Alhamdulillah betapa bersyukurnya diri ini ketika
dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang mungkin selama 23 tahun
lebih saya tidak mengenalnya. Merekalah guru-guru kehidupan yang mengajarkan
kepada saya betapa singkatnya hidup ini, karena itu haruslah bisa memberi
manfaat sebanyak-banyaknya kepada banyak orang. Dengan cara apapun, selama itu bisa
dirasakan oleh orang lain, dan bukan hanya oleh kita sendiri.
Selain itu juga betapa bersyukurnya diri ini ketika
dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang hebat yang lainnya. Merekalah
sahabat-sahabat yang saya miliki. Sahabat yang saling mengingatkan untuk
berbuat kebaikan dan membantu dalam perkembangan diri ini. Bukan hanya orang
yang berteman karena masalah kecocokan dalam hal duniawi semata, tapi juga
dalam hal ibadah yang menunjang kehidupan selanjutnya di akhirat nantinya.
Setelah pada hari Sabtu, 13 Februari 2016 saya
menemani salah satu sahabat saya untuk bertemu dan mengkhitbah wanita yang
belum lama dikenalkan padanya melalui ustadz, keesokan harinya kami berkesempatan
untuk bersama-sama berbincang banyak hal dan melakukan kegiatan lain. Karena
memang sahabat saya ini menginap pada Sabtunya, maka pada hari Minggu kami pun
bermain bersama.
Karena saya dan istri sudah meniatkan diri untuk
membersihkan rumah yang akan kami tempati nantinya (saat ini masih bergabung
dengan orangtua saya), saya merasa memiliki tambahan energy dan kekuatan untuk
membantu kami dalam melakukan hal tersebut. Dialah sahabat saya. To the point saya mengatakan untuk
membantu membersihkan rumah, tak disangka tanpa berpikir panjang langsung
diterima ajakan saya.
Bersama-sama kami menuju rumah yang tidak terlalu
jauh dari rumah orangtua saya. Setibanya di rumah, kami melihat rumah dalam
kondisi sangat berantakan. Sampah dedaunan dimana-mana, lantai berdebu, lengkap
sudah jika saya membersihkan hanya istri saya, bisa dibayangkan betapa lelahnya
kami. Tapi semua itu sirna ketika sadar bahwa aka nada satu tambahan bantuan
lagi, hehe.
Begitu bersemangatnya sahabat saya dalam membantu
saya, bahkan jika bisa dibilang, lebih semangat sahabat saya disbanding saya
sendiri. Istri saya fokus untuk membersihkan halaman teras yang penuh dengan
sampah daun, saya berdua dengan sahabat saya fokus untuk membersihkan ruang
tengah dan juga dapur yang memang kotor dengan debu.
Menyiram dengan air, mengepel, kemudian menggiring
air menjadi tugas kami. Celana panjang yang dilipat, kaos yang mungkin sudah
berkeringat, disertai dengan alunan ayat suci Al-Qurán menjadi teman kami
selama melakukan tugas ini.
Ketika itu saya mengatakan sesuatu pada istri saya, “Alhamdulillah ya han, ada bantuan. Semangat
banget lagi, bayar aja nanti 200 ribu, hahaha”. Istri saya pun membalas dengan
tawa. Setelah itu, saya berkata kepada sahabat saya yang terlihat bersemangat
membersihkan lantai ruang tengah, “Kang,
nanti gua bayar dah 200 ribu yak, mayan daripada pake bantuan oranglain,
hahahaha”. Semua itu saya katakan dengan penuh canda.
Tetapi, apa yang dikatakan sahabat saya sungguh
membuat saya terkejut, bukan jawaban ‘iya’
atau ‘ga ah’ tetapi jauh dari
perkiraan saya. “Gua mah ga usah dibayar
duit Dit, bayar aja pake setoran hapalan juz 30 elu”, katanya membalas
canda saya.
Jedeeer. Seraya disambar petir di siang hari. Awalnya
saya kaget, karena tidak menyangka dia menjawab seperti itu. Kemudian karena
saya memang sudah meniatkan diri untuk bisa menghapal juz 30, maka saya
sanggupi tantangan itu tanpa berpikir panjang. Dan saya menjanjikan hal itu
Bulan April nanti, sekitar 2 bulan ke depan.
Saya sama sekali tidak merasa down ataupun stress, tapi sebaliknya, saya merasa sangat gembira
dan bersemangat. Saya yang memang cukup dekat dengannya, dan mengetahui bahwa
dirinya sudah menghapal Al-Qurán tapi karakter yang tidak jauh berbeda dengan
saya merasa malu karena saya ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan
dirinya. Terutama dalam semangat menghapal Qurán dan mengamalkannya yang memang
dianjurkan dalam Islam.
Kemudian saya berpikir satu hal, bahwa sahabat yang
baik bukanlah orang yang hanya sibuk mendengarkan curhatan kita, bukan hanya
bisa memberi solusi dalam setiap masalah yang menyangkut duniawi, dan bukanlah
orang yang hanya sibuk bersama-sama mengembangkan diri kita dalam hal dunia
saja. Tetapi semua hal tersbut dan kemudian yang bisa saling mengingatkan dalam
kebaikan, yang saling mengingatkan dalam ibadah, dalam hal ilmu, dan saling
berkembang khususnya menyangkut urusan akhirat yang mana kehidupan kita kekal
disana.
Jika sudah seperti itu, mau masalah seperti apapun,
mau beda pendapat seperti apapun dengannya, tidak akan menjadi masalah.
Jangan pernah tinggalkan sahabat yang selalu
mengingatkan dan mengajak kita untuk berkembang, baik dalam hal duniawi maupun
akhirat
Mencari seribu musuh lebih mudah disbanding mencari
satu teman dan sahabat
Artikelnya mencerahkan..
BalasHapus^_^