjuangannya luar biasa. Semangat saya tumbuh. Semangat yang ingin bertumbuh dan berkembang secara ilmu agama membuat saya berubah pikiran yang awalnya negatif menjadi positif.


Bersyukurnya saya memiliki istri yang membantu saya untuk bertumbuh dan berkembang. Tidak menjawab apa-apa ketika saya ingin mundur dari jalan dakwah. Sehingga saya menjadi merasakan mendapatkan dukungan dalam kebaikan.


Catatan yang sangat penting yang saya dapatkan dari istri saya melalui tulisan dan pesan yang diberikan kepada saya sungguh membuat saya tersadar.


“Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Qur’an tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat. Tetapi kita sebagai manusia dengan segala kelemahan sebagai manusia yang telah mendapatkan amanah amar ma’ruf nahi munkar”


Semoga kita semua menjadi manusia yang benar-benar bisa mengatasi segala kelemahan diri untuk selalu berjuang di medan dakwah.

0 komentar:

Posting Komentar