Senin, 15 Februari 2016

Sahabat Yang Baik Itu . . .

Alhamdulillah betapa bersyukurnya diri ini ketika dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang mungkin selama 23 tahun lebih saya tidak mengenalnya. Merekalah guru-guru kehidupan yang mengajarkan kepada saya betapa singkatnya hidup ini, karena itu haruslah bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada banyak orang. Dengan cara apapun, selama itu bisa dirasakan oleh orang lain, dan bukan hanya oleh kita sendiri.


Selain itu juga betapa bersyukurnya diri ini ketika dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang lainnya. Merekalah sahabat-sahabat yang saya miliki. Sahabat yang saling mengingatkan untuk berbuat kebaikan dan membantu dalam perkembangan diri ini. Bukan hanya orang yang berteman karena masalah kecocokan dalam hal duniawi semata, tapi juga dalam hal ibadah yang menunjang kehidupan selanjutnya di akhirat nantinya.


Setelah pada hari Sabtu, 13 Februari 2016 saya menemani salah satu sahabat saya untuk bertemu dan mengkhitbah wanita yang belum lama dikenalkan padanya melalui ustadz, keesokan harinya kami berkesempatan untuk bersama-sama berbincang banyak hal dan melakukan kegiatan lain. Karena memang sahabat saya ini menginap pada Sabtunya, maka pada hari Minggu kami pun bermain bersama.


Karena saya dan istri sudah meniatkan diri untuk membersihkan rumah yang akan kami tempati nantinya (saat ini masih bergabung dengan orangtua saya), saya merasa memiliki tambahan energy dan kekuatan untuk membantu kami dalam melakukan hal tersebut. Dialah sahabat saya. To the point saya mengatakan untuk membantu membersihkan rumah, tak disangka tanpa berpikir panjang langsung diterima ajakan saya.


Bersama-sama kami menuju rumah yang tidak terlalu jauh dari rumah orangtua saya. Setibanya di rumah, kami melihat rumah dalam kondisi sangat berantakan. Sampah dedaunan dimana-mana, lantai berdebu, lengkap sudah jika saya membersihkan hanya istri saya, bisa dibayangkan betapa lelahnya kami. Tapi semua itu sirna ketika sadar bahwa aka nada satu tambahan bantuan lagi, hehe.


Begitu bersemangatnya sahabat saya dalam membantu saya, bahkan jika bisa dibilang, lebih semangat sahabat saya disbanding saya sendiri. Istri saya fokus untuk membersihkan halaman teras yang penuh dengan sampah daun, saya berdua dengan sahabat saya fokus untuk membersihkan ruang tengah dan juga dapur yang memang kotor dengan debu.


Menyiram dengan air, mengepel, kemudian menggiring air menjadi tugas kami. Celana panjang yang dilipat, kaos yang mungkin sudah berkeringat, disertai dengan alunan ayat suci Al-Qurán menjadi teman kami selama melakukan tugas ini.


Ketika itu saya mengatakan sesuatu pada istri saya, “Alhamdulillah ya han, ada bantuan. Semangat banget lagi, bayar aja nanti 200 ribu, hahaha”. Istri saya pun membalas dengan tawa. Setelah itu, saya berkata kepada sahabat saya yang terlihat bersemangat membersihkan lantai ruang tengah, “Kang, nanti gua bayar dah 200 ribu yak, mayan daripada pake bantuan oranglain, hahahaha”. Semua itu saya katakan dengan penuh canda.


Tetapi, apa yang dikatakan sahabat saya sungguh membuat saya terkejut, bukan jawaban ‘iya’ atau ‘ga ah’ tetapi jauh dari perkiraan saya. “Gua mah ga usah dibayar duit Dit, bayar aja pake setoran hapalan juz 30 elu”, katanya membalas canda saya.


Jedeeer. Seraya disambar petir di siang hari. Awalnya saya kaget, karena tidak menyangka dia menjawab seperti itu. Kemudian karena saya memang sudah meniatkan diri untuk bisa menghapal juz 30, maka saya sanggupi tantangan itu tanpa berpikir panjang. Dan saya menjanjikan hal itu Bulan April nanti, sekitar 2 bulan ke depan.


Saya sama sekali tidak merasa down ataupun stress, tapi sebaliknya, saya merasa sangat gembira dan bersemangat. Saya yang memang cukup dekat dengannya, dan mengetahui bahwa dirinya sudah menghapal Al-Qurán tapi karakter yang tidak jauh berbeda dengan saya merasa malu karena saya ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Terutama dalam semangat menghapal Qurán dan mengamalkannya yang memang dianjurkan dalam Islam.


Kemudian saya berpikir satu hal, bahwa sahabat yang baik bukanlah orang yang hanya sibuk mendengarkan curhatan kita, bukan hanya bisa memberi solusi dalam setiap masalah yang menyangkut duniawi, dan bukanlah orang yang hanya sibuk bersama-sama mengembangkan diri kita dalam hal dunia saja. Tetapi semua hal tersbut dan kemudian yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan, yang saling mengingatkan dalam ibadah, dalam hal ilmu, dan saling berkembang khususnya menyangkut urusan akhirat yang mana kehidupan kita kekal disana.


Jika sudah seperti itu, mau masalah seperti apapun, mau beda pendapat seperti apapun dengannya, tidak akan menjadi masalah.


Jangan pernah tinggalkan sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kita untuk berkembang, baik dalam hal duniawi maupun akhirat

Mencari seribu musuh lebih mudah disbanding mencari satu teman dan sahabat

1 komentar: