Sabtu
malam ketika ingin memejamkan mata, tiba-tiba saya melihat salah satu stasiun
televisi swasta menayangkan film yang cukup lucu. Saat saya sedang asik
menonton, tiba-tiba saya mengobrol via media sosial dengan salah satu teman
saya.
Dia
menanyakan project saya menulis salah
satu buku karya bersama berjudul apa. Setelah saya beritahu saya menulis
tentang apa, responnya persis seperti yang saya perkirakan, “pasti intinya tentang cinta ya”.
Saya
hanya bisa tertawa mendengar dia mengatakan hal tersebut. Entah mengapa saya
sangat senang ketika saya bercerita tentang cint. Baik itu cinta kepada Allah,
sesama manusia, dan cinta kepada hal-hal lain yangmembuat hidup ini terasa
lebih bermakna. Karena saya berpikir, hidup tanpa cinta hanya akan membuat
hidup kita menjadi hampa, tidak menarik, flat.
Ketika saya tanyakan judul
apa yang akan dibuat olehnya, dia hanya tertawa saja tanpa memberi kepastian yang
jelas. Awalnya saya pikir karena waktu yang dimiliki tidak memungkinkan untuk
menulis dan menggarap proyek ini. Ternyata karena satu masalah yang dulu saya
alami, dan mungkin sahabat pembaca alami juga ketika ingin menulis, bingung membuat kalimat awalnya. Klasik
sekali alasannya. Tapi mungkin memang benar rata-rata seperti itu.
Saya
belumlah ahli dalam bidang kepenulisan. Dan kalau saya boleh jujur, dulu saat
pertama kali menulis pun saya merasakan hal itu. Sulit sekali rasanya menulis
kalimat awal. Karena terlalu memikirkan hal itu, akhirnya tulisan tidak ada
yang dihasilkan. Stuck di tempat.
Padahal jika saja tangan ini mau bergerak untuk menuliskan apa yang ada di
benak, pasti tidak akan terasa sulit.
Semua
karena tidak dicoba. Saya pernah berbincang kepada mentor saya mengenai kendala
yang biasa terjadi dalam menulis yaitu memulainya. Disarankan untuk menulis
saja apa yang ada di benak tanpa perlu memikirkan salah atau benar kalimat yang
digunakan. Ketika nanti sudah selesai semua tulisannya, barulah kita mulai
proses untuk mengeditnya agar lebih jelas memiliki makna tulisan yang kita
hasilkan.
“Tulisanku jelek e mas”
“Yahelah, wajar kali tulisan
awal-awal ga langsung bagus. Nanti juga lama kelamaan bagus”
"Berarti harus terus nulis mas
biar bagus?”
“Yaa kalau ga dicoba, ga akan pernah tahu.
Tulis aja, nanti akan kelihatan bedanya kok. Kita akan ngerasa geli dan ga
percaya sama tulisan yang kita buat pertama kali, kayak bukan kita banget”
Itulah yang dinamakan
proses. Kalau langsung bagus, saya juga mau. Saya nulis dari dulu juga merasa
tulisan saya ini belum bagus. Sulit sekali. Ketika saya melihat tulisan istri
saya, bagusnya bukan main. Tapi saya kemudian berpikir, bahwa tipe tulisan yang
kami hasilkan berbeda sehingga mungkin jika saya melihat tulisan istri saya
bagus, dia juga melihat tulisan suaminya ini bagus. Hehe, pede saja.
Masih
berpikir bahwa kita tidak mau untuk menulis hanya karena masalah sepele seperti
itu? Sayang sekali. Karena kenapa sahabat? Karena kesempatan untuk memiliki impact kepada orang banyak akan sirna dan terbuang.
Menulislah apa yang kamu ingin tuliskan
Jangan pernah takut untuk bergerak. Karena
ketakutanmu hanya akan menghambat keberhasilanmu
0 komentar:
Posting Komentar