Sabtu, 06 Februari 2016

Lakukan Saja




                 Sabtu malam ketika ingin memejamkan mata, tiba-tiba saya melihat salah satu stasiun televisi swasta menayangkan film yang cukup lucu. Saat saya sedang asik menonton, tiba-tiba saya mengobrol via media sosial dengan salah satu teman saya.
                Dia menanyakan project saya menulis salah satu buku karya bersama berjudul apa. Setelah saya beritahu saya menulis tentang apa, responnya persis seperti yang saya perkirakan, “pasti intinya tentang cinta ya”.
                Saya hanya bisa tertawa mendengar dia mengatakan hal tersebut. Entah mengapa saya sangat senang ketika saya bercerita tentang cint. Baik itu cinta kepada Allah, sesama manusia, dan cinta kepada hal-hal lain yangmembuat hidup ini terasa lebih bermakna. Karena saya berpikir, hidup tanpa cinta hanya akan membuat hidup kita menjadi hampa, tidak menarik, flat.
                Ketika saya tanyakan judul apa yang akan dibuat olehnya, dia hanya tertawa saja tanpa memberi kepastian yang jelas. Awalnya saya pikir karena waktu yang dimiliki tidak memungkinkan untuk menulis dan menggarap proyek ini. Ternyata karena satu masalah yang dulu saya alami, dan mungkin sahabat pembaca alami juga ketika ingin menulis, bingung membuat kalimat awalnya. Klasik sekali alasannya. Tapi mungkin memang benar rata-rata seperti itu.
                Saya belumlah ahli dalam bidang kepenulisan. Dan kalau saya boleh jujur, dulu saat pertama kali menulis pun saya merasakan hal itu. Sulit sekali rasanya menulis kalimat awal. Karena terlalu memikirkan hal itu, akhirnya tulisan tidak ada yang dihasilkan. Stuck di tempat. Padahal jika saja tangan ini mau bergerak untuk menuliskan apa yang ada di benak, pasti tidak akan terasa sulit.
                Semua karena tidak dicoba. Saya pernah berbincang kepada mentor saya mengenai kendala yang biasa terjadi dalam menulis yaitu memulainya. Disarankan untuk menulis saja apa yang ada di benak tanpa perlu memikirkan salah atau benar kalimat yang digunakan. Ketika nanti sudah selesai semua tulisannya, barulah kita mulai proses untuk mengeditnya agar lebih jelas memiliki makna tulisan yang kita hasilkan.
               
                “Tulisanku jelek e mas”

                “Yahelah, wajar kali tulisan awal-awal ga langsung bagus. Nanti juga lama kelamaan bagus”

                "Berarti harus terus nulis mas biar bagus?”

“Yaa kalau ga dicoba, ga akan pernah tahu. Tulis aja, nanti akan kelihatan bedanya kok. Kita akan ngerasa geli dan ga percaya sama tulisan yang kita buat pertama kali, kayak bukan kita banget”

                Itulah yang dinamakan proses. Kalau langsung bagus, saya juga mau. Saya nulis dari dulu juga merasa tulisan saya ini belum bagus. Sulit sekali. Ketika saya melihat tulisan istri saya, bagusnya bukan main. Tapi saya kemudian berpikir, bahwa tipe tulisan yang kami hasilkan berbeda sehingga mungkin jika saya melihat tulisan istri saya bagus, dia juga melihat tulisan suaminya ini bagus. Hehe, pede saja.
                Masih berpikir bahwa kita tidak mau untuk menulis hanya karena masalah sepele seperti itu? Sayang sekali. Karena kenapa sahabat? Karena kesempatan untuk memiliki impact kepada orang banyak akan sirna dan terbuang.
               
Menulislah apa yang kamu ingin tuliskan
Jangan pernah takut untuk bergerak. Karena ketakutanmu hanya akan menghambat keberhasilanmu

0 komentar:

Posting Komentar